Balada Stevia

1.4K 281 36
                                    

Ketika pintu telah terbuka, Stevia langsung melebarkan senyum. Kerinduan membuatnya sulit menahan diri. Dia hampir dikatakan menerjang pacarnya yang barusan membukakan pintu. Memeluk cowok itu dengan erat.

"Lo bau, tapi gue kangen banget!" keluh gadis itu dengan suasana hati gembira.

Tidak ada tanggapan berarti, Stevia sudah terbiasa. Cuek dan tidak banyak bicara adalah ciri khas pacarnya. Kalau cowok itu sangat perhatian dan romantis, baru aneh.

Dehaman ogah-ogahan Gama yang baru bangun tidur tidak merusak suasana hati Stevia. Sebelum melepas pelukan, Stevia menyempatkan diri mencium sebelah pipi Gama.

"Tumben rapi dan bersih gini kamar lo."

Terlalu mengenal Gama, jadi wajarlah Stevia langsung merasa heran mendapati kamar indekos pacarnya jauh dari kata berantakan.

Kecuali kondisi tempat tidur yang masih acak-acakan karena Gama memang baru bangun tidur, selebihnya ruangan tersebut tertata rapi. Sangat tidak seperti biasanya.

Selepas lulus SMA, Gama memutuskan untuk indekos. Jarak kampus dari rumahnya hampir mencapai dua jam. Terasa sangat melelahkan kalau setiap hari harus bolak-balik. Apabila tidak sedang banyak tugas atau kegiatan di akhir minggu, dia pasti akan pulang ke rumah.

Stevia masih duduk di kelas dua belas. Meski berat, dia terpaksa ikhlas menjalin hubungan jarak jauh. Sudah hampir setengah tahun mereka menjalaninya. Stevia berusaha bersabar sampai dia bisa menyusul Gama berkuliah di tempat yang sama.

"Manggil home cleaning, ya?" tanya Stevia dengan nada canda ketika Gama tidak juga menjawab pertanyaan sebelumnya.

Gama masih tidak merespons. Cowok yang terlihat masih mengantuk tersebut malah berlalu menuju kamar mandi.

Stevia mendengkus mendapati aksi bisu pacarnya. Antara gemas dan kesal. Untung saja dia sudah terbiasa menghadapi Gama sejak mereka kecil. Kalau gadis lain, pasti akan terbawa perasaan.

Rupanya Gama hanya mencuci muka. Sejenak dia memperhatikan kesibukan Stevia, lalu mengambil ponsel untuk mengirim pesan.

"Ini dari nyokap lo. Katanya, lo sempat minta dibikinin ini. Dia udah bikin minggu kemarin, lho, tapi karena lo nggak pulang-pulang jadinya dibikinin lagi dan dititipin ke gue."

Stevia membuka kotak makan berisi nasi dan lauk ayam saus mentega yang merupakan salah satu makanan kesukaan Gama. Dia duduk di lantai, menghadap meja berkaki rendah yang biasanya digunakan Gama untuk melakukan banyak aktivitas.

"Kenapa nggak bilang mau ke sini?"

Pertanyaan Gama membuat Stevia mengernyit. "Udah bilang. Kan, ada, gue kirim pesan. Pasti nggak lo perhatikan baik-baik, deh."

Gama masih asyik dengan ponsel. Tidak terlalu mempermasalahkan sahutan Stevia.

"Sarapan dulu," pinta Stevia. Dia sudah menyiapkan, jadi Gama tinggal menyantap saja.

Gama menurut. Dia mendekati meja dan duduk di sebelah Stevia. "Makan juga," ajaknya kepada gadis itu.

Stevia mengangguk sambil terus tersenyum. "Ambil minum dulu." Dia bangkit untuk menuju kulkas kecil di salah satu sudut kamar.

Rasa heran kembali menghampiri Stevia saat mendapati isi kulkas yang terisi dengan cukup baik. Beberapa botol air mineral, minuman soda, dan camilan tertata rapi. Bahkan ada buah yang biasanya paling malas dikonsumsi Gama kecuali sudah dalam bentuk siap saji.

Cerita MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang