Setelah barang selesai ditata, Jovelyn memberitahu kalau Shinta butuh sesuatu telepon saja, untuk nomor sudah ada di sana.
Shinta mengangguk saja, dia izin ke Jovelyn untuk berkeliling mansion sendirian. Jovelyn mengizinkan, kalau pun dia nyasar juga banyak pelayan dan bodyguard yang berlalu lalang.
Shinta pergi sedangkan Jovelyn memilih ke ruang kerja, di sana sudah ada Beryl. Dia tidak memusingkan itu, dia sudah biasa karena Beryl ke sini jika kerja di rumah.
"Kenapa tidak beristirahat?" tanya Beryl ketika dia melihat Jovelyn di sini.
"Belum ngantuk Kak, Shinta mau berkeliling jadi aku mau nyelesaiin tugas kantor," balas Jovelyn diangguki Beryl.
"Kak Nay ke mana, Kak?" lanjut Jovelyn penasaran.
"Biasa ke taman," balas Beryl, Jovelyn hanya mengangguk saja.
Mereka sama-sama fokus ke kerjaan masing-masing, walau Jovelyn sering merepotkan Beryl tetap saja dia termasuk orang yang bertanggung jawab dan menyelesaikan jika dia punya waktu luang.
Shinta berkeliling dengan buggy car, tentu saja bodyguard yang menyetir sedangkan Shinta tinggal duduk manis dan menyuruh bodyguard ke mana pun dia pergi.
Kalau Shinta berjalan kaki, itu sangat melelahkan apalagi tujuan dari satu tempat ke tempat lain sangatlah jauh jadi buggy car sangatlah membantu.
Di taman, Shinta melihat buggy car lainnya. Dia meminta bodyguard untuk berhenti dulu lalu dia menelusuri taman, akhirnya dia melihat Nayla di sana.
"Sedang apa, Kak?" tanya Shinta saat dia dekat Nayla.
Tenang, Nayla tidak sendiri. Dia ditemani sama bodyguard yang mengantar dia ke sini, begitu juga dengan Shinta.
Bodyguard memastikan mereka aman, bodyguard tidak mau kena amukan dari Beryl atau pun Jovelyn.
"Melihat bunga saja, di sini pemandangannya juga bagus. Kamu ke sini ngapain?" balas dan tanya Nayla.
"Tadi aku keliling dan ada buggy car di sini, jadi aku berhenti," balas Shinta jujur.
"Balik yuk, kamu butuh istirahat apalagi kalian belum honeymoon," ajak Nayla membuat Shinta merona malu.
Nayla terkekeh melihat Shinta yang malu-malu tapi dia berkata jujur 'kan kalau mereka belum honeymoon, padahal dia mau mereka menyusul memberikan keponakan untuk dia dan Beryl.
Kali ini mereka pulang bersama, setibanya di mansion langsung saja Nayla mengajak Shinta ke lantai 4 supaya mereka ke ruang kerja karena dia tahu kebiasaan Beryl kalau ditinggal sendiri.
Tanpa mengetuk pintu, mereka masuk membuat Jovelyn dan Beryl yang asik dengan kerjaannya langsung melihat pintu.
Jovelyn dan Beryl tahu itu istrinya, soalnya pelayan atau bodyguard pasti mengetuk pintu dulu.
"Sudah di tamannya?"
"Sudah berkelilingnya?"
Jovelyn dan Beryl bertanya secara bersamaan, baik Nayla maupun Shinta hanya mengangguk sebagai tanda iya.
"Duduk dulu Kak, kamu juga Shin," suruh Jovelyn diangguki mereka.
Mereka duduk di sofa sedangkan Beryl dan Jovelyn meninggalkan pekerjaan mereka lalu duduk bersebrangan dengan mereka.
"Joy, kapan kalian honeymoon?" tanya Nayla penasaran.
"Besok Kak, selama dua atau tiga minggu baru kami pulang," balas Jovelyn seadanya.
"Soal kerjaan tenang saja, biar Kakak yang urus. Kalian fokus saja sama program kehamilan kalian di sana," timpal Beryl disetujui Nayla.
"Kak, aku penasaran gimana Kakak dan Ve bisa bertemu?" tanya Shinta penasaran.
Beryl menatap Jovelyn seolah bertanya 'Apakah Kakak boleh menjelaskan?' Seolah paham dengan tatapan itu, Jovelyn mengangguk sebagai jawaban 'Iya,'
Beryl menjelaskan awal mulanya mereka tidak kenal satu sama lain, dia bertemu Jovelyn di sebuah taman yang saat itu posisi lagi siang hari dan kebetulan sepi karena jam sekolah dan kantoran.
