"Dari tim data quantity, ada yang mau disampaikan?" Lelaki berkemeja kotak-kotak mengangkat wajahnya dan menarik kedua sudut bibir setelah mengetikkan sesuatu di laptop yang ia pangku. "Mas Tian?"
"Kalau dari kami ada satu, Mas Krisna." Tian selaku Lead Data Quantity meletakkan macbook-nya dan mulai berbicara—
"Kami butuh semacam dashboard untuk live report ke surveyor lapangan. Karena selama ini kan surveyor kalau pengen tahu data apa yang udah terverifikasi harus follow up ke koordinator surveyor, kemudian setelah itu koordinator harus follow up ke admin. Jadi kami perlu dashboard yang isinya live report dari data yang udah terverifikasi biar surveyor bisa langsung cek sendiri, sehingga bisa mempersingkat waktu. Itu aja sih dari kami," lanjutnya.
Krisna mengetikkan masukan tersebut di laptopnya, "Oke, live report ya.."
Pandangan mata Krisna beralih dari layar ke sekumpulan lelaki yang tampak seperti bujangan namun sudah tidak bujang lagi, yang duduk bersila di pojokan sambil memangku laptopnya.
"Kalau dari tim developer?"
Harris yang daritadi tidak fokus karena sedang chat dengan seseorang terlonjak setelah teman disampingnya menepuk pundaknya, "Eh?"
"Harris, lo sekarang ngerjain apa?"
"Chat, eh maksudnya, ini, apa itu namanya, emmm, dashboard-nya NihaoPay!"
"Progress-nya udah sampai mana?" Krisna dengan cepat menggulir Trello-nya ke samping. "Udah testing ya?"
"Iya Mas." jawab Harris singkat.
"Kalau Junot?"
Cowok ber-hoodie abu-abu menjawab sambil menatap layar macbook-nya, "Masih fitur booking."
"Yaudah kalau gitu kemungkinan live report-nya tim data quantity Harris yang pegang."
Harris masih lanjut chat dan kembali terlonjak saat Junot menepuk pundaknya lagi. "Eh! Siap!"
"Nanti bisa ngobrol sama Harris ya Mas Tian?" kata Krisna.
Harris menatap layar laptop dan menjawab dengan acungan ibu jarinya, meskipun pandangan mata Krisna juga tidak sedang melihat ke arahnya.
Selesai catch-up, mereka kembali ke kubikel masing-masing, kecuali Harris. Lelaki berambut gondrong itu mampir ke bean bag corner untuk rebahan sambil mengotak-atik codingannya.
Hari ini kepalanya cukup panas karena harus memperbaiki beberapa bug di dashboard NihaoPay.
Setelah beberapa menit mengotak-atik laptopnya, dia kemudian merebahkan diri di bean bag. Tangan kanannya mengambil ponsel dari saku celana. Kemudian mengirim pesan untuk yang ada di rumah.
*****
Wanita berkacamata bundar menaruh balita ber-sweater garis-garis ke dalam kursi makan bayi. Dia kemudian memberinya buah naga dan pisang yang telah dihaluskan.
"Cancan mamam ya?"
Sansan lantas tertawa girang. Balita berumur satu tahun itu sangat suka makan. Tangan mungilnya sampai mengetuk-ngetuk meja karena sudah tidak sabar.
Kirana menaruh piring ke hadapan pria kecil kelaparan itu, kemudian memasukkan suapan kecil ke dalam mulut mungilnya.
Sansan makan dengan antusias. Mulutnya sampai cemong. Sesekali Kirana mengelapnya.
"Good boy," puji Kirana.
Sansan tersenyum imut.
Selesai menyuapi Sansan. Kirana meraih ponselnya dan ada pesan masuk.
Harris: Mi, Cancan lagi ngapain?
Kirana: sending a photo..
Kirana: Mamam pi
Tanpa membalas, Harris langsung melakukan panggilan video ke Kirana.
"MI, CANCAN MANAAAA?"
Kirana mengarahkan kameranya ke Sansan yang sedang duduk kekenyangan. Balita itu masih belum sadar jika papinya muncul di layar ponsel.
"Cancan, ada Papi, Nak! Halo Papiiii." Kirana mengarahkan layar ponselnya ke hadapan balita itu.
Sansan masih fokus merasakan perutnya yang penuh.
"CANCAAAN! SAYAAANG~"
"JAGOAN PAPIII!!!! WEY, LIAT SINIII!!!!"
Mata mungil Sansan perlahan melirik ke arah layar ponsel maminya. Senyum imut mengembang di bibirnya. Menunjukkan gusi merah jambu yang baru ditumbuhi dua gigi bawah.
"Pi?"
"....."
Air liur Sansan mengalir keluar dan membentuk gelembung besar, yang kemudian langsung meletus.
Kedua telapak tangan balita ber-sweater garis-garis itu dihentak-hentakkan di meja. Dia heboh ketika menyadari papinya muncul di layar ponsel.
"Piii!"
Harris yang jauh disana sedang merebahkan diri di bean bag langsung melonjak kaget.
"TADI BILANG APA? TADI BILANG APAA?!!! MAMIII CANCAN TADI BILANG APAAAAA..."
Kirana pun sama terkejutnya dengan Harris, setelah mendengar celetukan Sansan barusan.
"Cancan bilang 'pi'!"
Kirana ngambek.
Padahal dia berharap Sansan akan mengucapkan 'mi' duluan daripada 'pi'.
"Cancan, say 'Mami', please...."
Bukannya menjawab, Sansan malah menyeringai imut. Seolah ia sedang mengerjai maminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sansan Family
ChickLitKeluarga yang.. begitulah. Warning: Penulisan belum dirapiin