Mimpi Buruk

21.4K 2.2K 108
                                    

Pandu duduk melamun di dalam kelas. Tengkuk dan semua bagian lehernya terasa sakit. Ah, mungkin akibat salah tidur semalam. Selain itu, dia mimpi buruk sebelumnya. Mimpi yang membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.

Flashback

"Ahhhh..."

"Arka, sakit-"

"Ahhhh, jangan tusuk, Ka."

"Gue minta ampun!"

Tak ada satupun permohonan dari mulut Pandu yang Arka dengarkan. Arka malah makin dalam menusuk hole Pandu dengan kejantanannya yang panjang.

"Lo nikmat, bangsat!" Pinggul Arka bergerak semakin cepat.

"Arka, sakit, ihhh..." Pandu menangis sambil melingkarkan tangannya dileher Arka.

Mereka melakukannya dalam keadaan berdiri, satu kaki Pandu berada di pundak Arka yang lebar.

"Aakkkhhh...."

"Arka, hole gue sakit, aakkhhh..."

Pandu menggeleng kuat, merasa sakit luar biasa pada holenya, yang kemungkin robek.

Arka semakin menggerakkan pinggulnya. Mata tajam itu menatap mata berair Pandu, ini kenikmatan yang luar biasa.

"Menangis, Du. Gue suka lihat lo nangis," bisik Arka tepat di depan wajah Pandu.

"Aakhhhh... Perih," lirih Pandu. Dia mencakar pundak Arka, menyalurkan rasa sakit yang luar biasa itu.

"Pandu, ahahhhh..."

"Pandu, lo nikmat."

"Gue mau keluar..."

Shit. Bangsat, Pandu terbangun dari tidurnya. Dia merasakan basah di bawah sana. Sial, dia mimpi basah. Dan sialnya lagi, mimpi basah itu bersama seorang laki-laki. Arka?!

"Akibat gue tidur magrib nih," lirih Pandu.

Pandu mengusap keningnya yang berkeringat. Berniat pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Dia mencoba menghilangkan semua pemikiran aneh itu, yah mimpi hanyalah bunga tidur.

Flash on

Kepalanya menggeleng cepat. Membuang semua ingatannya tentang mimpi itu. Mimpi itu terasa sangat nyata, terasa dan tak bisa terlupakan. Lebih menakutkan dibanding mimpi random dikejar hantu.

Pandu melirik ke arah jendela belakang. Dia pindah duduk beberapa hari lalu, membiarkan Gavin dan Devan duduk bersama.

Jendela belakang langsung menghubungkan kelasnya dan halaman belakang sekolah. Pandu terlihat terkejut, mendapati pagar yang biasa dia panjat kini rata tanpa ada besi tajam di atasnya lagi.

Kapan pagar itu diubah?

Siapa yang melakukannya?

Sibuk menghadap ke jendela. Wajahnya yang sangat dekat dengan daun jendela, seketika mundur saat mendapati Arka muncul di sana dengan wajah datarnya.

Arka terdiam membisu. Menatap wajah terheran dibalik kaca jendela itu. Mulutnya mulai bergerak pelan, mengucapkan kata yang sangat ingin dia katakan.

"Maaf," gumam Arka.

"Maafin."

"Mau ngomong."

Pandu membaca setiap pergerakan mulut Arka dengan jelas. Wajahnya memerah padam, membayangkan kejadian hari itu.

"Kagak mau!" tolak Pandu kasar.

Membuang wajahnya ke sembarang arah. Dia mencari Gavin, katanya mereka akan sarapan pagi di kantin hari ini.

Masa SMA ; Arka Pandu vers 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang