Part 6

102 10 0
                                    

Jovelyn yang dasarnya tidak tahu malu, dia santai saja saat melepaskan semua pakaiannya walau di situ ada Shinta yang melihatnya kaget.

Toh sama-sama perempuan ini, apalagi Jovelyn naked di depan istrinya juga, untuk apa malu? Mereka sudah sah ini, kecuali orang lain barulah dia habisin.

Shinta yang melihat hal itu hanya menghela nafas, dia tidak bisa mandi lengkap dengan pakaian yang dia gunakan.

Akhirnya Shinta melepaskan semua yang dia gunakan hingga naked, Jovelyn yang melihat pemandangan indah tentu saja tidak menyia-nyiakan.

Masa bodo dibilang mesum atau apa pun itu, lagipula yang dia lihat istrinya bukan istri orang lain. Jadi sah-sah saja dong, apa yang dipermasalahkan?

"Ve, mandi. Aku malu dilihat gitu," kata Shinta malu.

"Apa salah aku lihat tubuh istriku yang seksi? Kita sudah sah, jangan malu-malu," balas Jovelyn santai.

Shinta tidak tahu gimana dia bisa mendapat istri semesum Jovelyn? Tapi dia pun tidak menyesal, mendapatkan Jovelyn itu suatu keberuntungan.

Jovelyn selalu memperlakukan dia baik, perhatian, tulus, banyak deh hal positif dari Jovelyn. Sedangkan negatif, tentu saja Jovelyn simpan sendiri.

Jovelyn akan menunjukkan sisi negatifnya ke orang yang dia benci atau musuhnya sendiri, buat apa memperlakukan musuh atau orang yang dibenci dengan baik?

Shinta dengan pasrah membiarkan Jovelyn memandangi tubuhnya sesuka dia, mereka mandi bersama mengingat mereka harus buru-buru pergi ke bandara.

Sehabis mandi, mereka berganti pakaian dan Jovelyn membawa koper mereka lalu mereka keluar dari mansion.

Kali ini Jovelyn membiarkan bodyguard yang membawa mobil, soalnya Jovelyn tidak mungkin bawa mobil di saat mereka saja akan pergi ke luar negeri.

Untung saja jalanan tidak macet, jadi mereka ke bandara membutuhkan waktu setengah jam saja. Di bandara, Jovelyn mengajak Shinta untuk masuk saja.

Tidak mungkin Jovelyn honeymoon menggunakan pesawat biasa, sedangkan dia mempunyai pesawat pribadi. Jadi dia memilih menggunakan pesawat miliknya, daripada menganggur.

Shinta dibuat kagum dengan isi pesawat ini, bahkan pilot dan pramugari nya sangatlah sopan. Mereka sudah tahu siapa Shinta, jadi mereka harus memperlakukan seperti mereka menghormati Jovelyn.

Jovelyn mengajak Shinta ke kamar pribadinya, jelas dia mengajak Shinta untuk beristirahat apalagi perjalanan mereka bisa menghabiskan waktu 10-12 jam di udara.

"Istirahat gih, perjalanan kita masih jauh," kata Jovelyn lalu dia duduk dan mengeluarkan ponselnya.

"Tidak istirahat?" tanya Shinta yang melihat Jovelyn sibuk dengan ponselnya.

"Tidak, aku harus selesaiin dulu tugas untuk hari ini baru tidur," balas Jovelyn menatap Shinta sekilas.

"Mau ku bantu? Siapa tahu aku ngerti? Apalagi aku jurusan bisnis juga," tawar Shinta memberi bantuan.

"Tidak perlu, kamu istirahat ya," tolak Jovelyn halus.

Shinta tidak membantah lagi, dia memilih beristirahat. Dia tahu Jovelyn bukan orang bodoh yang mementingkan kerjaan daripada kesehatannya.

Shinta yang beristirahat membuat Jovelyn senang, setidaknya Shinta tidak kelelahan atau mengantuk saat mereka tiba di sana.

Soal kerjaan, dia mengerjakan beberapa hal dan dia hanya mengerjakan tugas yang penting saja.

Sehabis mengerjakan tugasnya, barulah Jovelyn beristirahat karena dia tidak mau kelelahan sebelum tiba di tempat tujuan.

11 jam kemudian, mereka sudah tiba di bandara. Shinta kaget saat tahu ke mana mereka honeymoon, walau negara ini bukan tempat kesukaannya tapi dia pernah ke sini.

