PART 2 [BLUE EYES]

22.1K 1K 36
                                    

°•°Happy Reading°•°

Photo By Pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Photo By Pinterest





Citttt

Dengan perlahan Luna membuka pintu, menyembulkan kepalanya dibalik pintu, tidak ada seorangpun didalam kamar yang tampak acak-acakan itu. Ia menoleh ke kanan dan kekiri, memastikan tak ada siapapun didalam.

Dengan hati yang tampak lega Luna memasuki kamar tersebut. Tadinya Calista ingin mengantar nya menemui Marva yang akan menjadi majikannya itu. Namun tiba-tiba Calista mendapat telepon dan harus pergi saat itu juga. Dan pada akhirnya mau tak mau Luna harus menemui seorang Marva itu seorang diri.

Namun saat memasuki kamar besar ini sama sekali Luna tak melihat adanya manusia lain didalam nya selain dirinya sendiri.

Dimana anak bernama Marva itu?

Yasudah. Mau tak mau Luna harus segera membersihkan kamar acak-acakan ini tanpa izin pemiliknya.

"Semangat Luna!" ucapnya pada diri sendiri

"NUNA!"

Luna menoleh kebelakang, ada anak kecil laki laki yang begitu imut dengan ice cream yang belepotan pada baju dan mulut serta pipi tembem nya.

"Arthan? Ada apa?"

Arthan berlari kecil, dengan lugunya anak itu menyodorkan ice cream cokelat sisanya pada Luna.

Matanya berkedip -kedip Lucu, berharap Luna mau menerima ice cream sisa pemberiannya "Nuna...Athan enyang.."

"Lalu?"

"Nuna aja yang matan. Athan udah enyang, peyut Athan endut ni iyat..." Dengan lugu-nya Arthan mengangkat kaos nya keatas dan menunjukan perut nya yang sedikit bantat

Luna berjongkok, mencubit pipi gembul Arthan lalu melahap ice cream yang disodorkan anak mungil itu padanya.  Tak ada salahnya kan memakan makanan sisa anak kecil?

Arthan bertepuk tangan dengan tawa yang begitu happy "Yeayyyyy abissss!!! Nuna keyenn anget! Athan cayang Nuna!"

Lagi dan lagi, Arthan memeluknya dengan begitu riang dan antusias. Arthan sepertinya begitu nyaman dengan dirinya. Luna juga tak keberatan dengan hal itu, ia juga menyayangi Arthan. Keluguan-nya, kelucuan-nya, cara menatap hingga cara berbicara-nya bibir mungil itu, semua membuat Luna ingin mengarungi Arthan dan membawanya pulang.

Luna mengusap pipi chubby yang memerah itu, membuat mata Arthan melengkung bak bulan sabit karena kesenangan dimanja oleh Luna.

Pyar!

Bersamaan dengan Arthan, Luna menoleh ke arah celah pintu yang sedikit terbuka. Suara benda kaca jatuh itu jelas berasal dari luar kamar.

Namun yang Luna lihat bukanlah benda jatuh, tetapi sosok mata berwarna biru safir  gelap yang mengintip dibalik celah pintu dengan tatapan nyalang dan tajam yang begitu mengintimidasi.

MARVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang