2. TUGAS BARU

45 3 0
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu sampai ke telinga Dira yang tengah berkutat dengan PC di ruangannya. Sendirian. Seperti biasa.

"Masuuk!" Sautnya, dengan atensi penuh pada layar monitor.

"Oyy, hp aktipkeun!" Seru Wira yang berdiri diambang pintu dengan satu tangan menahan daun pintu.

Ini Wira, salah satu admin produksi yang beberapa waktu lalu mengantar si pengawas jangkung ke ruangannya.

Seorang pria dengan tinggi standar ukuran pria, kulitnya putih. Dari rambut, baju, celana sampai sepatunya selalu rapi, tertata.

Wira ini merupakan salah satu anak emas kesayangan dari Manager produksi. Anaknya cuek, ceplas ceplos, tapi sangat bisa di andalkan perihal pekerjaan. Otaknya benar-benar encer, seencer 'ee kucing saat sedang mencret.

"Kenapa dah?" Ujar Dira, yang baru menyadari kalau ia belum mengecek hp setelah kembali dari gudang, yang artinya sudah 2 jam yang lalu.

Ia membuka handphone dengan mode silent itu, dan menemukan sebuah pesan dari Manager Produksi masuk ke aplikasi WhatsApp.

Keningnya seketika berkerut.

"Ini apaan? Ko urang di suruh ke ruang meeting ujung si?" Tanyanya pada Wira yang masih berdiri di ambang pintu.

"Lu ada bikin salah ga?" Wira balik bertanya.

Dahinya mengernyit, mencoba mengingat-ngingat apa ada kesalahan yang ia buat hari ini?

"Salah? Apa ya? Perasaan hari ini aman-aman aja deh!" Ujarnya setelah yakin kalau belum ada kekacauan yang ia buat hari ini.

"Yaudah santuy, paling nambah kerjaan wkwkwk" Pria rapi itu melantunkan tawa mengejek.

"Ish, ga bisa liat urang santai dikit emang bapakmu!" Dira menggerutu dengan wajah kesal.

"Udah sana buruan, ntar nelpon lagi ke urang nih, males!"

"Yee, masa di telpon sama bapak tersayang gamau sih!" Ejek Dira.

"Najis ya Dir!" Wira menggelarkan wajah muak tak terima, ia berbalik dan meninggalkan Dira kembali sendirian di ruangan.

"Hahahaha" Dira terkekeh renyah melihat Wira yang selalu ngambek ketika di goda perihal bapak tersayangnya yang selalu meresahkan.

Ingat prinsip semakin bisa semakin di andalkan? itulah yang terjadi pada Bapak Wira, saudara-saudara. Karena otak nya yang encer itu, dia selalu mendapat mandat penuh untuk menanggung beban pekerjaan, terutama dari Manager Produksi yang hampir setiap hari mengurungnya di ruang meeting untuk membahas progress, monitoring, sampai diajak untuk ikut-ikutan memikirkan estimasi-estimasi terburuk yang bisa menimpa Divisi Produksi.

.

.

.

Hhhhh...... Dira menarik nafas dalam. Menyiapkan mental dan mempertebal kesabaran sebelum sampai di ruang meeting dan menghadap Manager Produksi yang cerewet itu.

Sudah bukan rahasia lagi, kalau sampai dipanggil ke ruang meeting kecil dengan sofa memutar setengah lingkaran itu pasti ada implikasi lain, bukan sekedar pertemuan biasa.

.

.

.

Tok tok tok

"Permisi..."

"Nah, ini dia nih! Masuk Dir, masuk!"

"Duduk sebelah Pa Dika tuh! Masih kosong!"

RAHADIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang