8. Don't Let Her

205 13 0
                                    

"Habis ini mau ke kantor lagi?" Tanya Jaemin di sela makannya, dengan netra yang menatap sang suami, yang saat ini tengah menatapnya juga.

"Iya. Habis ini aku harus menghadiri rapat antar direksi. Ada apa? Kau ingin pergi ke suatu tempat? Aku bisa batalkan kalau kau ingin." Seru Mark, yang sudah bersiap mengambil ponselnya, untuk menghubungi sekertarisnya.

Jaemin menggelengkan kepalanya panik. "Eh enggak! Gak gitu!" Seru Jaemin dengan wajah paniknya, yang sukses membuat suaminya terkekeh.

"Kau lucu sekali." Ujar Mark, dengan tangan yang sudah terulur, untuk mengusak surai rambut istrinya karena gemas.

Sedangkan Jaemin berdecak. "Pulang tepat waktu atau lembur?" Tanya Jaemin sekali lagi, mengalihkan obrolan suaminya yang berisikan gombalan belaka.

"Tepat waktu. Kenapa emang?" Tanya Mark.

"Berati makan malam di rumah ya? Kau mau makan apa?" Tanya Jaemin.

"Kau akan memasak?" Bukannya menjawab, Mark malah tanya balik, dan langsung di balas gelengan kepala oleh sang istri.

"Tentu saja tidak. Kau ingin keracunan karena makanan yang aku buat?" Jaemin bertanya kembali.

"Terus konteks kamu tanya kayak gitu untuk apa?" Tanya Mark, dengan menatap istrinya dengan penuh heran.

"Aku ingin menyiapkan makan malam untuk kita berdua, tapi tetap pesan makanan luar." Jawab Jaemin.

"Jadi, kau ingin makan apa? Biar nanti aku pesankan makanan yang kau inginkan." Ujar Jaemin, membalikan topik pembicaraan mereka.

Belum sempat suaminya menjawab pertanyaannya, ia sudah lebih dulu mengintrupsinya. "Bagaimana kalau nanti malam makanan barat? Steak, lasagna, pasta dan yang lainnya?" Tanya Jaemin, menawarkan rekomendasi kepada suaminya.

"Kau menginginkannya?" Tanya kembali Mark.

"Jawab dulu pertanyaan aku, Mark Lee.... baru kau boleh bertanya." Jelas Jaemin, di sertai decakan kesal.

Mark terkekeh di buatnya, begitu melihat raut wajah istrinya yang terlihat kesal. Rasanya, ia ingin terus meledek sang istri, agar dia bisa melihat wajah istrinya yang sedang kesal itu. "Kalau kau mau makan itu, aku juga ingin. Apapun pilihan-mu, aku akan memakannya." Jelas Mark yang sukses membuat istrinya mendelik geli.

"Chessy sekali..." ujar Jaemin.

"Berati nanti malam aku akan pesankan untuk makan malam kita berdua. Jangan pulang terlalu lama, aku takut makanannya jadi dingin dan takut beda rasa ketika di panaskan nanti." Peringat Jaemin.

"Ay ay capten!" Seru Mark, dan terjadilah keheningan di antara mereka berdua.

Tapi itu semua tidak bertahan lama, karena Jaemin memulai membuka topik pembicaraan lagi. "Bagaimana pekerjaan-mu tadi? Apakah semuanya berjalan baik-baik saja?" Tanya Jaemin, yang memang sangat tidak menyukai keadaan cangung.

Mark yang mendengar pertanyaan sang istri pun langsung teringat tentang kejadian mantannya tadi. "Semua baik-baik saja. Tapi  begitu jam makan siang tiba, ada satu masalah yang tiba-tiba datang." Seru Mark, yang sukses membuat lawan bicaranya penasaran.

"Dan apa satu masalah itu? Apakah besar?" Tanya Jaemin penasaran.

Tanpa ragu untuk Mark menganggukkan kepalanya, membenarkan terkaan istrinya. "Masalah itu bisa jadi masalah besar, apabila aku tidak memberi tau dirimu." Jawab Mark.

"Dan cepatlah beri tau aku." Ujar Jaemin penasaran. Ia tidak suka di buat penasaran seperti ini.

"Tadi sebelum jam makan siang tiba. Tiba-tiba mantanku menemui aku, di perusahaan-ku. Lebih tepatnya di dalam ruangan-ku." Jelas Mark, yang sukses membuat istrinya bungkam.

"Mantan-mu?" Tanya Jaemin sekali lagi, untuk memastikan bahwa pendengarannya saat ini tidak salah.

Dan lagi-lagi Mark menganggukkan kepalanya tanpa ragu, menatap istrinya penuh dengan keyakinan. "Iya, mantan aku. Yang waktu itu aku pernah ceritakan ke kamu." Jelas Mark.

"Untuk apa dia datang ke sana?" Tanya Jaemin penasaran, dan langsung di balas kedihan dahi oleh suaminya.

"Dia hanya basa-basi karena tidak mau putus hubungan dengan-ku. Tapi kau tidak usah khawatir! Aku sudah menegaskan kepada dia kalau hubungan kita telah berakhir, karena aku sudah mempunyai sang istri."

"Aku juga sudah memberi tau sekertaris-ku untuk memanggil satpam perusahaan, untuk membawa dia keluar dari kantor-ku, dan memastikan serta melarang dirinya untuk datang ke perusahaan-ku." Jelas Mark.

"Jadi, kalau misalkan dia datang untuk menemui dirimu? Sebaiknya kau acuhkan saja." Sambung Mark.

"Untuk apa dia mendatangi diriku?" Tanya Jaemin yang bingung, kenapa mantan suaminya ini mendatangi dirinya.

"Watak dan kepribadian dia itu tidak mau kalah, serta harus mendapatkan apa yang dia mau. Dia tidak mau kalau hubungan kita berakhir, dan aku yakin kalau dia mempunyai berbagai cara untuk menghancurkan rumah tangga kita yang baru saja kita mulai, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Salah satunya adalah kembali kepada diriku." Jelas Mark.

"Kau tenang saja. Aku bukan tipikal wanita yang hanya mendengarkan omongan dari salah satu pihak. Jadi, kalau dia bicara macam-macam kepadaku tentang dirimu atau yang lainnya, aku tidak akan mencerna apa yang dia ucapkan, sebelum aku mengkonfirmasinya kepada dirimu, apakah ucapannya itu benar atau tidak. Serta bukti yang dia tunjukkan akurat atau tidak." Jelas Jaemin.

"Aku tau dan sangat berterima kasih kalau kau berpikiran seperti itu. Tapi aku mohon kepada dirimu, sebaiknya kau tidak menemui wanita semacam Kim Yerim. Karena apa? Dia mempunyai banyak cara, untuk meyakinkan target yang sedang ia incar, untuk mencapai tujuan yang ia mau." Pinta Mark, menatap sang istri dengan penuh permohona, agar sang istri tidak bertemu dengan mantan kekasihnya, Kim Yerim.

"Aku mengerti. Aku tidak akan menemui dia. Tapi bagaimana kalau dia sengaja menghampiri aku di ruang umum, terbuka, dan tentunya banyak orang?" Tanya Jaemin memastikan.

Tidak mungkin bukan kalau dia bertemu di tempat seperti ini, jika mendengar semua yang di ucapkan suaminya tadi? Ia yakin kalau mantan kekasih suaminya ini akan menemui dia di ruangan terbuka secara langsung, walaupun dia tidak menanggapi ajakannya untuk bertemu.

"Maka kau harus segera pergi dari hadapannya. Jangan membuat dia bicara panjang lebar. Kau harus pergi, ketika dia mengucapkan satu kata." Ujar Mark.

Jaemin terdiam, memasukkan semua yang di ucapkan suaminya. "Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan pernah bicara kepada mantan kamu itu. Aku akan melakukan semua yang kau ucapkan." Jelas Jaemin.

Jika di lihat dari statusnya sekarang, dia ini adalah istri dari seorang suami yang bernama Mark Lee. Jadi, sebagai seorang istri, dia harus mengikuti apa yang suaminya perintahkan, selagi perintah itu tidak aneh-aneh bukan? Jadi ya.... ia menuruti semua ucapan dan permintaan suami, karena Mark adalah suaminya saat ini.

Mark menghela nafas lega, begitu mendengar jawaban dari sang istri. "Terima kasih karena mau mendengarkan aku. Setelah ini, kau ingin kemana? Aku akan mengantarkan kamu, sebelum aku kembali ke kantor." Tanya Mark.

"Eum... kau tidak usah mengantarkan aku. Aku bisa pulang ke rumah sendiri." Tolak Jaemin yang tidak enak, karena takut merepotkan suaminya.

"Aku tidak merasa di repotkan tuh. Ayo!"

TREAT YOU LIKE QUEEN - MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang