36 | Bersekutu

634 123 31
                                    

"This is not the first time ya Jerico, kamu ninggalin aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"This is not the first time ya Jerico, kamu ninggalin aku." Jena mendengkus marah ketika Jerico menghubunginya beberapa hari setelah pesta di Hotel Mulia malam itu.

Malam itu, setelah Jena menunggu karena pria itu hendak menyapa tamu yang dikenalnya dan Jena terpaksa terjebak percakapan dengan Julian, Jerico menghilang entah ke mana. Membuat Jena harus memberhentikan taksi malam-malam di pinggir jalan.

"Aku terlalu banyak minum, aku bener-bener nggak inget. Waktu kebangun besok harinya, aku udah berada di kamar hotel, sialnya uang cash di dompetku habis dan kartu kreditku hilang. Aku sama sekali nggak nyangka kalau cewek yang ngaku-ngaku model di pesta itu cuma maling sialan."

Jena memijit pangkal hidungnya. "Oh My God, Jerico! Kapan sih kamu berubah?"

"Nggak usah teriak-teriak, Babe!" protes Jerico.

"Sorry...tapi aku bener-bener marah ya, sama kamu," ungkap Jena.

"Maaf Jena, aku janji nggak akan ngulangin lagi."

"Nggak usah janji kalo nggak bisa nepatin," gerutu Jena.

"I promise, Babe. Really, with all my heart."

"Ppfftt..."

Jerico terkikik mendengar reaksi Jena. "By the way, how's Julian?" tanya Jerico tiba-tiba. "Kalian kayaknya makin akrab. Aku juga udah liat foto yang tersebar di internet. I think your wish come true, untuk bisa deket sama dia."

Jena membeku. Jerico belum tahu kalau Julian berusaha menjadikan Jena sekutunya untuk memata-matai Jerico juga ayahnya. Bukan urusannya tentu saja, jika dua orang itu saling ingin menjatuhkan, karena Jena juga punya agenda lain. Dia harus mencari tahu kelemahan Adi Anggara, mencari tahu keterlibatan pria itu dalam kematian kedua orang tuanya dan menjebloskannya ke penjara. Dan satu-satunya cara adalah bersekutu dengan musuh, draw closer to the enemy so she knows their weakness. Begitu rencananya.

"You get my permission, Jena," kata Jerico. "Do it!"

"Aku nggak perlu izin kamu buat ngelakuin apa yang menurut aku benar."

Jerico terkekeh. "True. But, please be careful, Babe. Aku udah pernah bilang 'kan, kalau om Adi itu kejam?"

Jena menelan salivanya. "Kamu tenang aja, dia nggak punya alasan buat lukain aku."

Hening sesaat hingga akhirnya Jena bersuara untuk bertanya, "Papa kamu..."

"Kenapa papa?" potong Jerico.

The Secret of J [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang