papi bikin kesel mami

102 13 0
                                    

"Gue boleh pinjem duit lagi gak?"

Pertanyaan memuakkan itu membuat lelaki berkulit putih pucat menghentikan kegiatannya mengoprek laptop.

"Udah kerja masih minjem duit mulu lo."

"Gue butuh ke club."

Andy menyilangkan tangan di depan wajah ketika lelaki di depannya akan melayangkan kepalan tangan.

"Bukan buat party! Ini buat nyari klien baru."

"Utang lo yang kemaren aja belom lunas tuh."

"Tenang aja, ntar kalo gue udah dapet klien, langsung gue lunasin. Plus gue kasih bonus."

Andy pergi meninggalkan ruko tiga lantai di kawasan Tebet itu dengan tangan kosong, ia lantas berhenti di convinence store untuk memesan mie cup dan kimbab segitiga.

Asap samar mengepul ke udara ketika ia menyeduh mie-nya. Setelah itu, ia lantas membawa makanannya keluar dan duduk di kursi yang ada payung besar.

Hening tercipta dan sesekali hanya terdengar suara slurrrp ketika helaian mie masuk ke dalam mulut. Diakhiri dengan beberapa tegukan kuah yang ia alirkan ke dalam kerongkongannya.

"Hwahhh."

Perutnya pun sedikit terganjal.

Betapa tidak sehatnya gaya hidupnya beberapa waktu belakangan. Hampir tiap hari makan mie instant.

Namun bagaimana lagi, baginya, ini salah satu cara menghemat untuk bertahan hidup di tengah ganasnya ibukota.

Semenjak Tante Sandra pergi, hidupnya benar-benar berantakan. Meski sudah memiliki pekerjaan, gajinya hanya cukup untuk makan dan tempat tinggal. Boro-boro untuk tabungan dan bersenang-senang.

"Sandra, kamu kemana sih.." gumamnya sambil menatap chat yang hanya centang satu terus itu.

*****

Akhir-akhir ini Kirana kalau melihat Harris rasanya benci. Terutama saat lelaki itu mengenakan kaos kutang dan boxer kematian miliknya.

Padahal bajunya itu banyak, tapi entah kenapa kaos kutang putih yang sudah robek dimana-mana dan boxer kaktus yang bagian pantatnya memudar itu yang selalu melekat di badannya tiap di rumah.

Suatu hari, saking muaknya Kirana melihat Harris memakai outfitnya itu, ia berencana menyembunyikannya. Atau membuangnya sekalian. Tapi Kirana belum tega membuangnya, jadi disembunyikan dulu saja, nanti kalau dia sudah mulai lupa baru dibuang.

Dan sehari setelah Kirana menyembunyikannya, Harris mencari-cari benda keramat itu. Lelaki itu memolak-malik gumpalan baju bersih yang belum disetrika di keranjang.

"Mi."

"Hmm."

"Boxer kaktus sama kaos kutang aku yang biasanya mana ya?"

"Ya palingan di keranjang, Pi."

"Gak ada, Mi."

"Di jemuran coba."

Harris pergi ke tempat jemuran, kemudian kembali lagi, "Gak ada juga, Mi. Jangan-jangan kebawa ama Windy ya?"

"Ngapain si Windy bawa-bawa begituan."

"Huft, di mana ya."

"Yaudah, pake baju yang lain aja kenapa sih. Kan baju kamu banyak, gak cuma itu doang."

Lelaki yang tubuhnya hanya berbalut handuk di bagian bawah itu tidak menghiraukan Kirana dan masih melanjutkan pencariannya.

"Cancan tau gak boxer Papi di mana?" tanya Harris sambil mencari-cari di lemari pakaian.

"Tu.." kata bayi itu. Telunjuknya mengarah ke laci TV. Cancaaan kenapa kamu bilang..

Harris mengikuti arahan Sansan. Ia membuka laci TV. Dan ternyata ada.

"Hu, kamu sembunyiin kan." omel Harris ke Kirana.

Kirana berdecak kesal, "Aku sebel liat kamu pake itu mulu! Kayak gak ada baju lain aja."

"Ya biarin, orang masih enak dipake." balas Harris cuek. Ia lalu ke kamar dan muncul lagi dengan outfit terkutuk itu.

"Tau gitu langsung kubuang aja tadi."

"Yee, jangan dong."

Sansan berdiri dengan perlahan dan berjalan seperti orang mabuk ke arah mami papinya.

"Kok aku sebel ya, Pi, ngeliat kamu? Udah rambutnya kaya gitu. Pake kaos kutang compang-camping. Kalo orang ngeliat pasti langsung ngejulid, ini si Harris kok kayak gak diurusin sama istrinya.."

"Yaudah jangan diliat."

Kirana mulai emosi, "Potong rambut sana! Sebel liatnya."

"Apa sih."

"Apa aku potongin sini."

"Gak ah, ngaco ntar."

Kirana hanya bisa mengelus dada.

Sansan FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang