"Kamu tidak apa-apa?" tanya Karin setelah dia mengusir Kania terlebih dahulu.
Arina tak menjawab apapun. Dia hanya diam karena masih terkejut akibat pesan barusan.
Sudah ia duga. Seseorang menjebaknya!
"Aku percaya padamu," ucap Karin sambil tersenyum.
"Kenapa?" tanya Arina bingung. Dia segera bangkit dengan harapan Karin dapat membantunya.
"Malam itu, saat kamu pergi ke minimarket, aku melihatmu dan mengikutimu karena aku ingin mengembalikkan buku paket yang sempat aku pinjam darimu. Mobil Kania terparkir di halaman minimarket. Di saat Kania dan keluarganya masuk ke minimarket, ada orang berpakaian hitam masuk ke dalam mobil tersebut. Jadi aku percaya pada—"
"Karin ... Karin ... Bodoh sekali. Seorang pembunuh pastinya akan menyembunyikan pembunuhannya. Agar tidak dicurigai, mungkin saja Arina menyuruh orang lain." Tiba-tiba terdengar suara Tiara yang sedang berjalan melewati Karin dan Arina.
Karin menatap Tiara dengan sinis. Anak itu memang sangat menyebalkan. "Kamu sedang menggendong jin, Tiara."
Setelah itu Tiara diam, tubuhnya mendadak kaku. "Jangan menakutiku, Karin. Jangan kamu pikir aku bakalan takut sama leluconmu itu!" seru Tiara memasang wajah angkuh, tetapi tangan dan bahunya gemetaran. Dengan langkah berat, Tiara pergi karena ketakutan.
Selepas Tiara pergi, Karin tertawa puas. Memang itulah cara Karin untuk membuat orang-orang jahat tidak berani mendekatinya. Kelebihannya ini memang membawa untung, terkadang teman-teman tak kasat matanya selalu menjaga dan mengikuti Karin di belakang.
"K-Karin ... Boleh tidak kalau aku m-menginap di rumahmu. Semalam saja! Aku takut, aku tidak mau pulang ke rumahku," pinta Arina. Karin langsung mengangguk antusias setelah mendengar permintaan Arina.
"Kebetulan sekali! Aku sedang sendirian di rumah. Kamu bisa memakai kamar adikku, Kiran. Kiran sedang melaksanakan study tournya, ayah dan ibu sedang ke rumah kakek dan nenek," ucap Karin. Arina bersyukur karena Karin nengizinkannya.
Setelah Karin menyemangati Arina, akhirnya Arina mau kembali ke kelasnya. Lagipula waktu istirahat sudah hampir habis. Jika ditanya, mengapa sudah istirahat? Bukannya tadi Arina pingsan waktu belajar? Jawabannya, Arina pingsan sampai waktu istirahat.
Begitu Arina sampai di kelas, tas Arina sudah dipindahkan ke kursi paling belakang. Arina diam mematung setelah semua murid di sana menatapnya ngeri.
Berbagai ucapan tak mengenakkan mulai terdengar di telinga Arina.
"Dian, aku mau duduk di samping kamu boleh? Aku duduk di bangku depan Arina nih. Gimana kalo tiba-tiba pas belajar dia nusuk aku dari belakang? Hiiy, gak mau!"
"Aku juga gak mau duduk sebarisan sama Arina," balas gadis bernama Dian itu.
"Bisa gak ya kalo aku pindah ke kelas IPS 3 aja? Aku gak mau di kelas ini. Bisa-bisa nanti kelas ini dibom!"
Mata Arina perih, rasanya ingin menangis mendengar dan melihat berbagai perkataan teman-temannya yang begitu menusuk hatinya. Arina tidak bisa diperlakukan seperti ini.
Lantas, Karin menepuk-nepuk bahu Arina yang bergetar. Arina segera duduk di kursinya dan menutup wajahnya dengan tangan.
Dia menangis. Mentalnya memang lemah, Arina tahu itu.
Rasanya sakit saat teman-temannya yang biasa menyemangati, justru meruntuhkan semangatnya. Hari ini, Arina yang biasanya ceria menjadi pendiam.
Tak banyak berbicara.
Tak banyak bergerak.
Tak banyak ekspresi.
"Hey, apa Gina gila? Lihat! Dia memindahkan tasnya ke kursi samping Arina. Waaah, cari mati dia!" ejek Nabila dengan heboh. Yang lain meneriaki Gina dengan berbagai ejekkan. Tapi, wajah Gina terlihat baik-baik saja, dia memang kuat. Gina hanya tersenyum menanggapi semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terror Hantu Bisu
HorrorAwalnya, Arina hanyalah seorang gadis remaja biasa yang menjalani kehidupan sekolahnya dengan normal. Tetapi, tiba-tiba saja semua berubah semenjak dirinya memimpikan sosok menyeramkan yang menuduh Arina sebagai pembunuh. ©spicystars_ 2022 (2020) [...