Mereka ke hotel dengan supir yang sudah menunggu mereka sedari tadi, ingat Jovelyn kaya makanya anak buahnya ada di mana-mana.

Soal hotel, keamanan dan kenyamanan sudah dia jamin. Dia tidak mau honeymoon mereka terganggu, dengan kedatangan para hama.

Di kamar hotel yang sangat luas, Jovelyn menyuruh Shinta untuk mandi dulu sedangkan dia menata barang-barang mereka.

Shinta mandi dan mengambil pakaian ganti supaya dia bisa langsung ganti di kamar mandi, setelah mandi barulah Jovelyn yang mandi.

Setelah mandi dan mengeringkan rambut mereka, mereka sedang duduk di balkon kamar hotel memandangi pemandangan yang indah dari atas sini.

"Mau belajar bisnis?" tanya Jovelyn menatap Shinta.

"Mau," balas Shinta mantap.

"Dengan syarat, kalau anak kita lahir, kamu di rumah saja seperti Kak Nay," tegas Jovelyn membuat Shinta bingung.

Jovelyn menjelaskan dia tidak mau anak mereka nanti kurang mendapatkan kasih sayang, kalau mereka sibuk dengan kerjaan.

Makanya dia melarang Shinta bekerja saat Shinta sudah melahirkan, bukan hanya Shinta tapi Nayla pun mendapat perlakuan yang sama.

Tenang saja, dia dan Beryl tidak pernah selingkuh. Mereka setia sama pasangan, buat apa mereka berselingkuh kalau di rumah sudah ada anak dan istri yang menunggu mereka.

Mereka juga tidak sebejat itu yang mau dipuaskan semata tapi melupakan keluarga di rumah, mereka tidak pernah main-main sama pernikahan.

Sekali mereka memutuskan menikah, maka mereka akan mempertahankan pernikahan mereka sampai seumur hidup.

"Baiklah," balas Shinta setuju.

Shinta tidak akan membantah, semua penjelasan Jovelyn ada benarnya. Jadi dia hanya menurut saja, semua bukan demi kepentingan dia juga.

Di sini, mereka melakukan program kehamilan untuk Shinta setelah beberapa minggu di negara orang dan Shinta dinyatakan hamil akhirnya mereka kembali ke negara kelahiran.

Sebelum pulang, Jovelyn sudah memberitahu Beryl kalau dia pulang. Setibanya di bandara, Jovelyn mencari supir yang menjemput mereka. Setelah ketemu, mereka segera pulang.

Soal supir, Beryl sudah memerintahkan. Beryl tahu mereka kelelahan makanya dia melarang Jovelyn mengemudi, Jovelyn tidak masalah yang penting sampai mansion.

Setibanya di mansion, mereka kembali ke kamar. Jovelyn meletakkan koper mereka, pergi 1 koper pulang dengan 2 koper. Itu sudah biasa, 1 koper lagi oleh-oleh untuk kedua Kakaknya.

"Kamu istirahat ya," suruh Jovelyn lembut.

"Kamu mau ke mana?" tanya Shinta bingung.

"Aku mau ke kantor, ada meeting penting dan Kak El suruh aku ke sana," balas Jovelyn jujur.

"Tidak istirahat dulu?" tanya Shinta kuatir.

Perjalanan jauh mereka, tentu saja membuat mereka lelah dan Shinta tidak mau Jovelyn kenapa-kenapa di jalan saat Jovelyn memaksa dirinya untuk pergi padahal dirinya lelah.

"Aku sudah istirahat di pesawat, tenang saja," balas Jovelyn meyakinkan.

"Baiklah, hati-hati," kata Shinta menyetujui.

Jovelyn mengecup bibir Shinta sekilas, setelah itu dia pamit untuk ke kantor. Di ruang tamu, dia melihat Nayla tentu saja dia pamit ke Nayla juga.

"Kak, aku ke kantor dulu ya," pamit Jovelyn diangguki Nayla.

Nayla tidak melarang, dia sudah tahu dari Beryl tentu saja Beryl tidak sebodoh itu membiarkan Jovelyn pergi ke kantor dengan mengemudi sendiri.

Beryl sudah menelepon bodyguard untuk menjadi supir Jovelyn, kalau pulangnya Jovelyn bisa pulang bersama dia.

Kalau Beryl tidak menyuruh bodyguard menyetir, sudah Nayla pastikan kalau dia akan dimarahi Nayla habis-habisan.

TBC...

26. BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang