PART 6

1 1 0
                                    

Arina membuka matanya dan mengerjapkannya beberapa kali. Matanya menyipit saat melihat samar-samar sosok perempuan berdiri beberapa meter darinya. Namun, karena ruangannya terlalu gelap, Arina tak dapat melihatnya dengan jelas.

"Sudah bangun, ya?" tanyanya dengan suara yang dibuat-buat semisterius mungkin.

"Euhm ... Kepalaku sakit. Kenapa gelap sekali?" Arina menatap sekelilingnya bingung.

Ctrek!

Lampu menyala dengan cahaya remang-remang. Seorang perempuan dengan rambut hitam sedikit kecoklatan yang ia gerai berjalan mendekat. Arina tidak tahu siapa dia karena, dia memakai topeng.

Perempuan misterius tersebut berjongkok di depan Arina sambil mengangkat dagu Arina agar dapat melihat lurus ke matanya. "Kembalikan gelang dan kalungku." tangannya terulur meminta gelang dan kalungnya dikembalikan.

"Sebentar, sepertinya aku mengenalmu. Tapi, tidak mungkin kan kalau kamu ini—"

Dia melepas topengnya kemudian tersenyum lebar menampakkan gigi gingsulnya yang khas. "Ya, aku Gina, sahabatmu."

Arina menatap Gina tak percaya kemudian memberontak sambil berusaha melepas tali yang mengikat kedua lengan dan kakinya. Selama ini, ia telah mempercayai orang yang salah.

"Kenapa? Kamu ... Terkejut? Hahaha, bagaimana aktingku?" tanya Gina sambil terkekeh.

"Kamu, kamu yang membunuh Kania dan Karin?" tanya Arina ragu. Ia tetap mencoba untuk tenang.

"Benar sekali, Rina. Aku yang membunuh Kania karena yaaah aku merasa bosan saja jika tidak membunuh orang, dan aku geram melihat tingkah sok baiknya. Dia juga sasaran yang tepat karena berani mengambil Arvin dariku! Dan, aku membunuh Karin karena dia telah mengetahui pelaku dari semua ini. Aku mencekik Karin sampai mati." ucap Gina santai tanpa merasa bersalah sedikitpun. Tubuh Arina bergetar mendengar hal itu.

"Kamu membunuh Kak Kania hanya karena Arvin menyukainya? Bu-bukankah kamu bilang kamu sudah berhenti menyukai Arvin beberapa bulan lalu?"

"Itu tidak mungkin. Aku menyukainya sejak SMP. Seharusnya Arvin menjadi milikku seutuhnya! Tapi, dia malah menyukai perempuan cacat itu!"

Arina menelan ludah. Pantas saja waktu itu Arvin bereaksi berlebihan dan menunduh Arina telah membunuh Kania. Rupanya lelaki itu menyukai Kania.

Lebih baik Arina segera mengganti topik.

"La-lalu, kenapa Karin bisa tahu kalau kamu pelakunya?"

"Karena di dalam gelang tersebut ada sebuah sandi atau kode yang menyebutkan namaku. Namun, namaku ditulis memakai huruf setelahnya. Seperti huruf setelah G adalah H, huruf setelah I adalah J, huruf setelah N adalah O, dan huruf setelah A adalah B. Jadi, HJOBBVMJB adalah GINAAULIA. Paham?"

Sejenak Arina merasa kalau dirinya adalah orang paling bodoh di dunia ini karena tak menyadari arti kode atau sandi semudah itu. Tangannya terus bergerak untuk membuka tali yang mengikat lengannya.

Gina hanya tersenyum kecil melihat Arina yang kesusahan. Lantas, Gina menendang kursi yang Arina duduki sampai terguling ke samping membuat kepala bagian samping Arina menghantam lantai.

"Berdiri!"

Dalam hati Arina mengumpat. Bagaimana dia bisa berdiri sedangkan keadaannya tertidur dengan keadaan kaki dan tangan yang diikat ke kursi. Gina mengeluarkan pisau lalu memotong tali yang melilit di tangan Arina dengan kasar membuat sebagian kulit tangan Arina terluka.

Arina berdiri lalu memundurkan tubuhnya membuat Gina tersenyum bangga. Dia suka jika sahabatnya ini ketakutan. Gina menarik tangan Arina dan mengukir sesuatu di sana. Dia menggores-goreskan pisau tersebut pada lengan Arina sampai darah berceceran, begitupun dengan kakinya yang ia lukai dengan pisau yang sudah berkarat agar Arina merasakan sakit yang luar biasa.

Setelah Arina meringkuk di pojok ruangan sempit tersebut dengan keadaan lemah. Gina mengeluarkan pistol dari saku jaketnya.

"Ada kata-kata terakhir untukku? Atau untuk teman-temanmu yang sudah tak percaya lagi padamu?" tanya Gina sambil menodongkan pistolnya.

"AKU BERJANJI AKAN MEMBALAS PERBUATANMU. AKU TIDAK AKAN PERNAH MENGINGKARI JANJIKU. INGAT ITU!" teriak Arina bertepatan dengan air mata yang mengalir dari matanya.

Gina menarik pelatuk pistol tersebut, dan ....

DOR!

TBC—

Ini agak pendek soalnya aku mau gantungin dulu. Dan maaf kalo bagian ini agak berantakan karena aku nulisnya buru-buru:(

Jangan tegang, jangan tegang, okaayyy!! Masih ada 2 part dan 1 epilog juga 1 chapter penjelasan-!

Yang kemarin nebak Gina angkat kaki! Eh, angkat tangan maksudnya. Selamaat, anda benar!

Terror Hantu BisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang