PART 4

3 2 0
                                    

Arina memutuskan untuk sekolah. Sebenarnya, Arina sedikit ragu untuk pergi ke sekolah setelah kejadian kemarin.

Mama Arina juga telah menyarankan lewat pesan untuk tidak masuk sekolah. Papa Arina meminta maaf karena kemarin sempat terbawa emosi. Yah, walaupun sedikit jengkel, sebagai anak yang baik Arina memaafkan mereka berdua.

Begitu menginjakkan kaki di kelasnya, Arina disambut dengan tatapan tajam. Di sana, hanya Karin dan Gina yang tersenyum dan menyuruh Arina untuk segera duduk.

"Harusnya dia kan ada di penjara, kok masih berani nampakkin mukanya di sini?" Bisik-bisik murid yang ada di kelas mulai terdengar memecahkan kesunyian.

Arina hanya tersenyum tipis. Tak lupa untuk memberikan senyuman tersebut untuk orang-orang yang membicarakannya. "Jangan menyesal dan malu kalau semuanya sudah terungkap."

Namun, mereka semua tak mendengarkan seolah-olah ada yang menyumpal telinga mereka. Hati Arina serasa teriris mendengar ucapan tak pantas dari mulut-mulut berdosa itu.

Karin yang duduk di belakang Arina menepuk pundak gadis itu dan menenangkannya. "Tenang, aku bakalan bantu kamu kok. Pelakunya bakalan ketangkap."

Ucapan tersebut justru membuat seseorang mendecih tak percaya. Orang itu meremehkan ucapan Karin dan tersenyum licik. "Sebelum kamu menemukan pelakunya, kamu akan ditemukan terlebih dahulu oleh Arina dalam keadaan tanpa nyawa, Karin," gumamnya pelan, sangat pelan, bahkan nyaris tak terdengar.

"Eh, Arina. Kamu dengar sesuatu?" tanya Karin yang merasa ada seseorang menyebut namanya dan nama Arina.

"H-hah? Dengar apa?" tanya Arina. Tetapi, sebelum sempat Karin menjawab, Arina dengan cepat menggeleng gugup. "Eh nggak denger apa-apa tuh."

"Beneran, aku dengar. Atau, itu cuma efek kelebihanku aja ya?" Ucap Karin yang mulai menepuk-nepuk telinganya.

"Iya kali, mungkin itu mereka dari alam lain yang bicara." Ucap Arina.

Walau sebenarnya, Arina juga merasakan hal sama. Namun, yang didengarnya lebih jelas sehingga ia tak mau membicarakannya dengan Karin. Entahlah, Arina hanya merasakan firasat yang buruk untuk ini.

Suara yang didengarnya sangat pelan, seolah-olah terbawa angin kemudian menghilang. Tak heran jika sekarang Arina mulai berasumsi bahwa itu hanya sekedar halusinasi.

Tiba-tiba saja Karin menatap lurus keatas, pandangannya kosong. Saat Arina menoleh, Karin tersenyum. Kemudian Karin terkekeh kecil yang semakin lama kekehan itu berubah menjadi tawa menggelegar.

Entah mengapa, Arina merasakan aura negatif terpancar dari tubuh Karin. Memang, sejak lama Arina bisa merasakan kehadiran makhluk lain. Namun, bukan berarti ia seperti Karin.

"K-Karin kenapa?"

"Kariinn! Sadar! Sadar!"

"Tenangin Karin, woy!"

Suasana kelas yang hening mulai menjadi ricuh semenjak Karin kerasukan. Tanpa aba-aba Karin langsung menjambak rambut Arina.

"Aduh! Sakit!" ringis Arina sambil berusaha melepaskan jambakkan tersebut.

Karin tertawa, dia menarik rambut Arina dan membuat Arina terpental. Kepalanya menghantam ujung meja, kemudian tersungkur ke lantai.

Namun, entah apa yang dipikirkan oleh orang-orang bodoh itu. Mereka justru mendukung Karin untuk meneruskan aksinya.

Untung saja, Pak Yono datang dan segera mengeluarkan makhluk yang merasuki Karin. Setelah sadar, Karin langsung menangis tak henti setelah menyadari bahwa tangannya baru saja mencelakai seseorang.

Terror Hantu BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang