Di meja salah satu cafe sudah ada beberapa kertas dan dua americano. Gista dan Kirana kembali meeting untuk evaluasi hasil technical test untuk posisi game tester. Kali ini meeting mereka berdua lebih santai karena dilakukan di coffee shop bawah.
"Berdasarkan hasil technical test, Anandito Rendi peringkat pertama. Andika Patra kedua, dan Nando Javier ketiga."
Kirana mulai resah, karena hasil seleksi Andika Patra selama dua tahap, yakni quiz dan technical test mendapatkan skor tinggi.
Bocah itu memang belum memiliki pengalaman kerja seperti kandidat Anandito Rendi. Bug report-nya kemarin juga tidak serapi milik Rendi. Namun, Andika bisa menemukan lebih banyak bug dari game yang diujikan daripada Rendi.
Bagaimana jika nantinya Andika menjadi kandidat yang mengisi posisi ini? Itu berarti, bocah tengil itu akan satu tim dengannya, dan menjadi bawahannya. Gawat.
Kirana sebenarnya masih memiliki wewenang dalam interview user. Wanita itu kemudian berpikir, apakah ia harus mengesampingkan egonya dan tetap berlaku profesional? Atau..
*****
Harris sedang duduk di sofa menonton TV, sedangkan Sansan bermain-main di kakinya. Sesekali Sansan caper ke papinya itu sambil menunjuk-nunjukkan mobil-mobilan miliknya.
Sementara itu, Kirana yang sudah memakai piyama meletakkan kepalanya di pangkuan Harris.
"Pi, kamu inget Andy kan? Masa dia ngelamar game tester di kantor aku? Udah gitu—kamu dengerin gak sih?"
"Andy ngelamar. Terus?"
Ck. Nyebelin.
Kalau responnya seperti itu berarti pikiran suaminya sedang tidak ada di sini. Lihat saja, meski matanya melihat ke arah layar TV, tapi fokus pikirannya tidak pada apa yang sedang tampil di layar benda persegi panjang itu.
Kirana tebak, pasti sedang ada error di codingannya dan suaminya itu belum menemukan apa penyebabnya. Kalau sudah begini, dia sedang tidak bisa diajak cerita. Karena responnya pasti akan menyebalkan dan tidak sesuai dengan yang Kirana harapkan.
Wanita itu menghela napas, lantas bangkit dan menggendong Sansan karena jagoan kecilnya tadi hampir melahap jempol kaki papinya.
Malaikat kecilnya itu memang akhir-akhir ini suka melahap benda apapun yang dilihatnya. Makanya Kirana juga tidak boleh lengah, takutnya Sansan memasukkan benda berbahaya ke dalam mulutnya.
Sansan tampak menguap, Kirana lalu menidurkannya di keranjang bayi.
Tengah malam Kirana terbangun, tapi kali ini bukan karena tangisan Sansan, melainkan suara ketukan keyboard. Samar-samar ia menangkap sosok Harris berkutat di meja kerjanya.
Pagi hari saat Kirana membuka mata, Harris sudah sedang memeluknya dari belakang.
Kirana lalu bangun dan melakukan rutinitas pagi hari dari mulai beres-beres, menyiapkan sarapan, dan sebagainya.
"Kamu kemarin mau ngomong apa Mi yang ngelamar-ngelamar?"
Harris datang dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Andy ngelamar di tempatku, jadi game tester—"
"ANDY?!!!"
"Iya, Yang."
"KAMU BILANG ANDY?!!!"
"Huum."
"ANDY YANG DULU SUGAR BABY KAMU?!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sansan Family
ChickLitKeluarga yang.. begitulah. Warning: Penulisan belum dirapiin