Jovelyn tiba-tiba datang dan mengajak Beryl untuk kerja bersamanya dan menjelaskan semua, dia mengajak Beryl karena dia yakin kalau Beryl bisa diajak kerjasama.
Beryl yang mendengar hal itu tentu tidak percaya, anak seusia menurutnya saat itu sekitar 15 tahun mendirikan perusahaan sendiri.
Kalau mengambil alih perusahaan keluarga pun, pasti dia berpikir itu mustahil. Tapi, dia yang saat itu tidak melihat kebohongan atau bercanda.
Dia melihat Jovelyn sangat serius menawari dia pekerjaan bahkan langsung meminta dia menjadi sekretarisnya, akhirnya dia menyetujui.
Beberapa hari kemudian, Jovelyn sudah mempekerjakan orang lain untuk membantu mereka. Hal itu membuat Beryl percaya, keseriusan Jovelyn sudah dia ketahui sejak pertama bertemu.
Perusahaan Jovelyn memang kecil dan banyak diremehkan saat itu, apalagi orang lain tahunya perusahaan itu dipimpin seorang gadis remaja.
Tidak pernah sedikit pun Jovelyn menunjukkan dirinya, hanya ke Beryl dan staff saja. Jika ada meeting maka Beryl diberikan kuasa penuh untuk datang, jika klien menolak, Jovelyn dengan santai menolak kerjasama juga.
Bukannya tidak paham bisnis, apalagi kalau itu menguntungkan. Hanya saja, dia tidak mau kalau klien hanya penasaran dengan identitasnya.
Kalau kerja ya kerja, profesional dalam hal ini bukan dicampur dengan urusan pribadi mengatasnamakan bisnis. Beryl selalu mengikuti kata Jovelyn, dia juga setuju dengan hal itu.
Tidak heran kalau Beryl dan Jovelyn bisa akrab karena mereka satu pikiran, beberapa bulan bekerja akhirnya Jovelyn mengajak Beryl tinggal bersama dia.
Apalagi dia tahu kalau Beryl anak yatim piatu, ditinggalkan orang tuanya sejak dia SMA makanya dia membutuhkan uang untuk meneruskan pendidikannya.
Saat Beryl bekerja, semua biaya pendidikan Jovelyn tanggung apalagi Jovelyn merasa seperti memiliki seorang Kakak.
Hingga akhirnya dia menjelaskan kehidupan kelamnya, dia yang tidak dianggap hingga frustasi dan pergi dari rumah.
Modal nekat dengan kepintaran, dia bekerja sambil mengumpulkan uang yang nantinya bisa dia gunakan untuk mendirikan perusahaan.
Beryl yang mengetahui kisah kelam dia membuat Beryl sedih dan merasakan apa yang dia rasakan, Beryl janji tidak akan meninggalkan dia apa pun kondisinya.
"Ya begitulah awal pertemuan kami," tutup Beryl.
"Kak, aku sama Shinta balik ke kamar ya. Soalnya besok pagi kami berangkat, jadi mau siapkan barang dulu," jelas Jovelyn diangguki mereka.
Jovelyn dan Shinta kembali ke kamar, mereka menyiapkan pakaian atau barang penting untuk honeymoon mereka.
Mereka hanya bawa 1 koper saja, Jovelyn melarang Shinta bawa pakaian banyak-banyak.
Kalau pakaiannya kurang, bisa beli lagi. Jovelyn yang santai, Shinta hanya geleng-geleng kepala saja melihat sifat pasangan hidupnya ini.
Walau begitu, Shinta tetap nurut. Setelah mereka menyiapkan segalanya untuk besok, mereka segera beristirahat karena mereka juga lelah.
Keesokan harinya, Jovelyn yang terbangun lebih dulu, dia segera membangunkan Shinta. Untung saja Shinta bukan tipe orang yang susah untuk dibangunkan, saat Shinta bangun langsung saja mereka mandi.
Catat, mereka mandi bersama. Walau Shinta malu, dia ingat kalau mereka sudah sah dan Jovelyn berhak melihat tubuhnya begitu juga sebaliknya.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
26. Believe
Short StoryBudayakan membaca sebelum lanjut! Cerita ini GxG (Girl x Girl) Kalau kalian tidak suka atau trauma (phobia) atau masih bocah sebaiknya mingat dari sini, jangan asal main report saja! Karena kalian yang salah masih terus baca, sudah tahu ada peringat...