4. I Wanna Tell You

260 15 0
                                    

"Jadi gimana, Na?" Tanya Karina, teman kecil Jaemin yang saat ini sedang menatap dirinya di hadapannya.

Bukan hanya Karina saja. Tapi ada Winter, Renjun, Ningning dan Haechan, teman masa kecil Jaemin.

Saat ini, ia memang memutuskan untuk bertemu dengan teman-temannya. Ah lebih tepatnya si ia mengajak mereka bertemu, karena sudah lama mereka tidak bertemu.

"Ya gitu, gue nikah sama dia." Ujar Jaemin, seraya meminum minumannya.

"Yeuh si anjir, jadi beneran nikah tahun ini?" Tanya Ningning tak percaya. Pasalnya sahabatnya ini kalau di tanya nikah itu, pasti jawabannya tahun depan mulu.

"Iya jadi. Minggu ini malah. Undangannya udah gue kirim lewat whatsapp ya." Seru Jaemin, yang sepertinya tak ada beban untuk berbicara seperti ini.

"Gimana cowo pilihan ibu lo? Ganteng? Kaya gak?" Tanya Haechan. Haechan itu tau kalau kriteria cowo temannya ini hampir menyerempet ke sempurna, udah kayak rokok kan.

Tanpa ba bi bu, ia langsung mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkan foto Mark kepada teman-temannya.

"Ini mah paket lengkap anjir." Seru Renjun yang tidak menyangka jodoh temannya ini bisa dapet apa yang dia inginkan.

"Ini sesuai request-an lo?" Tanya Winter.

"Iyalah. Lo tau sendirikan kalau gue sukanya sama cowo ganteng, kaya dan seiman? Mumpung udah ketemu, langsung gue iyain aja. Lagipula gue cape di tanya kapan nikah mulu. Dahal gue gamau nikah. Kalo ibu gue gak nuduh gue lesby, gak bakal nikah gue sampe sekarang." Ujar Jaemin.

Iya ibunya Jaemin tuh punya banyak cara supaya dia nikah. Sampai satu titik di mana ia udah lelah, dan akhirnya menyetujui perjodohan yang di ajukan sama ibunya, ketika ibunya nuduh dia suka sesama wanita.

Kan aneh bukan? Padahal kalo ngeliat fotonya Taeyong nct, ia selalu teriak kayak orang gila. Masih aja di tuduh lesby.

"Terus lo mau nikah di mana?" Tanya Ningning.

"Gbk. Temanya ada 3 dalam 1 acara, ada Indonesia, Kpop sama bola." Jawab Jaemin.

"Fix sih, semua hoki lo udah kepake semua. Kayaknya di kehidupan sebelumnya lo pernah nyelamatin negara deh. Bisa-bisanya semua keinginan yang lo pengen keturutin semua." Ujar Renjun.

"Iya sih anjir. Udah dapet cowo ganteng, kaya, seiman. Udah gitu konsep pernikahannya yang pengen dia inginin lagi." Sahut Winter.

"Itu namanya kekuatan omongan." Timpal Karina, yang membuat keempat temannya menatapnya, kecuali Jaemin.

"Kekuatan omongan gimana?" Tanya Haechan.

"Lo tau sendiri kan si Jaemkn sering ngomong kalo dia pengennya dapet lelaki kayak gitu. Terus juga dia pengen ngadain tempat nikah di gbk, sama pakai 3 konsep yang berbeda. Itu namanya kekuatan omongan, berubah menjadi doa dan juga kenyataan. Makanya kalo ngomong buat diri kita sendiri itu yang baik-baik." Jelas Karina.

"Lagipula si Jaemkn juga kaya. Gak mungkin dia nyari calon di bawahnya dia. Lo gak lihat sekaya apa dia sekarang? Jadi wajar lah kalo nyari calon yang setara sama dia. Lo tau sendiri kan cowo jaman sekarang itu kebanyakan maunya di nafkahin." Sahut Haechan, menyetujui ucapan Karina.

"Iya termasuk lo kan?" Ledek Renjun.

"Ih gue mah bukan! Lagipula gue bottom, njir. Jadi wajar." Balas Haechan, menanggapi ledekan Renjun.

Sedangkan Jaemin hanya bisa terkekeh mendengar semua yang di ucapkan temannya. Temannya hanya tau yang enaknya saja. Mereka gak tau gimana kerja keras dia selama ini, sampai dia masih bisa bertahan dan hidup di titik ini.

"Lah, mau ke mana lo?" Tanya Haechan, menatap heran temannya yang beranjak.

"Mau ketemu calon gue dulu. Anaknya udah teleponin dari tadi." Ujar Jaemin, seraya menunjukkan layar ponselnya sekilas, lalu pamit pergi meninggalkan teman-temannya.

Sampai di depan cafe, ia langsung mengangkat panggilan masuk dari calon suaminya, yang daritadi terus bergetar.

"Hallo, Mark. Kenapa?" Tanya Jaemin to the point.

"Makan siang di mana? Aku akan menjemput dirimu untuk makan siang ya?" Tanya balik Mark, yang langsung to the point juga, atas maksud dan tujuannya.

"Nasi padang di dekat rumahku saja gimana? Enak, terus murah lagi." Tawar Jaemin.

"Oke kita makan siang nasi padang. Kalau begiu aku otw kantor-mu ya." Seru Mark, yang menyetujui tawaran calon istrinya.

"Jangan ke kantorku. Aku tidak ada di kantor soalnya. Kita ketemuan aja di depan masjid. Aku bawa motor soalnya." Ujar Jaemin, menolah tawaran calon suaminya untuk menjemput dirinya.

"Oh, yaudah kalau begitu. Aku berangkat sekarang ya. Hati-hati bawa motornya." Seru Mark.

"Heum. Hati-hati juga bawa mobilnya." Balas Jaemin, yang langsung mematikan ponselnya secara sepihak.

***

"Eum... Na, ada hal penting yang ingin aku bicarakan." Ujar Mark, yang saat ini sudah ada di hadapan calon istrinya.

Mereka cukup terdiam lama selama beberapa menit setelah makan. Namun pada akhirnya Mark pun mulai membuka suaranya. Membuat calon istrinya langsung menaruh ponsel yang ia pegang, lalu menatap dirinya yang sedang mengajaknya bicara.

"Kamu ingin bicara apa?" Tanya Jaemin, yang sudah siap mendengarkan calon suaminya.

"Aku sudah mempunyai kekasih." Jujur Mark, yang sukses membuat calon istrinya terdiam sejenak.

"Aku tidak apa-apa. Kan aku sudah pernah bilang? Aku tidak akan membatalkan perjodohan ini, apapun kondisinya. Aku juga pernah bilang kepada dirimu juga kan? Aku tidak masalah kamu ingin menjalin kasih dengan siapapun, walaupun kita sudah menikah nanti." Jelas Jaemin yang paham akan kondisi calon suaminya.

Jaemin sadar diri akan posisinya. Di sini, posisi dia itu terlihat sebagai perebut kekasih orang. Jadi, mau tidak mau dia harus menanggung segala resiko yang akan terjadi nanti. Termasuk hal ini. Jadi, dia akan memberikan kebebasan kepada calon suaminya.

"Bukan itu yang aku permasalahkan saat ini." Ujar Mark, dan calon istrinya hanya terdiam, menunggu dirinya untuk melanjutkan ucapannya.

"Aku memang sudah mempunyai kekasih, itu juga sebagai back up-an kalau sewaktu di suruh bawa kekasih sama mama. Eh ternyata mama malah jodohin aku. Tapi kamu tenang saja, aku sudah memutuskannya." Jelas Mark.

"Jadi di sini aku ingin memberi tau dirimu, agar tidak menjadi kesalah pahaman nanti. Kalaupun ada wanita yang mengaku sebagai kekasihnaku? Ketahuilah bahwa aku sudah memutuskan hubungan aku dengan dirinya." Sambung Mark.

"Tapi kenapa?" Tanya Jaemin yang bingung. Padahalkan calon suaminya ini bisa melanjutkan aksinya.

Mark terdiam, pandangannya terus menatap manik mata calon istrinya yang penuh kebingungan."Karena aku tidak akan bermain-main dengan yang namanya pernikahan. Bagiku, pernikahan adalah suatu hal yang tidak bisa di permainkan, satu hal yang hanya bisa di lakukan sekali dalam seumur hidup. Ya walaupun pernikahan ini di landasi dengan perjodohan, tapi tetap saja aku tidak akan memainkan ikatan yang sakral dan suci ini."

TREAT YOU LIKE QUEEN - MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang