Jam makan malam sudah datang. Kivandra beranjak menuju ruang makan dengan gaunnya. Ia merasa bersyukur karena kamarnya dipindah ke kamar utama, jadi jarak ke ruang makan tak terlalu jauh.
"Selamat datang, Nona Kivandra." Usha yang sudah duduk manis di bangkunya, menyambut.
Kivandra menunduk hormat lalu duduk di kursinya. Ada juga pangeran Ethan dan Kaisar di sana.
Setelah itu mereka segera memulai makan. Kivandra sebagai rakyat jalanan tentu saja sulit memakan tanpa suara. Gadis itu sedikit malu dengan tata kramanya, namun ia berusaha anggun dengan meniru perilaku para pangeran.
Acara makan-makan itu berakhir begitu cepat tanpa ada pembicaraan sedikit pun. Kaisar segera pamit setelah menghabiskan makanannya karena memiliki pekerjaan yang harus diurus.
Kini di ruang makan hanya tersisa para pangeran dan Kivandra seorang.
"Hei," Pangeran Ethan tiba-tiba membuka suara setelah menghabiskan makanannya.
Kivandra menoleh,"Ya, pangeran?"
"Emm, maaf atas perbuatanku di makan malam pertama dulu. Aku sudah menyakiti hatimu dengan perkataan tidak pantas."
"O-oh, tidak apa, pangeran." Kivandra mengibaskan kedua tangannya sungkan.
"Baguslah, kau memaafkan aku, kan?"
"Tentu saja, pangeran."
Ethan mengangguk puas dan beranjak dari kursinya, "Dan sebelum itu, kau bisa memanggilku kakak mulai saat ini."
Kivandra terdiam beberapa saat, hatinya menjadi hangat. Ia tersenyum manis, "Baik, kakak."
Ceklek.
Ethan pergi meninggalkan Kivandra berdua dengan Usha yang baru saja menyelesaikan makanannya.
Lelaki itu meletakkan garpu lalu menghampiri Kivandra, "Kau berbaikan dengan Ethan lebih cepat dari perkiraanku. Sangat lebih cepat."
"Saya sangat bersyukur dengan itu."
"Ya .... " Usha mengelus kepala Kivandra, "Kerja bagus."
Kivandra merasa malu, telinganya memerah. Ini pertama kalinya ia mendapat apresiasi dari hal besar atau kecil.
Ternyata ... Apresiasi seperti ini tidaklah buruk.
"Terima kasih, kakak."
Setelah kejadian ini, makan malam terus dilaksanakan di ruang makan. Di pagi hari, para keluarga kekaisaran sarapan di kamarnya masing-masing karena terdesak tugas mereka.
Kivandra pun begitu, ia sedikit sibuk dengan jadwal pesta yang akan datang. Hanya sedikit sibuk, setelahnya ia menganggur lagi. Kebiasaan Kivandra yaitu datang ke kebun Istana dan bertemu paman Gonju.
Kali ini pun begitu, Kivandra sedang dalam perjalanan menuju kebun Istana.
"Wah, kita sampai." ucapnya senang.
Dari arah kejauhan, gadis itu melihat paman Gonju tengah menanam beberapa tanaman hias. Badannya yang kekar seolah bertolak belakang dengan pekerjaannya.
"Paman Gonju!"
"Oh? Nona Kivandra!"
Kivandra mendekat, "Apakah ada yang bisa saya bantu?"
"Hoho, tidak perlu. Kalau nona ingin melihat-lihat bunga baru, ada di sebelah sana!" Paman Gonju menunjuk arah lain.
Merasa penasaran, akhirnya Kivandra menuruti saran si tukang kebun untuk menghampiri para tanaman baru. Ternyata ekspetasinya tidak salah, di sana sangat indah.
Aroma bunga yang harum tercium semerbak. Warna-warni juga memanjakan mata.
Kivandra menghela napasnya dan berjongkok di depan bunga-bunga kecil. "Aku merindukan rumah."
"Di sini aku bisa makan daging setiap hari, tetapi aku merindukan kentang rebus dengan garam"
"Aku juga rindu melayani pelanggan yang cerewet."
Menelungkupkan wajahnya diatas lutut, Kivandra merenung dalam diam. "Besok adalah pesta keduaku sebagai putri pengganti."
"Aku hanya takut tak bisa melakukan tugasku dengan baik lagi. Jika itu terjadi, aku akan diusir." Gadis itu mencengkeram lengannya sendiri, "Aku takut."
"Aku sungguh takut jika diusir dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...