9. FAll IN LOVE WITH

17 1 0
                                    

"Teh"

Dira menghentikan sejenak pergerakan jari-jarinya yang menari diatas keyboard dan melarikan retinanya pada pria yang berdiri disamping mejanya.

"Dika nebeng disini yaa, boleh?" Tanya Dika meminta izin, sebelum mengeluarkan laptop dari tas kerjanya.

"Oh, boleh!" Dira sedikit menggeser duduknya, membereskan beberapa dokumen yang berserakan di atas mejanya.

Setelah mendapat izin dari empunya meja, Dika segera mengeluarkan laptop dari tas kerjanya dan mulai berkutat dengan laporan hasil kerja hari ini.

.

"Rumah dimana kang?" Tanya Dimas, ditengah suara ketukan keyboard yang saling bersahutan.

"Di Summarecon pak,"

Dira ber'oh' ria dalam hati 'Orang sana toh!'

"Wih, Kesini lumayan dong yah! kalau pagian macet ga tuh?"

"Lumayan sih pa, makin siang makin padet!"

"Eh daerah sana tuh yang ngelewatin masjid gede itu ya?

"Iya pak, yang merayap banget itu kan ya?"

"Nah iya! Gua dulu pernah tuh kerja daerah sana. ck, apa ya lupa nama kantornya! pokonya daerah sana tuh macett parah! bisa dua jam gua baru sampe rumah!"

"Berapa lama tuh pa kerjanya?"

"Yaah ada 4 tahunanlah kayanya, betah sih! cuma kan gua PP tuh ya, makin tua makin males aja lama-lama macet-macetan, apalagi dulu pernah tuh, duh maish inget gua...

Nah, nah...diawali dengan 'masih inget gua' itu pasti selanjutnya akan ada a story about his experience, Dira sudah hafal sekali.

"Pernah pas bulan puasa taun kapaan itu ya? adzan maghrib gua masih kejebak macet tuh dijalan! Kaga ada makanan, aer, apa segala macem! Cuma ada kerupuk kulit doang waktu itu! Gue makan dah tuh buat ngebatalin puasa. Nah keenakan sampe abis setengah plastik! akhirnya karena ga minum, nyangkut tuh kerupuk dileher! masuk kagak bisaaa, keluar kagak bisa! Ampir mati itu gue gara-gara kerupuk kulit! Mana sendirian lagi dimobil! waduuh untung ga mati gua!" Dimas bercerita dengan menggebu-gebu, khasnya. Diiringi tawa mengingat kejadian antara hidup dan matinya kala itu.

Pun Dika dan Dira yang tak bisa menahan tawa renyah mereka mendengar momen menyedihkan yang terdengar lucu saat diceritakan itu. "Terus gimana bisa masih hidup sampe sekarang, beh?" Tanya Dira jenaka.

"Ya gue turun minta minum sama orang! udah ga inget malu itu, dari pada mati kan ga lucu ya! hahaha" Dimas tertawa renyah sampai aiar matanya menetes, mengingat ia bergegas keluar mobil dan menggedor-gedor kaca mobil disampingnya.

"Wah kebayang sih pak momen menegangkan kaya gitu, untung ada yang nolongin!" Ujar Dika dengan sisa-sisa kekehannya.

"Iya! kalau ngga udah muncul headline 'Seorang pria mati tersedak kerupuk kulit!'"

Tawa Dira semakin renyah, untuk cerita kerupuk kulit ini adalah perdana, belum pernah diceritakan sebelumnya.

"Ternyata emang udah aneh-aneh dari dulu ya beh!" Ledek Dira.

Dimas terkekeh renyah, "Sialan! Hahaha"

"Aduuh ketawa mulu jadi pengen boker gua!" Dimas menyusut lelehan air mata yang keluar dari sudut matanya, serta berusaha menghentikan tawanya yang terasa memberikan tekanan ke perut sampai terjadi kontraksi.

Dika dan Dira kembali terkekeh renyah dengan keabsurdan atasan dari Dira itu.

Dimas beranjak bangun dari sandaran kursinya itu, "Anteng-anteng lu pada, gua boker dulu!"

RAHADIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang