Dengan Kakak

231 20 0
                                    

Setelah menyelesaikan sarapannya, Haechan berlari kecil menuju garasi. Disana, tampak si sulung Mark sedang menunggu di samping mobil Mercedez Benz mewah miliknya sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Kemari", ucapnya pada Haechan.

Haechan berlari kecil menghampirinya, ah sial aku gugup sekali Monolognya. Hingga tanpa sadar ia meremas pakaiannya sambil menunduk. "Naik", perintah Mark lagi. Haechan segera membuka pintu mobil itu dan duduk di belakang. "Kenapa kau duduk disana? Kedepan!" ujar Mark. Lagi-lagi Haechan tergopoh-gopoh segera berpindah untuk duduk di depan, tepat di sebelah kakaknya itu.

Hechan POV

Suasana sangat canggung di dalam mobil, aku memfokuskan pandanganku pada jalanan, hingga sampailah pada parkiran luas supermarket. Kak Mark turun dari mobil tanpa mengucap sepatah kata pun, dan aku segera mengikuti langkahnya memasuki supermarket besar ini.

Kak Mark terus mengambil barang-barang dan bahan-bahan yang ia inginkan, hingga ia tiba-tiba berhenti membuatku tanpa sengaja menabrak punggungnya. "Aww" ringisku pelan. "Ambil apapun yang kau mau" ucapnya dengan wajah datarnya. Aku tersentak dan segera mengambil apapun tanpa berpikir karena aku sangat takut dengan Kak Mark, hingga membuatku tanpa sadar mengambil bawang bombay yang ada pada box depanku. "Kau akan makan bawang itu atau bagaimana ha?" tanya Kak Mark padaku. Aku merutuki pikiranku yang seakan kacau akibat rasa takut pada sosok di depanku yang sekarang menjadi kakak ku. "A-ah, t-tidak. A-aku t-tidak... Maaf" cicitku. Kak Mark menghela nafas kasar, "Maksudku, kau boleh ambil snack atau makanan apapun kesukaanmu, masukkan ke keranjang ini, aku akan bayar dan kita pulang" ujarnya. 

Aku menatapnya sebentar lalu segera berjalan di depannya menuju rak snack, aku mencari snack kesukaanku, kemudian memasukkan pada keranjang yang dibawa Kak Mark. "Sudah? Kau hanya ambil satu? Aku bilang ambil apapun yang kau inginkan, aku tidak akan bangkrut hanya karena membayar milikmu!" ucapnya padaku. Aku segera mengambil snack-snack yang lain, cokelat, yougurt, dan beberapa susu strawberry dan kembali memasukkan kedalam keranjang. "S-sudah" cicitku. Kak Mark hanya diam kemudian berjalan mendahuluiku menuju kasir, aku hanya mengekor di belakangnya. Ahh, aku malu dan takut sekali dengan orang ini. Jika dibanding dengan adiknya (Jeno) aku jujur lebih menyukai kepribadian Jeno, karena meskipun sama-sama berwajah datar, tapi setidaknya nada bicaranya terkesan lebih bersahabat dari pada Kak Mark yang flat-flat saja, Monologku.

Setelah membayar di kasir mereka menuju parkiran. Mark mengemudikan mobil dengan tenang, saking tenangnya membuat Haechan canggung karena di dalam mobil sangat sunyi. Pada akhirnya Haechan kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan, karena selain ia takut untuk mengajak Mark ngobrol, ia juga bingung akan mengobrol apa dengan Kakaknya itu.

Sekitar 15 menit berlalu dengan kesunyian, dan Haechan menyadari satu hal yaitu jalanan yang dilaluinya ini bukan jalan menuju ke rumah Daddy Jae dan Bubu. Haechan sangat ingin bertanya kepada Mark tapi ia tahan. Ia berkali-kali mencuri pandang kearah Mark hingga akhirnya Mark sadar. "Kau kenapa?" tanya Mark. "A-ah, i-itu s-sebenarnya kita mau kemana? S-sepertinya kita salah jalan. Ini b-bukan jalan pulang" cicit Haechan. Mark tersenyum tipis. Haechan semakin bingung, "Kau akan tau nanti" jawab Mark.

Mobil itu sampai pada tempat yang dituju, sebuah basement apartemen elit. Mark turun dari mobil, membuka bagasi untuk mengambil barang belanjaan tadi. Haechan turun dari mobil sambil terbengong melihat sekitar. "K-kak.."panggilnya, "Ayo!" sahut Mark. Haechan buru-buru mengikuti langkah Mark, menaiki lift hingga sampai pada lantai 20, membuka pintu apartemen, dan "Ini apatemenku. Kau tinggal bersamaku" ucap Mark. Haechan terbengong-bengong mendengar ucapan Mark, "A-apa? Bagaimana d-dengan Daddy dan Bubu? A-ani, a-aku tidak paham. B-barang-barangku ada disana, aku juga belum izin Bubu dan Daddy" celoteh Haechan. Mark menghendikkan bahu "Daddy dan Bubu juga akan tau kalau kau ada di apartemenku. Barang-barang ya? Kau bisa pakai punyaku. Kenapa? Kau tidak mau disini, hm?" ujar Mark. Haechan meneguk ludah gugup "T-tidak, m-maksudku aku baru sehari bersama Daddy dan Bubu, aku bahkan b-belum izin. A-aku tak tau apakah aku diizinkan atau tidak" jawab Haechan.

Mark berjalan mendekat kearah Haechan, ia mengapit dagu Haechan agar mendongak kearahnya, "Kau bicara seolah-olah aku adalah orang asing yang tak dikenal Daddy dan Bubu ku sendiri. Kenapa kau butuh izin mereka? Mereka akan tau kalau kau disini, dan suka atau tidak.. Kau akan tetap disini Haechan. So, welcome sweetie" ucap Mark dingin.

OurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang