10. Kecurigaan seorang ibu

214 33 5
                                    

Pasti kalian rindu akuu :)
(pede kali yak)

Oke next,

Selamat Membaca (◕ᴗ◕✿)

***

Hening, itulah suasana yang menyelimuti satu ruangan ini.

Anne- selaku orang tua dari Qierra terdiam. Anaknya yang lama tidak pulang kerumah lalu tiba-tiba datang mau meminta restu.

"Qierra," panggil Anne pada anaknya.

"I-iya ma?"

"Kamu serius pengen nikah?"

Qierra mengangguk. Arsel menggenggam erat tangan calon istrinya.

"Maaf sebelumnya tante, memang ini terbilang mendadak. Tapi saya Arselando Jordan siap membawa tanggung jawab sebagaimana seorang suami." yakinnya.

Dito- ayah Qierra, berdehem. "Apa semuanya sudah benar-benar matang nak Arsel?"

Arsel mengangguk tegas.

"Jadi untuk tanggal pernikahan kapan?" tanya Anne.

Aldo merlirik anaknya. Sebelumnya belum ada anaknya bilang waktu ingin menikahnya kapan.

"Secepatnya tante,"

Anne mengangguk. "Saya sebagai ibu hanya bisa mendukung keputusan anak saya saja. Jadi saya merestui kalian berdua, walaupun ini memang mendadak sekali saya hanya bisa berdoa semoga dilancarkan semuanya."

"Benar, saya juga ayah dari anak perempuan satu-satunya juga memberikan restu."

Baik Qierra atau Arsel tersenyum bahagia begitupun dengan Ema-Aldo.

Selebihnya percakapan mereka hanya sekedar untuk mendekatkan hubungan kedua pihak keluarga dan rencana prosesi pernikahan.

***

Kini Qierra bermalam di rumahnya. Calon suami dan calon mertuanya sudah pulang.

Jujur Qierra takut sekali berada di rumah besar ini. Mama-nya itu selalu mengekangnya semenjak kecil hingga dewasa.

Belum lagi ia takut jika mamanya menemukan kecurigaan di mimik wajahnya.

Anne, ibunya itu seorang psikolog.

"Qierra,"

Qierra menoleh pada mamanya. Berharap tebakannya salah.

"Kamu ada sesuatu yang di tutupin sama mama?"

Qierra menggeleng. "Gak ada ma," jawabnya pelan.

Anne menghela nafasnya. "Kamu masih mama anggap mama ini mama kamu kan Qierra."

Qierra mangangguk. Hubungannya dengan sang ibu bisa di katakan tidak baik. Maka dari itu ia setelah kuliah memilih untuk hidup mandiri di satu apartemennya.

"Mama curiga Qierra, kamu pernah bilang ke mama gak mau nikah muda. Terus apa ini belum ada kamu lulusin pendidikan sudah mau menikah? kamu gak lagi-"

"Mama berhenti nuduh Qierra ini itu, Qierra emang mau nikah mama. Gak ada yang Qierra sembunyi-in." matanya bergetar.

"Oke, mama percaya sama kamu. Mungkin itu jalan terbaik buat keadaanmu saat ini, nak." ucap Anne sebelum keluar dari kama anaknya.

"Hikss...maafin Qierra ma."

***

Hendra- saudara kandung satu-satunya Qierra. Tersenyum girang ketika mendengar kabar jika adiknya ingin menikah bulan ini.

Sebagai seorang kakak tentu ini kabar bahagia.

"Adek gue mau ngelangkahin gue." hanya kata itu yang ia gumamkan saat itu.

Membuka pintu rumah langsung saja ia masuk kedalam kamarnya. Tidak membuang waktu lama ia keluar kamar dengan baju santai yang tentunya sudah mandi.

"Mama~" sapa Hendra pada mamanya yang tengah menyiapkan makan malam di meja bersama Qierra.

"Kiww~ anak gadis yang pengen ngelangkahin abangnya." Hendra mengedipkan sebelah matanya berniat menggoda sang adik.

Qierra memberengut. Sebal melihat kelakuan kakak laki-lakinya yang tidak berubah sekalipun.

"Nikah mudaaaa~~ slebew,"

Tak

"Kamu ini ngeledekin adeknya terus. Liat pipinya udah merah." Anne menunjuk Qierra.

Hendra menyengir. "Kan bener yang Hendra bilang mama, adek abang nikah duluan." Hendra dengan manja memeluk lengan Anne.

Qierra mengulum bibirnya, melihat abangnya yang selalu bisa terlihat akrab dengan sang mama membuatnya selalu merasakan iri.

"Udah kamu duduk Hendra." Dito sang kepala keluarga datang lalu menarik kursi tak jauh dari Qierra

Hendra tersenyum sombong pada ayahnya. "Ayah iri kan yah?"

"Kata siapa?"

"Udah-udah Hendra kamu duduk sana."

Hendra menurut, dirinya duduk tepat di sebelah Qierra.

Qierra hanya diam ketika dengan senangnya Hendra mengambilkan lauk pauk di atas piringnya banyak. "Makan yang banyak biar kuat nanti berdiri di pelaminan."

Qierra mendengus. "Nikahan aku masih lama."

"Lama apanya? orang  hari H-nya bisa dihitung pake jari."

Baik Anne ataupun Dito tersenyum menanggapi.

Kedua orang tua itu tidak menyangka kalau anak gadisnya ingin segera menikah. Walaupun ada perasaan yang mengganjal terhadap anaknya. Tapi apa daya pihak keluarga laki-laki sudah melamar anaknya dan segera ingin meminang sebagai istri.



***

TBC

Sabtu, 07 Januari 2023

Horeee satu tahun book ini umurnya 😭🙏

One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang