sansan bilang "Mi"

138 13 3
                                    

Cahaya dari layar komputer memantul ke kacamata lelaki yang sedang fokus di meja kerjanya. Bukan di kantor, tapi di rumahnya.

Kebetulan hari ini lelaki berambut gondrong itu mengambil jatah remote untuk bekerja dari rumah, tapi tidak sambil menjaga Sansan seperti sebelumnya. Karena bayi itu sedang bersama ibunya.

Tiba-tiba Harris merasakan sesuatu melingkar di lehernya. Dan di saat yang bersamaan, pantulan wajah Kirana muncul di layar monitor.

Beberapa jam sekali memang wanita itu seperti ini. Datang ke ruangan, memeluk dari belakang, lalu keluar lagi.

"Kenapa sih, Mi."

"Kangen, Pi."

"Bentar, Mi. Aku ngerjain ini dulu. Sana kamu juga kerja."

"Kichhh dulu~"

"Mi."

"Kichhh kichh."

"Mi."

"Kichhh."

"Mi."

Harris dan Kirana spontan saling menatap, sebelum akhirnya menoleh ke belakang.

Karena 'mi' yang terakhir bukan berasal dari mulut Harris.

"CANCAN?!!!"

*****

Kirana teriak kegirangan di ruang tengah sambil memeluk gemas dan menciumi anaknya sendiri.

"Pi, kita glamping yuk! Buat ngerayain pencapaian Cancan."

Harris mematikan dispenser, kemudian mendekat dengan gelas di tangannya.

"Yaudah."

"Se—serius, Pi?" Kirana tidak percaya suaminya itu mengiyakan. Padahal tadi ia hanya bercanda.

"Iya."

"Yeay!"

Sabtunya, mereka jadi ke glamping.

Setelah beberes bawaan untuk dimasukkan ke dalam tenda, mereka duduk-duduk di kursi santai sambil menikmati pemandangan malam yang dipenuhi lampu-lampu kecil berwarna keemasan.

"Romantis banget sih, Pi, suasananya."

"Karena lampunya warna kuning, Mi. Estetik. Coba lampunya gak kaya gitu. Pasti horror. Mana hutan belantara gini."

"Pi! Jangan nakutin."

"Jangan takut, Mi. Lebih serem kehidupan daripada hantu."

"Lebih serem kehidupan apa papa kamu?"

"Papaku lah. Si raja terakhir."

Kirana tertawa, "Aku inget, Pi. Dulu kamu di game online gak pulang-pulang terus papa dateng-dateng ngacungin sapu buat gebukin kamu."

"Kok kamu inget aja sih, Mi."

"Inget lah."

Paket grill yang mereka pesan datang. Dalam satu wadah ada shortplate, bawang bombay, selada, dan bumbu-bumbu.

Harris menaruh Sansan di pangkuannya, bayi itu lalu menyenderkan kepalanya di dada Harris.

Sementara itu, Kirana mulai memanggang daging. Asap perlahan mengepul dan membumbung tinggi ke udara.

"Mi, awas itu rambut kamu masuk ke panggangan."

Kirana sedikit terlonjak dan langsung menjauhkan rambutnya.

"Katanya kemaren mau potong rambut, Mi?"

"Salonnya tutup, Pi."

"Kenapa gak ke tempat lain?"

"Gak bisa, langganan aku udah di situ. Kalo di tempat lain takut gak cocok kayak yang udah-udah."

"Yaelah, perkara potong rambut doang. Emang mau potong model apa sih?"

"Ga tau, tanya yang motong ntar bagusnya gimana."

"Pendek aja, Mi. Biar kamu gak risih."

"Emang aku bagus, Pi, kalo rambutnya pendek?"

"Jangankan pendek, kamu botak aja tetep cantik, Mi."

"Masa sih, Pi?"

"Iya lah."

"Papi~"

Kirana kemudian membalik sisi daging yang masih mentah ke sisi lainnya setelah mendaratkan kecupan di pipi Harris.

Begitu ada yang matang, wanita itu menaruhnya ke piring kecil dan memasukkan daging mentah lainnya ke panggangan.

Kirana menyumpit daging yang sudah matang tadi dan mendekatkan ke mulut Harris. Lelaki itu pun melahapnya.

"Mi, Cancan ngeliatin. Dia kayanya juga pengen."

"No no."

"Dikit aja, Mi. Cuilin dikiiiit aja. Dia juga pengen ngerasain. Katamu kita glamping buat ngerayain Cancan yang udah bisa manggil kamu."

"Yaudah dikit aja ya."

Sansan FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang