PART 5

1 1 0
                                    

Selama seminggu ini Arina hanya diam karena sedikit trauma setelah kematian Karin. Ia merasa kalau semuanya akan berakhir sia-sia tanpa Karin yang membantunya.

Shirra yang seminggu ini menjaganya, terkadang Galvin dan yang lainnya juga datang. Namun, karena Galvean terlalu berisik, akhirnya Shirra mengusirnya.

Mimpi itu selalu datang setiap malam. Namun, ada satu mimpi yang membuat Arina selalu memikirkannya. Di dalam mimpi itu, Karin selalu menyuruhnya untuk menyelidiki pembunuh Kania.

Arina memutuskan untuk berusaha menyelidikinya dengan Shirra. Walaupun Shirra tidak banyak membantu, namun dia dapat menjaganya. Tujuan utamanya adalah rumah Karin, siapa tahu di sana ada petunjuk dari pembunuh.

Arina keluar dari rumahnya dengan kulit pucat dan tubuh yang lebih kurus. Bahkan bibirnya yang semula berwarna merah, sekarang berwarna merah muda pucat. Kantung matanya terlihat jelas dan menghitam. Semuanya karena Arina lebih sering begadang dan makan 1 kali sehari.

Udara sejuk pagi ini menyelimuti kota. Arina yang beberapa hari ini tidak keluar rumah dan mengurung diri di kamar, sekarang merasa rindu dengan keadaan luar rumahnya.

Dengan langkah pelan, gadis itu menghampiri rumah dengan aura mistis yang mencekam. Rumah dengan nuansa hitam dan abu-abu tersebut ia hampiri dengan langkah ragu.

Tok! Tok!

Cklek ...

"Halo, Bu. Selamat pagi," sapa Arina ramah sambil menyalami tangan Mama Karin yang kurus.

"Selamat pagi, Nak. Temannya Karin ya?" tanya wanita paruh baya tersebut dengan senyum tipisnya.

"Iya, apakah boleh saya menjelajahi rumah ini? Saya tidak berniat jahat kok. Saya diminta oleh Karin sendiri lewat mimpi saya," jawab Arina sambil menunjukkan senyum hangatnya. Mama Karin tersenyum ramah lalu mengangguk.

"Silahkan, Nak."

Begitu masuk, Arina di sambut dengan pemandangan mengejutkan. Di ujung sana, terdapat seorang perempuan dengan pakaian serba putih berambut panjang, Arina tahu jelas siapa dia. Namun, sejak kapan Arina dapat melihatnya?

Saat memasuki kamar bekas Karin, Arina tersentak melihat banyak sekali anak kecil di sini. Ada anak kecil yang menenteng kepalanya sendiri, ada anak kecil dengan kepala yang sangat besar, dan ada juga anak kecil yang tidak mempunyai mata, hidung, dan mulut. Mereka langsung diam dan keluar seolah tahu apa yang akan dilakukan oleh Arina.

Di meja belajar milik Karin, terdapat secarik kertas lusuh yang menarik perhatian Arina. Ia mengambil kertas tersebut dan membacanya.

'Hai, Arina kan? Jika aku mati, aku menyimpan bukti yang aku temukan di dalam gulungan kertas yang ada di samping kertas ini!'

Ternyata Karin menulisnya sebelum dia mati. Dia memang peka, pastilah Karin sudah menyadari bahwa pembunuh itu mengincarnya. Lantas, Arina segera mengambil gulungan kertas dan membukanya. Terdapat sebuah gelang dengan nama yang ditulis dengan sandi yang Arina tidak tahu. HJOBBVMJB, entah apa artinya.

Setelah mendapatkan gelang tersebut, Arina segera menjelajahi kamar Karin dan menemukan sebuah kalung yang sangat-sangat Arina kenali.

"Loh, bukannya ini kalungnya—"

Drrrtttt, Drrrtttt!

Ponsel Arina bergetar. Namun, saat Arina ingin mengangkatnya, panggilan tersebut berhenti dan tergantikan dengan sebuah pesan dari nomor penerror misterius yang sempat mengiriminya pesan beberapa minggu lalu.

xxxxkuin :
Yaahh, kenapa seminggu ini tidak keluar rumah? Takut denganku? Pasti bosan ya di rumah terus. Mau bertemu denganku?

Arina menggeram kesal. Ia tak peduli dengan nyawa. Asalkan dirinya bisa menemukan pelaku di balik semua ini, dengan keberanian yang ia miliki, gadis itu menanyakan keberadaan si penerror misterius.

"Nak ...," panggil Mama Karin.

"I-iya, Bu?"

"Mau cerita sebentar, boleh?" tanya Mama Karin, Arina mengangguk sembari menunggu jawaban dari penerror misterius tadi.

"Saya belum percaya kalau Karin meninggal, Nak," ucap Mama Karin membuat Arina membelalakan matanya.

"Maksud Ibu?"

"Jadi, Karin belum dikuburkan. Mayatnya hilang. Tapi, yang saya temukan, ada jejak sepatu yang dipakai Karin," ucap Mama Karin sambil menunduk. Arina berpikir sebentar, padahal jelas sekali dalam telepon tersebut bahwa Karin telah mengembuskan napas terakhirnya.

Pesan dari penerror tersebut masuk membuat keberanian Arina sedikit menciut.

xxxxkuin :
ternyata seorang arina sudah siap mati. temui aku di gedung tua yang sudah tak terurus di jl. xxx no. 12

Arina memutuskan untuk pergi ke sana. Walaupun taruhannya adalah nyawa, selagi Shirra masih berada di belakangnya, mungkin Arina masih bisa berlindung.

Begitu memasuki kawasan gedung tua yang seluruh temboknya hampir tertutupi dedaunan, aura mistis sudah terpancar dari sana.

Dari dalam sanapun sudah terlihat banyak sekali penghuninya, ya, semenjak kematian Karin, Arina bisa melihat semua itu. Ia melihat wanita berpakaian putih melayang-layang di area gelap. Banyak, banyak sekali jumlahnya.

Energi Arina terasa di serap oleh makhluk-makhluk tersebut, tubuhnya melemas. Namun, ia memaksakan kakinya untuk terus berjalan menyusuri lantai bangunan tersebut.

Tuk ... Tuk ...

Bahkan langkah kakinya saja terdengar begitu jelas di ruangan kosong namun banyak sekali penghuni tak kasat matanya. Begitu sampai di tengah ruangan, Arina disuguhi dengan sebuah kepala menggelinding di bawahnya. Membuat Arina mundur secara refleks.

Kepalanya mulai pusing diiringi dengan suara langkah kaki yang berlari tak beraturan, padahal di sini hanya ada dirinya dan orang itu.

"Ck, pengap sekali," keluh Arina sambil mengusap keringat dingin yang mengalir di dahinya.

"A-Arin ...," panggil Shirra pelan, bahkan tersirat ketakutan dari nada bicaranya.

"Iya, Shirra?"

"Maaf sekali, aku tidak bisa ikut masuk. Mereka terlalu kuat dibanding denganku. Aku akan mengunggumu diluar, tak apa kan?" tanya Shirra dengan kepala menunduk tandanya ia merasa bersalah.

"Jika kamu tidak kuat, tidak apa-apa, aku bisa sendiri," jawab Arina sambil berusaha tersenyum. Dalam sekejap, Shirra menghilang dari hadapannya.

Disaat Arina sedang tak fokus. Seseorang memukul kepalanya dari belakang membuat Arina ambruk. Orang tersebut menyeret Arina yang pingsan ke sebuah tempat.

"Kejutan akan menghampirimu, Rina."

TBC—

Hayoo, ketebak kan? Udah jelas banget sih ini, hehe.

Terror Hantu BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang