D U A

2.3K 260 11
                                    

Stella menatap Jisung dengan tatapan sanksi, dirinya tidak yakin Jisung bisa mengatasi hutang miliknya yang cukup banyak itu.

"Jisung, apakah benar benar yakin dengan keputusan yang telah kau ambil ini?"

Jisung tersenyum cerah, saat ini dia sangat percaya diri bahwa dirinya bisa melunasi segala hutang ini. Bagaimanapun dia adalah penulis dari cerita ini jadi sangat mudah untuknya mengubah segalanya.

"Tentu, bukannya kita bisa meminjam ke bank atau koperasi?" Kawan Jisung percaya diri.

Stella menggeleng, jika saja dia bisa meminjam di bank maka dia tidak akan pernah mau meminjam uang dari pada mafia itu.

"Kita tidak bisa meminjam di bank, karena kita tidak punya dokumen tanah ataupun barang berharga"

Kepercayaan diri Jisung yang tadinya melambung kini hancur, dirinya bahkan tidak pernah terpikir untuk membuat dokumen penting yang bisa dijadikan jaminan untuk meminjam uang di bank. Dan sekarang dia merasakan akibat dari perbuatannya sendiri.

Ya, kalau begini Jisung tidak bisa lepas dari jeratan Jaemin. Sialan sekali, semua ini karena penyihir sialan yang memasukkan dirinya kedalam cerita yang dia buat sendiri.

**********************

Jaemin menatap berkas yang diberikan oleh anak buahnya, tanpa basa basi dia langsung mengambil dan membaca berkas itu dengan seksama.

Berkas yang sedang ia baca itu adalah berkas yang berisikan informasi serta data diri dari Park Jisung, pemuda yang dengan lancangnya merebut perhatian seorang Na Jaemin. 

"Park Jisung ya? Ah...tidak! Namanya akan lebih indah jika diganti menjadi Na Jisung" Jaemin menyeringai layaknya baru mendapatkan mangsa. Jisung dengan segala keberaniannya sebentar lagi akan menjadi milik dirinya.

Saat sedang sibuk memikirkan Jisung tiba-tiba saja Jaemin mendapatkan telepon yang berisikan informasi tentang sebuah kelompok mafia kecil yang mencoba mengganggu kekuasaan dirinya yang absolut.

"Baiklah, aku akan segera kesana! Sudah lama sekali diriku tidak bermain"

***************************

Tak butuh waktu lama, Jaemin akhirnya tiba di sebuah gudang tua tempat persembunyian para tikus pengganggu yang mencoba mengganggu kekuasaan dirinya.

Jaemin terkekeh sinis, sepertinya tidak butuh waktu lama untuk membereskan hal ini.

Mendengar kekehan dari pimpinannya, sontak saja para anak buah Jaemin meringis merasa sedikit kasihan. "Jika saja mereka sayang nyawa, pasti mereka tidak akan melakukan hal senekat dan segila ini." Begitulah pikiran anak buah Jaemin.

"Berjagalah di depan, jika aku belum kembali masuklah dan serang mereka semua" titah Jaemin.

Jaemin tidak takut kalah, hanya saja dia sudah cukup lama hidup di dunia bawah. Manusia yang berada disini semuanya sampah tidak akan yang bisa di percaya oleh karena itu Jaemin selalu berjaga-jaga agar dirinya tidak terjebak.

Pada akhirnya Jaemin masuk seorang diri kedalam gudang tua itu. Saat dia masuk dirinya langsung dihadiahi dengan tendangan dan pukulan. Tentunya itu bukanlah hal baru bagi Jaemin karena dirinya sudah terbiasa dengan tindakan gegabah dari kelompok mafia kecil.

"Saat ini suasana hatiku sedang baik, jadi aku mempersilahkan kalian untuk kabur tapi jika tidak mau maka jangan salahkan aku bila hidup kalian cukup sampai disini saja" tegas Jaemin.

Tidak ada pergerakan, yang ada hanya tawaan dari para musuhnya. "Sepertinya kau lah yang akan mati disini, lihat saja kami banyak dan kau hanya seorang diri" 

"Sebentar lagi anak buahmu akan kehilangan pemimpinnya"

"Baiklah waktu percakapan selesai! Mari kita lihat siapa yang akan mati, aku atau kau?" Jaemin tersenyum lebar namun, sarat akan bahaya.

*********************

Jisung saat ini nampak benar-benar bingung, dirinya masih memikirkan bagaimana caranya melepaskan diri dari jeratan Jaemin. Jisung tidak ingin mati karena Jaemin, tapi jika hutang ini tidak lunas maka sepertinya Jisung akan benar benar mati.

Jisung menatap kedepan jalanan, dirinya kini duduk di halte bus. Netranya menatap ke seorang pejalan kaki yang sedang terluka. Karena kasihan akhirnya Jisung memutuskan untuk mengobati orang tersebut yang tak lain adalah Jaemin.

"Wow, aku baru tahu kau bisa terluka" gumam Jisung menatap sudut bibir Jaemin yang mengeluarkan darah.

"Apakah perlu ku beri tahu bahwa aku juga manusia sama seperti dirimu" seru Jaemin. 

"Hehe, aku kira kau monster"

"Jika kau ingin menghina lebih baik pergi!" Usir Jaemin.

"Tidak aku tidak akan menghinamu lagi, ngomong-ngomong darimana kau mendapatkan semua luka ini?" Tanya Jisung.

"Aku baru saja membereskan para hama yang mencoba menggangguku"

"Apakah mereka mati?"

"Menurutmu?" Tanya Jaemin balik.

"Dilihat dari segala sisi keberingasan mu, aku yakin mereka semua telah tiada, apakah kau sudah mengubur mereka dengan layak?" Tanya Jisung.

Jaemin tersenyum, "Tenang saja aku sudah membakar mereka semua"

Jisung hanya menghela napas, "Tunggu disini, aku akan mengobati lukamu"

"Hmm, aku akan menerima bantuan mu, tapi ingat bukan berarti aku akan melunasi segala hutang yang kau tanggung itu" seru Jaemin.

Jisung memutar bola matanya, "Ya, aku tahu itu"

Jisung terlihat sangat serius ketika mengobati Jaemin, hal itu membuat dada Jaemin berdesir hangat karena akhirnya ada orang yang memperhatikan dirinya. Disisi lain terlihat wanita yang sama yang telah memasukkan Jisung kedalam cerita ini.

Wanita itu tersenyum senang "Aku sangat penasaran, langkah apa yang akan kau ambil untuk menyelamatkan dirimu sendiri penulis kecil"

**************

To Be Continued










My Own Novel : JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang