Part 1

237 22 0
                                    

Menjadi primadona kampus, disukai banyak orang, incaran pria kampus. Apakah itu menyenangkan? Iya bagi mereka, tidak bagi seorang gadis bernama Shinta.

Shinta mahasiswa semester 6 jurusan bisnis, sejak dia kuliah semua pria mengincar dia. Entah menjadi teman, pacar atau selingkuhan.

Sayangnya menjadi salah satu primadona kampus yang dikejar Senior maupun Junior tidak membuatnya senang, dia malah risih tapi harus bertahan.

"Shin, jadilah pacarku,"

"Daripada pacaran mending menikah denganku,"

"Jangan mau, mending menikah denganku saja,"

"Nikah sekarang yuk,"

"Aku cinta kamu Shinta, mau tidak menikah denganku?"

Ya kira-kira begitulah setiap harinya yang Shinta dengar ketika dia tiba di kampus, untung saja dia selalu menutup telingannya dengan headset walau suara teriakkan mereka masih jelas terdengar.

Sejujurnya dia mengambil jurusan bisnis bukan berarti dia suka, walau dia tidak terlalu suka bisnis, dia tetap mengambil jurusan itu karena dia tahu dia anak tunggal dan perusahaan orang tuanya akan terbengkalai jika dia tidak paham bisnis.

Dia tidak akan egois, apalagi banyak orang yang menggantungkan hidupnya di perusahaan orang tuanya. Jika dia tidak meneruskan, sudah bisa dia pastikan ribuan orang akan menjadi pengangguran.

Walau begitu, orang tuanya tidak pernah melarang dia melakukan hobi yang dia sukai disela-sela kesibukkan dia berkuliah.

Di kampus, dia tergolong orang yang cuek namun tetap sopan. Dia memiliki 2 sahabat karib, sahabat dari dirinya kecil makanya mereka sudah hafal gimana sifat dia.

Nama mereka Seina dan Clare, tidak ada yang bener sih dari keduanya. Sifat mereka abstrak, konyol, setidaknya bukan muka dua atau nusuk sahabat sendiri.

Setibanya di kelas, Shinta duduk di samping Seina. Mereka sudah biasa melihat pemandangan cemberut dia, dia melepaskan headset-nya dan menaruhnya di tas.

"Kenapa?" tanya Clare yang diabaikan Shinta.

"Biasalah, paling kesel dilamar sama dikejar pria di sini," balas Seina santai.

"Bener juga," gumam Clare mengangguk kepala.

Shinta diam saja, dia malas menyahuti mereka. Dia berpikir  gimana dirinya bisa bebas dari semua ini? 3 tahun bukanlah hal mudah baginya, dia sudah muak.

Saat dosen masuk, mau tidak mau Shinta harus fokus atau dia akan dimarahi sama dosen yang mengajar.

Setelah jam mata kuliah berakhir dan tidak ada jadwal kuliah lain, Shinta dan sahabatnya langsung balik ke rumah Shinta.

Sekarang mereka sudah berada di kamar Shinta, mereka sudah terbiasa ke rumah Shinta entah main atau nginap makanya pakaian mereka ada sebagian di sini.

"Bantu aku bebas dari mereka," kata Shinta frustasi.

Sudah cukup Shinta bersabar sampai semester 6, dia sudah tidak tahan lagi. Dia ingin bebas dan menikmati masa-masa kuliahnya dengan tenang.

"Gampang, aku punya ide," balas Seina tersenyum.

Seina walau terkadang lemot, ngeselin dan tingkat penasarannya tinggi kalau soal ide otaknya lancar tanpa harus memikirkan apa pun.

Sedikit bingung dari mana ide dia berasal, apalagi mereka baru merencanakan ini dan dia selalu bisa memberikan ide kapan pun dan di mana pun.

Seina memberitahu idenya secara jelas, mereka mendengarkan dengan seksama. Jujur Clare senang. ide dia sangat luar biasa dan seperti biasanya.

Clare setuju dengan ide Seina, namun Shinta ragu. Banyak keraguan dalam dirinya, seperti apakah rencana ini berhasil? Apakah orang tuanya setuju?

"Tenang saja Shin, aku jamin ini berhasil," kata Seina yang tahu Shinta ragu.

"Soal izin, kami bisa bantu ngomong ke orang tuamu," timpal Clare diangguki Seina.

"Baiklah, aku setuju," balas Shinta membuat mereka senang.

Setelah Shinta setuju, mereka bertemu Naoki dan Miyuki yang merupakan orang tua dari Shinta. Mereka lebih tepatnya Seina menjelaskan rencananya, Naoki dan Miyuki mendengarkan dengan baik.

Hingga Naoki dan Miyuki setuju dengan rencana Seina, mereka tidak masalah dengan rencana itu karena mereka juga ingin melihat siapa yang benar-benar ada untuk anak mereka.

Satu minggu kemudian, malam ini Shinta berulang tahun yang ke-20. Soal undangan sudah disebar 3 hari yang lalu, sudah pasti seluruh mahasiswa/i kampus diundang.

Satu per satu tamu undangan mulai datang ke tempat yang sudah Naoki sewa, tidak mungkin dia membuat pesta di rumahnya.

Alasannya simpel, Naoki tidak mau membereskan sehabis pesta selain itu dia tidak mau orang lain tahu rumah mereka selain orang terdekatnya.

Acara sebentar lagi dimulai, tapi mereka yang diundang belum melihat kehadiran Shinta di sini. Hingga pintu terbuka membuat mereka kaget, mereka tidak tahu kalau Shinta seperti ini.

"Selamat malam, terima kasih sudah datang," kata Naoki membuka suara.

Naoki menjelaskan kalau dia tahu banyak pria di kampus mengejar Shinta, karena Shinta sendiri yang mengatakan kepadanya.

Tapi, malam ini dia memberitahu mereka kalau anaknya mengalami kecelakaan dua hari yang lalu membuat Shinta harus duduk di kursi roda.

"Apa kalian yang berada di sini masih menginginkan putri saya sebagai istri kalian? Jika kalian tidak bersedia, silakan pergi," tutup Naoki santai.

Satu per satu dari mereka pergi, mereka mana mau memiliki istri yang cacat seperti Shinta.

Mereka berpikir apa kata orang lain kalau mereka yang ganteng harus memiliki istri catat? Apa kata rekan bisnis mereka kalau tahu hal ini?

Mereka menginginkan Shinta sebagai istri saat dia masih normal, jika dia catat sudah jelas mereka tidak mau bahkan mereka memilih mencari orang lain saja yang jelas-jelas normal dan tidak menyusahkan mereka.

Sedangkan para gadis ikut pergi juga, mereka yang niatnya ingin berteman menjadi berpikir ratusan kali.

Mana mau mereka disusahkan sama teman yang catat, walau mereka berteman untuk memanfaatkan Shinta keperluan bisnis.

Naoki dan Miyuki hanya tersenyum miring melihat satu per satu pemuda yang tadinya berebutan menjadi suami Shinta malah pergi, mereka tidak masalah kalau anaknya tidak mendapat pasangan malam ini.

Shinta tidak masalah, dia malah lega melihat sifat asli mereka yang katanya akan setia dan menerima kondisi dia apa adanya.

Buktinya? Mereka malah ingkar janji, mereka pergi padahal mereka yang mengucapkan.

"Om, Tante, boleh saya menikahi putri kalian?" tanya seorang gadis yang masih memilih diam di tempat saat semua orang pergi.

Shinta dan orang tuanya menatap seorang gadis yang terlihat cantik, mereka tidak mengerti kenapa gadis ini malah melamar Shinta?

Tenang kedua orang tua Shinta tidak masalah mendapat menantu laki atau perempuan, asal orang itu tulus mencintai Shinta.

"Kenapa kamu mau sama aku? Kamu tidak lihat seperti apa aku? Mereka saja pergi, kenapa kamu diam di sini?" tanya Shinta bertubi-tubi, gadis itu hanya tersenyum.

"Sebelum aku jelaskan, namaku Jovelyn, panggil saja Jove atau Joy atau Ve sesuka kalian saja," balas Jovelyn sopan.

TBC...

26. BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang