Tidak Saling Mengenal

18.8K 1.9K 198
                                    

Detik itu juga. Setelah mendengar semuanya. Arka tanpa dapat dihentikan, berlari keluar gedung rumah sakit, berniat mencari keberadaan Pandu.

Padahal, saat itu hujan tiba-tiba turun dengan lebatnya. Pikiran kacau dan kalang kabut. Arka menerobos hujan tanpa peduli, mengambil motor dari parkiran. Tadi, memang Lisa yang membawa Siska menggunakan mobil, sedangkan Arka mengikut dibelakang dengan motornya.

Baru keluar beberapa detik saja, tubuhnya sudah basah kuyup. Tak sempat lagi berpikir akan menggunakan telepon untuk menanyai keberadaan sosok yang dia cari.

Motor besar itu melaju cepat di jalan raya. Jalan yang licin bukan menjadi penghalang, bisa saja ban motornya terpeleset dan dia tewas seketika karena mengalami kecelakaan. Tapi, bukan saatnya memikirkan itu, dia hanya ingin Pandu-nya, ingin berlutut dan meminta maaf sampai cowok bermata beruang itu memaafkan dirinya.

Sampai di rumah Pandu pun, tanpa basa-basi lagi, Arka memarkir motornya di sembarang tempat. Apa yang melekat pada tubuhnya semuanya basah, sampai ke dalam-dalamnya pun terkena, tak ada yang selamat dari derasnya hujan.

Arka berdiri di depan pintu rumah Pandu.

"Pandu?!"

"Pandu?!"

"Kamu ada di dalam?!" teriak Arka kuat. Namun, suara hujan meredam teriakannya.

Mencoba mengintip melalui jendela, dalam rumah terlihat sangat gelap.

"Sayang?!"

"Ini aku, Arka!"

Bibir Arka bergetar saat berkata, antara kedinginan dan ketakutan menghadapi kekecewaan Pandu padanya.

Karena tak kunjung mendapat jawab, Arka mengambil ponselnya dari dalam saku. (Ingat, ponsel orang kaya biasanya anti air)

Mencoba menghubungi nomor Pandu, namun ternyata nomornya sudah diblokir lebih dulu. Tubuh Arka merosot di depan pintu Pandu, terjatuh di lantai yang dingin.

Tangannya mengedor-gedor daun pintu, berharap ada keajaiban dan Pandu membukakan pintu untuknya.

"Sayang..." lirih Arka tak kuasa menahan rasa sedihnya.

"Kamu di dalam 'kan?"

"Kamu nggak pergi?"

"Nggak, kamu nggak boleh pergi. Aku belum minta maaf," katanya terus memohon.

Arka memikirkan betapa kacaunya dan kecewanya Pandu. Seharusnya, dia menjadi orang yang melindungi, tapi malah melukai.

Pandu sudah tak punya keluarga lagi, dia dibuang oleh keluarganya sendiri. Dan sekarang, Arka melakukan hal yang sama.

Padahal, Arka pernah berjanji, agar terus menemani Pandu, hingga cowok bermata beruang itu tak merasa kesepian lagi.

Mencoba menenangkan diri. Jika dia tak merasa tenang, dia tidak bisa menemukan petunjuk tentang keberadaan Pandu.

Arka menarik napas dalam-dalam, lalu siluet bayangan Gavin melintas. Yah, Gavin. Arka mengangguk pasti. Pandu bersama Gavin sekarang.

Segera dia bangkit. Kembali mengendarai motornya menuju rumah Devan.

Kenapa rumah Devan?

Arka tau, keluarga Gavin tidak terlalu harmonis, pasti mereka semua sedang berkumpul di rumah Devan sekarang.

Butuh waktu lima belas menit untuk sampai di rumah Devan. Jangan tanya, Arka sudah mengigil kedinginan. Angin berhembus makin membuat dingin menembus sampai ke tulang-tulang.

Di depan rumah Devan. Ada mobil Gavin terparkir di sana, Arka tidak salah tebak.

Langkah terpogoh-pogoh, sampai di depan pintu pun dia masih tak sabaran. Menekan bel beberapa kali, menimbulkan bunyi yang menganggu.

Masa SMA ; Arka Pandu vers 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang