Sekolah

215 16 1
                                    

Triiiiingg..... Triiiiiiiingg...

Bunyi alarm nyaring, suara kicauan burung diluar jendela, dinginnya udara pagi tak mengganggu dua insan dalam kamar. Mereka tetap dengan nyaman bergelung dibawah selimut tebal nan lembut tak rela meninggalkan dunia mimpi. Hingga bunyi alarm yang entah kesekian kalinya pada akhirnya membuat sosok mungil di ranjang itu kesal dan terpaksa membuka matanya.

'Uuhh.. jam berapa ini?' Ucapnya lirih dengan suara serak bangun tidur. Ia mengucek pelan kedua mata bulatnya sambil melirik kearah jam beker di nakas. Haechan berniat bangun dari kasur empuk yang nyaman itu namun dirasa sangat berat pada perutnya. Saat ia melihat kearah perutnya alangkah kagetnya ia karena sepasang lengan putih berotot melingkar diperutnya, ia menyibak selimutnya dengan keras dan menemukan Mark, kakaknya yang ternyata tidur disampingnya.

Pipinya memerah samar, ia meneguk ludah gugup dan malu karena tidur dengan kakak tirinya itu. Pada akhirnya Haechan melepaskan tangan kakaknya dengan pelan supaya tidak menganggu tidur kakaknya. Namun, sayang sekali karena Mark perlahan membuka matanya. 'Jam berapa ini? Tanyanya dengan suara berat dan seraknya. Haechan menegang karena kaget, 'K-kakak...' lirih Haechan. 'Hm?' sahut Mark sambil mengucek kedua matanya dan mulai bangkit dari kasur, mendudukkan tubuhnya. 'I-ini sudah jam 6. Eumm, aku akan mandi dulu' ujar Haechan yang langsung melesat ke kamar mandi. Mark masih proses dalam mengumpulkan kesadarannya hanya berdeham menanggapi.

15 menit berlalu, Haechan sudah keluar dari kamar mandi menggunakan hoodie putih milik kakanya itu dengan celana pendek yang ia gunakan saat tidur. 'Emm, kakak, bagaimana dengan seragamku? Seragamku ada di rumah' cicitnya. Mark menghampirinya, 'Oke. Aku akan suruh Paman Kim untuk mengantar seragammu disekolah. Aku akan mandi dulu' jawab Mark sambil mengelus kepala Haechan. Haechan hanya mengangguk kaku, lagi-lagi kaget dengan sikap kakaknya ini. Berbeda sekali dengan waktu pertama kali bertemu, kesannya seperti "tidak menerima kehadirannya dan dingin" tapi melihat perilaku kakaknya yang lembut dari kemarin tak salahkan kalau Haechan menyimpulkan bahwa kakaknya menerima kehadirannya sebagai anggota keluarga barunya. Haechan menggelengkan kepalanya dan menuju dapur, mengingat karena ia kini tinggal dengan kakaknya setidaknya ia akan membuatkan sarapan untuk kakaknya itu.

Mark berjalan menuju dapur setelah menyelesaikan kegiatan mandinya. Ia langsung duduk di meja makan menghadap Haechan yang sibuk entah memasak apa. Ia memperhatikan Haechan dalam diam. Ahh, rasanya seperti.. pasanganmu sedang mempersiapkan sarapanmu. Aiishh, dia adikmu Mark, jangan gila! Monolog Mark. Ia Mark berkali-kali mengusap wajahnya sambil sesekali memukul kepalanya.

Haechan sedikit terkejut melihat Mark sudah ada di meja makan duduk dengan tenang. 'Ah, aku hanya membuat sandwich tuna untuk sarapan kita. Sebentar, aku akan memindahkan makanannya kesitu' ujar Haechan. Mark hanya mengangguk sekilas. 'Selamat makan!!' ucap Haechan sebelum menyantap sarapannya.

Setelah sarapan, Mark mengantar Haechan ke sekolahnya. Mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolah Haechan, namun Haechan masih di dalam mobil tidak segera turun, membuat Mark bertanya-tanya. 'Kenapa tidak turun?' tanya Mark. 'Kak, aku tidak pakai seragam. Bagaimana bisa aku masuk ke dalam?' jawabnya sambil meremat sabuk pengaman. Mark yang mendengar jawaban Haechan hanya tersenyum sambil mengusak rambut haechan gemas. 'Hei, aku sudah menghubungi orang di rumah untuk mengantarkan seragammu. Kau bisa berganti di dalam sana' ujar Mark pada Haechan. Namun, Haechan menggelengkan kepalanya, 'Tidak mau, aku akan terlihat sangat mencolok karena tidak memakai seragam sendiri. Membayangkan berjalan di dalam koridor dengan hoodie ini, celana seperti ini, ahhhh tidakkk mauuuu!!' ujar Haechan frustasi. Mark terkekeh merasa gemas dengan adiknya ini. 'Baiklah, kita tunggu saja -'

Tok.. Tok.. Tok..

Belum juga selesai ucapan Mark, Paman Kim sudah datang mengetuk kaca mobil Mark. 'Tuan, saya mengantar seragam Tuan Haechan' ujar Paman Kim. Mark membuka kaca mobilnya kemudian menerima seragam Haechan, 'Terimakasih Paman Kim' ucap Mark, kemudian Paman Kim langsung kembali menuju mobil yang dikendarainya. 'Nah, ini. Sudahkan?

'Um, kalau begitu aku masuk dulu. Terima kasih kak' Ujar Haechan pada Mark. Ia hendak membuka pintu mobil, sebelum merasakan cekalan tangan kakaknya. 'Tunggu, aku akan menjemputmu nanti' ucap Mark. Haechan mengangguk kaku, dan segera keluar mobil. Ia melihat mobil kakaknya melaju meninggalkan area sekolahnya.

'HAECHANNNN!!!!' suara cempreng seseorang membuat Haechan kaget. Ia menoleh kebelakang dan mendapati 2 sahabat berisiknya berlari menghampirinya dengan wajah terkejut.

'Hei! siapa itu? Wohoo! Kau sudah memiliki kekasih huh? Yuhuuu, untuk merayakan keberhasilanmu memperoleh kekasih, makan siang kau yang traktirkan?' cerocos Jaemin, sahabat Haechan yang terkenal berisik.

'Kau berhutang penjelasan pada kami Haechan' ujar Renjun berkacak pinggang. Yahh, Renjun memang terkenal sebagai sosok bersumbu pendek alias pemarah.

Haechan memutar bola matanya malas menghadapi dua sahabat berisiknya itu. Ia berlalu berjalan meninggalkan mereka untuk masuk ke dalam sekolah. Tujuannya ialah toiler.

'Heii! Lee Haechan!! Tunggu!!!' teriak Renjun dan Jaemin yang berlari menyusul Haechan.



Sorry for my 'Late' update

Votement please ~

Gonna update ASAP 🪄

See you next chap!

and Happy New Year!

23/01/02

OurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang