5. Did You Want It?

318 16 0
                                    

7 Juli, hari di mana pernikahan Jaemin dan Mark di laksanakan dengan sangat megah, sesuai dengan apa yang di impikan Jaemin selama ini.

Seserahan berupa buket bunga uang pecahan 100 ribu sebanyak 31 buket, dengan buket yang sangat besar. Sepasang set perhiasan di mulai dari perak, silver, emas, bahkan berlian yang Jeno berikan. Rumah beserta isinya, kendaraan berupa mobil, motor, serta pesawat jet pribadi yang suaminya berikan sebagai seserahan yang ia berikan kepada dirinya. Pakaian, aksesoris, sepatu dan masih banyak lainnya yang Jeno berikan kepada Renjun.

Jujur saja ia terkejut melihat seserahan yang suaminya berikan. Pasalnya ketika suaminya tanya seserahan apa yang ia inginkan, ia hanya menjawab seserahan apa daja yang tidak memberatkan dirimu, dan juga tidak merendahkan diriku.

Dan yang kalian lihat sekarang, bahwa suaminya ini benar-benar tidak merendahkan dirinya sedikit pun, mengenai barang bawaan yang ia bawa untuk dirinya.

Beberapa jam mereka harus duduk bangun, duduk bangun, hanya untuk menyalami tamu yang datang. Akhirnya pernikahan mereka pun telah usai.

"Ibu, ayah, Mama, Papa. Kami pulang lebih dulu ya." Pamit Mark kepada kedua orang tuanya dan sang istri. Sedangkan istrinya hanya diam dan menyender di lengannya karena kelelahan.

"Gak mau mampir ke rumah dulu?" Tanya ibu mertuanya.

"Enggak dulu ya, mom. Istriku sedang kelelahan. Jadi, kami pamit pulang saja." Ujar Mark, yang langsung membawa istrinya ke kursi penumpang bagian belakang, di ikuti dirinya yang duduk di samping sang istri, sedangkan yang menyetir mobilnya adalah pak supir.

Di selama perjalanan pulang, tidak adanya percakapan antara istrinya dan dirinya. Ia yang diam seraya memainkan ponselnya, untuk membalas pesan penting rekan kerjanya. Sementara istrinya tengah tertidur pulas di mobil, karena tidak bisa menahan rasa lelahnya.

Beberapa menit membelah padatnya kota Jakarta, akhirnya mereka tiba di salah satu rumah berukuran tidak terlalu besar, tapi terlihat sangat modern. Ia langsung saja turun, dan membawa istrinya ala bridal style. Tidak mungkin kan dia membangunkan istrinya yang tengah tertidur pulas.

Masuk ke dalam rumahnya, lalu langsung masuk ke dalam kamar utama yang ada di dalam rumah ini. Sampai di dalam kamar, ia langsung menaruh istrinya di atas ranjang berukuran king size miliknya. Setelahnya, dia langsung bergegas menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, untuk membersihkan tubuhnya yang berasa sangat lengket.

Di sela-sela kegiatan mandinya Mark, Jaemin pun melenguh. Tidurnya terasa terganggu begitu mendengar suara air yang menyala, yang di lakukan suaminya saat ini. Ia segera mengedarkan pandangannya, menatap ruangan yang ada di sekitarnya, yang sepertinya bukan ruang kamarnya sendiri.

Tersadar kalau dia masih memakai dress, ia langsung bergegas menuju wadrobe, dan mulai mengganti dressnya secara susah payah. Tapi apalah dayanya ketika resleting gaunnya berada di belakang, yang mengharuskan seseorang membantunya untuk melepaskannya.

Dengan helaan nafas kasar, ia keluar dari wadrobe kamarnya, dan menunggu suaminya untuk menyelesaikan acara mandinya. Dan tak lama kemudian, suaminya keluar dari kamar mandi dengan keadaan shirtless. Alias tanpa memakai atasan, yang membuat tubuh atletisnya terpampang nyata.

Jaemin yang melihat 8 kotak serta dada bidang sang suami yang sangat memanjakan mata, ia hanya bisa menelan salivahnya secara kasar, dan memalingkan wajahnya, guna memikirkan hal yang tidak-tidak.

Sementara suaminya langsung menuju wadrobe-nya, mengambil baju, dan segera memakai bajunya. Walaupun mereka sudah bersuami-istri, tapi ia paham kalau istrinya terlihat risih dengan keadaan dirinya yang shirtless.

"Maafkan aku. Aku tidak tau kalau kau sudah bangun." Ujar Mark, begitu telah keluar dari wadrobe.

"Ah gapapa-- kamu gak salah kok." Ujar Jaemin, menanggapi permintaan suaminya dengan cepat, tapi masih tergagap karena gugup.

"Kenapa bangun?" Tanya Mark, yang perlahan duduk di sofa ruang kamarnya, di hadapan istrinya yang tengah terduduk di atas ranjang.

"Kebangun aja. Eum... aku ingin meminta tolong kepada dirimu." Pinta Jaemin.

"Dan apa itu?" Tanya Mark, dan istrinya pun langsung menbalikkan tubuhnya, menampakkan sedikit punggung putih mulus miliknya, karena istrinya telah berusaha membuka resleting belakangnya.

"Tolong buka ini. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk membukanya, tapi tidak bisa." Ujar Jaemin.

'Mark, tetap santai Mark. Tetap waras!' Batin Mark, menasehati dirinya sendiri agar tidak ketelepasan, hanya karena melihat punggung mulus sang istri. Dengan perlahan ia beranjak dari duduknya, menghampiri istrinya yang masih setia dengan posisinya.

Sampai akhirnya dia tiba di depan punggung sang istri. Dengan perlahan, ia mulai menjulurkan tangannya untuk memegang resleting itu. Dengan perlahan juga ia mulai menurunkan resleting itu, yang membuat punggung mulus sang istri makin terlihat lebih banyak.

"Kau ingin mengambil hak dan kewajiban-mu atau tidak?" Tanya Jaemin, seraya membalikkan tubuhnya, menatap sang suami. Begitu resletingnya sudah terlepas dengan sempurna.

Mark terdiam. Bukan! Bukan berati ia tidak mengerti dengan ucapan sang istri. Ia mengerti, sangat malah. Di usianya yang sudah sangat dewasa seperti ini, tidak mungkin dia tidak mengerti. Tapi ia terdiam karena terkejut akan ucapan istrinya.

Otaknya berpikir dan menerka-nerka maksud dari ucapan istrinya. Ini istrinya berbicara seperti ini tuh serius memberikan yang dia jaga untuk dirinya. Atau hanya ingin menguji dirinya, apakah dia sama dengan lelaki pada umumnya, atau tidak.

Jika di lihat dari status pernikahan mereka yang terjadi karena perjodohan. Sangat tidak mungkin kalau mereka berhubungan intim layaknya suami istri.

"Mark." Panggil Jaemin sekali lagi, karena tidak mendapatkan jawaban dari sang suami.

"Ah--eummm.... kau serius mengatakan hal itu?" Pertanyaan serta tatapan polos yang keluar dari mulut sang istri, sukses membuat istrinya harus menahan rasa tawa yang ingin meledak.

Sebelum menjawab, Jaemin berdeham terlebih dahulu, untuk mengusir tawanya."Kau pikir aku bercanda? Aku serius. Kau ini suami aku, sudah menjadi hak dan kewajiban kamu kalau kamu menginginkan hal itu dari aku." Jelas Jaemin, dengan senyumannya.

"Tapikan hubungan kita di landasi karena perjodohan." Peringat Mark, ia tidak mau istrinta terpaksa, atau yang lebih parahnya menyesal karena telah melakukan hal itu kepada dirinya.

"Lantas kenapa? Kau sendirikan yang bilang. Kalau dirimu tetap akan menjalankan pernikahan ini, walaupun di landasi dengan perjodohan. Kau juga yang bilang kalau ikatan suci ini tidak ingin kau bakal main." Ujar Jaemin, yang tidak masalah dengan hal ini.

"Tapi bagaimana nantinya kalau aku menghianati dirimu dan pernikahan ini?" Tanya Mark.

"Ya gapapa, berati emang jalannya sudah seperti ini." Jawab Jaemin yang acuh akan pertanyaan suaminya.

Bukannya acuh sih. Lebih tepatnya ia telah menyiapkan berbagai macam konsekuensi yang akan ia dapatkan dari pernikahan ini. Jadi, mau baik atau buruknya, ia harus terima.

"Jadi bagaimana?" Tanya Jaemin memastikan.

"Yakali aku menolak, jika istriku sendiri yang minta."

TREAT YOU LIKE QUEEN - MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang