Satu Bulan Sebelumnya
"Duduk di balkon, yuk. Langit malamnya lagi bagus banget, loh," ajak Sarah. Gadis itu tiba-tiba muncul di pintu kamar Wulan.
Tanpa menunggu persetujuan Wulan, Sarah membuka pintu yang mengarah pada balkon kecil di kamar Wulan.
Mereka bertetangga. Rumah milik tante Wulan berseberangan dengan rumah Sarah. Sejak berteman akrab, Sarah sudah terbiasa bermain ke kamar Wulan. Begitu pula sebaliknya.
Sarah memang menjadi sahabat Wulan sejak dia pindah ke kota untuk tinggal bersama tantenya, pasca kematian sang ibu saat menjelang kelulusan SMP.
Wulan menyukai berteman dengan Sarah. Sarah adalah sosok cantik yang ceria. Bagi Wulan, Sarah sangat menyenangkan dan baik, terutama kepadanya.
Wulan yang tadinya sedang sibuk dengan layar laptop, memilih mengikuti kemauan Sarah. Dia meninggalkan pekerjaannya di meja belajar, lalu mengikuti Sarah.
Balkon kamar Wulan berukuran kecil. Saat keduanya duduk berselonjor sambil bersandar di kusen pintu, ujung kaki mereka menempel langsung pada pagar pembatas balkon.
"Tadi lagi ngerjain tugas, ya?"
Wulan menggeleng atas pertanyaan Sarah. "Ngecek laporan pembukuan butik Tante Lia."
"Bukannya udah dikerjain sama pegawainya tante?" tanya Sarah, merasa heran.
"Aku aja yang pengin. Mbak Mika juga yang nyaranin buat mulai belajar dari sekarang." Wulan menyebut nama pegawai keuangan di butik tantenya.
"Wuih! Udah mau kerja aja manisku ini," puji Sarah sambil menjawil pipi Wulan.
"Masih lama, sih. Kandungan Mbak Mika baru dua bulanan. Dia ngambil cuti pas mau lahiran aja, katanya. Jadi, masih berbulan-bulan lagi aku baru bisa aktif kerja di butik."
"Eh, gue mau bilang Tante Lia, deh, biar bisa part time juga di butiknya. Biar seru kita kerja bareng," cetus Sarah dengan semangat.
"Ide bagus. Katanya, sih, tante butuh OG baru. Cocok banget, tuh."
"Sembarangan, ya!" Kali ini Sarah mencubit pipi Wulan yang sudah tertawa-tawa.
"Super cantik dan calon pengacara begini malah dijadikan OG. Jadi ambasador, dong!"
"Iya, itu juga," sahut Wulan, jujur. "Aku udah sarankan ke Tante Lia buat jadikan kamu model photoshoot berikutnya. Bakal ada baju-baju musim terbaru yang...."
"Serius, Lan?!" seru Sarah. Ketika Wulan mengangguk, dia langsung memeluk gadis itu sambil memekik bahagia.
"Gue malu kalau foto gue dipajang, tapi gue mauuu! Gimana, dong?!"
Wulan tertawa geli melihat respons menggemaskan Sarah. Sangat menghibur kesehariannya.
"Eh, sampai lupa. Tadi mau ngefoto bintang-bintangnya," ujar Sarah, segera mengambil ponsel miliknya dan mulai mengarahkan ke langit malam di atas mereka.
"Cantik, ya, Lan?" Sarah memandangi hasil jepretannya di ponsel, lalu kembali menatap langit malam.
Wulan mengangguk saja. Dia penikmat dalam diam. Tidak seperti Sarah yang kadang mudah mengeksperikan dalam tindakan ataupun perkataan.
Beberapa saat, keduanya saling terdiam sambil menatap keindahan kerlip bintang di langit. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Jadi, gimana sama Abel?" celetuk Sarah tiba-tiba.
"Abel?" Jelas saja Wulan bingung.
Abel adalah nama salah satu teman Randi, mantan pacar Sarah. Ada urusan apa cowok itu dengannya? Selain pada saat malam ulang tahun Sarah, rasanya Wulan tidak berinteraksi lagi dengan cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Mereka
RandomKumpulan cerita pendek. Cerita fiksi. Semoga terhibur. "Abel itu kayak serigala. Wulan anak domba. Gila kali ngebiarin mereka sama-sama."