Sudah lewat setengah tahun sejak pertemuan pertama Abel dan gadis bernama Wulan yang merupakan adik tingkatnya di fakultas, tapi berbeda jurusan.
Setelah malam itu, tidak ada lagi interaksi berarti antara keduanya. Hanya Randi dan Davin yang kadang terlihat saling sapa dengan Wulan apabila tanpa sengaja berpapasan di lingkungan gedung fakultas.
Kelebihan sosok Randi si playboy adalah dia selalu menunjukkan sisi welcome pada semua gadis tanpa pengecualian. Ketika banyak cowok terlihat berhati-hati saat berinteraksi dengan Wulan yang memiliki kondisi fisik terbatas, tapi Randi akan dengan santai mengajak gadis itu bercanda di depan umum tanpa terganggu dengan kecanggungan yang ditunjukkan gadis itu.
Davin yang kalem, seringnya ikut saja dengan penjelajahan Randi. Dia juga menjadi salah satu yang terbiasa menyapa Wulan kapan pun mereka berpapasan.
Mengenai Sarah, gadis itu ternyata terlampau cerdas untuk bersanding dengan si petualang Randi. Hubungan asmara mereka hanya bertahan tiga bulan. Dengan terbuka tanpa banyak drama, gadis itu meminta putus ketika akhirnya mengetahui tabiat Randi yang tidak tahan berlama-lama menjalin komitmen bersama seorang gadis yang sama.
Sarah juga tergolong dewasa dan baik hati karena pasca putus pun dia tetap menjalin hubungan yang cukup baik dengan Randi. Mungkin karena Wulan yang juga kini telah berteman dengan Randi dan Davin, hingga kadang mereka masih dapat berinteraksi dengan baik meski telah mengakhiri hubungan.
Hanya tersisa Abel. Si pengecut yang berengsek.
Kecuali Randi, tidak ada yang mengetahui kecamuk pikiran Abel atas keberadaan seorang Wulan.
Randi paham, tapi tahu diri untuk tidak mengumbar apalagi mengejek goncangan yang sedang dialami temannya. Hal tersebut bukan candaan dan dia tahu kapan harus diam.
Abel juga sadar kalau Randi mengetahui kondisinya, tapi menahan diri untuk sekadar curhat akibat dominasi egonya. Dia sangat menghargai tindakan Randi yang tetap bungkam tanpa menyudutkan sikap yang diambil Abel saat ini.
Wulandari Putria.
Gadis itu memiliki salah satu tungkai kaki cacat bawaan sejak lahir. Panjang kedua tungkai kakinya berbeda.
Hal yang belum bisa Abel terima.
Jangan terlalu menghakiminya. Abel baru berusia awal dua puluh. Egonya masih setinggi langit. Logikanya mendominasi.
Dia bukan cowok baik yang punya hati selapang samudera. Dia manusia biasa dengan segala keterbatasannya. Namun, tergolong sempurna dari segi fisik, genetik, serta bibit, bebet, dan bobot yang diwariskan keluarganya.
Sejauh ini, Abel berusaha menjadi yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik. Itu logikanya.
Namun, haruskah logika dimenangkan ketika perasaannya menggerung menuntut penyelesaian?
Sebaliknya, haruskah hati dipuaskan saat harapan telah merencanakan hal lain di masa depan?
Abel terluka secara sadar oleh dirinya sendiri.
Luka tak berdarah yang semakin menyakitkan setiap harinya.
Bodohnya, Abel memilih untuk menikmatinya. Pengecut yang berengsek.
***
Lagi dan lagi. Abel membuang waktu kosongnya untuk duduk dalam mobil yang sengaja diparkirkan di parkiran gedung jurusan akuntansi. Matanya terus menatap ke arah pintu keluar gedung sambil menghisap rokok batangan, lalu menghembuskannya ke luar jendela mobil yang sengaja dibuka lebar.
Beberapa menit lagi, pikirnya.
Abel tersenyum tipis ketika objek yang dinantinya muncul.
Wulan berjalan pelan dengan agak tertatih. Beriringan dengan salah seorang teman perempuannya. Kedunya tampak mendiskusikan sesuatu yang tercetak dalam lembaran-lembaran di tangan Wulan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Mereka
De TodoKumpulan cerita pendek. Cerita fiksi. Semoga terhibur. "Abel itu kayak serigala. Wulan anak domba. Gila kali ngebiarin mereka sama-sama."