CHAPTER IX

27 4 1
                                    

"Ampuni hamba!!" Suara memohon dari sosok lelaki yang tengah bersujud, suara putus asa itu bergema kuat dengan kesunyian ruangan relatif gelap.

"Apa yang membuatmu begitu khawatir?" Sosok lain yang tengah duduk di kursi besar bertabur berlian nampak menikmati rasa takut lelaki tua di depannya dengan siku ditopang di lututnya sambil menertawakan betapa kecil dan rapuh tubuh itu.

"Melakukan hal salah!!" Ucapannya masih dengan kepala menghadap lantai, mulai merasakan getaran hebat yang tak bisa dikendalikan tubuh.

"Menurutmu apa konsekuensi dari melakukan hal yang salah, Kenji-San?" Sosok misterius itu mulai beranjak dari duduknya, berjalan dengan lambat menuju limpahan sinar rembulan hingga wajahnya tidak lagi tersembunyi dalam bayang-bayang. Rambut merahnya terlihat begitu terang dan juga menakutkan di waktu bersamaan, senyum manis itu tak pernah luntur dari wajah pucat dengan garis abstrak yang entah kenapa terlihat cocok menodai kulitnya. Garis yang didapatkan beberapa hari lalu nampaknya terlihat menawan bukan? Harga yang harus dibayar untuk mendapatkan gelar Raja, Ah- apakah ia masih Raja sekarang? Bukankah harusnya ia digantikan saudaranya saat ini karena tak mungkin memiliki pemimpin tak berdaya.

"K-kematian!" Kenji makin menundukkan dahinya, membentur lantai cukup keras.

"Pada ibu dan adikmu?" Pertanyaan singkat itu mampu membuat Kenji mendongak, terlihat sangat ketakutan dengan mata membelalak.

"Aku mohon Pangeran-TIDAK maksudku RAJA!" Gambaran di depannya terlihat begitu mengesankan, melihat orang tua yang sebagian besar hidupnya menginginkan kematian dirinya kini meminta belas kasihan padanya. Ruki benar-benar tertawa akan perputaran dunia mereka.

"Aku mohon jangan libatkan mereka!! Aku akan melakukan apapun untuk mu asalkan jangan mengusik mereka, aku mohon!" Tanpa sadar air mata telah jatuh membasahi pipi Kenji, menyatukan kedua telapak tangan didepan kepala sambil memohon pengampunan atas keluarganya.

"Benarkah?"

"Aku bersumpah Yang Mulia!!" Ada tekad membara di mata tua itu hingga membuat Ruki kembali tersenyum atai setidaknya apa yang dia pikirkan.

"Aku memberimu kesempatan"

"Terima kasih Yang Mulia!"

"Jika kau berkhianat, tidak- bahkan berfikir untuk berkhianat pun aku akan melenyapkan semua yang kau sayangi" Kenji mengangguk dengan kekuatan mengkhawatirkan untuk menunjukkan keseriusannya. "Jadi tetap awasi pergerakan kumpulan penasehat tua itu"

"Akan aku lakukan Yang Mulia"

"Bagus, sekarang pergilah sebelum aku berubah pikiran" Tanpa membuang waktu Kenji langsung berdiri kemudian membungkuk untuk memberikan penghormatan dan menghilang setelah melewati pintu yang tertutup.

"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya?" Suara lain terdengar dari balik patung prajurit, mulai menampakkan dirinya seiring dengan sang Raja yang perlahan berjalan menuju jendela kastil, berdiri disana untuk melihat ke luar jendela dengan pandangan jauh. Dia berdiri di sana ditengah limpahan sinar bulan membuat baju yang dia kenakan begitu mempesona.

"Apakah Shosei sudah sadar?" Bahkan ia tak repot-repot untuk menjawab pertanyaan.

"Untuk saat ini belum, mungkin kau menebasnya sedikit lebih keras Yang Mulia?" Ruki hanya mendengus mendengarnya, bahkan tebasan itu tak cukup untuk membunuh. "Dia tak kan senang saat bangun kembali"

"Aku tak bisa membayangkan ada orang yang senang setelah ditebas bukan?" Ruki menoleh untuk menatap Shion yang balik menatapnya dengan tatapan menyelidik.

"Tentu saja Yang Mulia" Dia dengan cepat mengangguk.

"Hanya ada aku dan kau di sini, jadi berhenti memanggilku seperti itu, bagaimanapun kita tetap teman bukan?" Ruki tersenyum lembut hingga Shion sekilas mengingat sosok anak lelaki yang telah menyelamatkan dirinya beberapa tahun lalu. Senyum hangat yang membuat ia berjanji untuk terus melindunginya sebagai balasan atas semua hal yang telah diberikan.

Dark Side Of PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang