213 18 14
                                    

Warning: Kissing, typos, ooc, blood, etc.

Happy reading!

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

3rd pov

Location: Miyahara mansion, dining room.
Date: 19th December 20xx.
Time: 07.39 a.m.

Sekarang sudah bulan Desember. Gadis itu menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan ia sangat bersyukur karena semuanya telah berjalan dengan normal lagi.

Kini gadis itu sedang memakan sarapannya dengan seorang pelayan wanita yang paling ia percaya dan yang sudah menemaninya sedari kecil. Murachi Shirō. Gadis bersurai putih keabuan itu hanya menatap teman masa kecilnya itu makan dengan lahap. Entah sudah berapa lama akhirnya (Name) makan dengan normal lagi. Shirō bersyukur akan hal itu. Ia terus berharap kalau tuan mudanya akan baik-baik saja hingga besar nanti. Hingga Shirō sudah tidak menemaninya lagi.

"Bocchama... Apa yang akan kau lakukan saat hari natal nanti?" Tanya Shirō.

"Hmmm... Mungkin mengundang Leo dan keluarganya untuk makan bersama?" Jawab sang gadis.

"Begitu ya... Kuharap kau memiliki hari natal yang baik."

Perkataan Shirō sedikit membuat gadis itu bingung. Mengapa Shirō mengatakan hal itu mendadak? Shirō tidak pernah mengatakan hal itu sebelumnya. Apakah karena sang gadis mulai berubah? Entahlah. Sang gadis bahkan tidak yakin akan jawabannya.

"Maa ikka... Jaa, Shirō. Sepertinya lebih baik aku berangkat sekolah sekarang. Sarapan ku sudah habis, bekal dan buku-buku yang kuperlukan sudah siap. Mata nee, Shirō..."

"Itterashai, Bocchama."

Entah mengapa senyuman yang Shirō lontarkan kepada sang gadis sedikit aneh. Tapi, sang gadis tidak menghiraukan hal itu. Sang gadis hanya bisa berharap kalau Shirō akan baik-baik saja. Sejak bulan lalu, Shirō sedikit berbeda. Mungkin karena akibat dari adik kembarnya yang meninggal dunia. Itulah yang sang gadis pikirkan. Ia tidak ingin berpikir negatif terlebih dahulu. Ia sadar kalau ia selalu gagal dalam sesuatu karena ia selalu berpikiran negatif dan pesimis.

Beruntungnya, sang gadis memiliki pasangan yang selalu mendukungnya dan memberikan aura positif terhadapnya. Sang gadis sangat bersyukur akan hal itu. Ia berterima kasih kepada Tuhan karena telah membawakan Tsukinaga Leo untuk berjalan di hidupnya dan menjadikan pemuda itu untuk bertahan hidup sampai akhir hayat nanti. Sang gadis juga meminta maaf kepada Tuhan karena telah marah dan hampir tidak percaya dengan Tuhan saat itu. Sang gadis juga terus berharap kalau semuanya akan berjalan baik-baik saja dan juga lancar.

Tapi ingat. Ini bukan surga yang semua kemauanmu bisa dituruti oleh Tuhan.

(Name) akhirnya pergi menuju sekolahnya dengan perasaan yang tenang namun sedikit khawatir akan Shirō. Gadis itu khawatir kalau Shirō akan melakukan hal yang buruk. Semenjak kematian dari Murachi Sōsuke, atau bisa kita sebut kembaran Shirō, Shirō sungguh aneh. (Name) tau kalau gadis bersurai putih itu depresi, namun, mengapa Shirō tetap tersenyum? (Name) sudah bilang kepada Shirō kalau ia tidak usah bekerja hingga perasaannya pulih, namun gadis yang lebih tua dari (Name) tidak mendengarkan apa perkataannya.

Setibanya di sekolah, (Name) seperti biasa berbincang-bincang dengan pemuda bersurai orange itu.

"Leo! Apakah kau mau datang ke rumahku nanti saat hari natal?" Tanya sang gadis yang bersemangat dan mengharapkan jawaban setuju dari sang pemuda.

"Hmm... Nanti aku izin dulu. Sebenarnya mama yang ngajak kamu ke rumah sih... Tapi nanti aku tanya!" Balas sang pemuda sembari mengacak-acak rambut milik sang gadis.

You Are My Reason | Tsukinaga LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang