Rahasia Busuk Dalam Hubungan

20K 2K 61
                                    

Kedudukan sebagai seksi keamanan sekolah adalah jabatan yang tinggi di sekolah mereka. Hampir setara dengan guru bimbingan konseling. Maka dari itu, Arka amat ditakuti dan disegani. Bahkan, seksi kemananan sekolah punya ruangan khusus untuk mereka melakukan tugasnya.

Sekarang mungkin sedang dialih fungsikan. Ruangan itu, Arka tempati untuk menghabiskan waktu berdua bersama Pandu.

Tak macam-macam. Pandu hanya diam bermain ponsel di atas sofa, kaki lurus terlentang dengan paha Arka sebagai tumpuan.

Sebenarnya, mereka sudah memasuki pelajaran jam ketiga. Namun, mendadak guru mengadakan rapat koordinasi. Jadi, itu sebabnya mereka disini sekarang.

Arka meminta agar Pandu menemuinya di ruangannya tadi. Tak banyak menuntut, Pandu tiba-tiba menurut.

Pandu mengintip dari balik ponselnya. ternyata, sedari tadi Arka terus memperhatikan dirinya. Mata mereka seketika bertemu.

"Gue lapar, ada makanan nggak?" tanya Pandu.

Yah, setiap saat jika terdiam seperti sekarang, perut Pandu selalu keroncongan minta di isi. Entah, itu jajanan kecil atau makanan berat.

Tubuh Arka tegap. Dia melirik sekitar, tak ada sisa  cemilan di ruangannya lagi. Adeknya biasanya sering datang membawakan cemilan, tapi hari ini Siska tak datang.

"Mau makan apa, hm?" tanya Arka. Sambil mengusap kaki Pandu yang berada di atas pangkuannya.

Pandu berpikir sejenak. "Cemilan ringan, yang manis," jawabnya.

Itu anehnya, jika makan makanan berat, Pandu sangat suka yang pedas. Tapi, jika makan makanan ringan, dia harus memilih rasa yang manis.

"Jangan makan yang manis-manis terus, nanti gigi kamu rusak," tegur Arka. Secara, beberapa kali bertemu, Pandu tak bisa lepas dari cemilan manisnya.

Mendengar teguran itu, mata Pandu seketika memincing tajam. "Pas ciuman, lo ngerasa gigi gue rusak? Ada yang ompong 'kah?!" todongnya kesal.

Selain rajin makan manis, Pandu rajin merawat giginya juga. Bagi cowok bermata beruang itu, gigi adalah aset penting. Dia ingin, tetap tersenyum lebar memamerkan giginya yang putih bersih.

"Bukan gitu, sayang—" Ingin membujuk, namun perkataan Arka lebih dulu dipotong oleh Pandu.

"Jangan panggil gue sayang. Gue nggak suka," potong Pandu cepat. Bukan tak suka, Pandu hanya malu.

Mendapat tolakan, Arka hanya tersenyum tipis. Dia yang harus menebalkan kesabar menghadapai Pandu, karena kesabaran anak itu paling tipis diantara mereka berdua. Tau-tau, hubungan mereka tak akan lama, jika Arka ikut menipiskan kesabarannya.

"Kalau gitu. Kamu tunggu di sini. Aku pergi ke supermarket sebentar," pamit Arka.

Cowok itu beringsut bangun. Mengambil sweater dan kunci motor yang tergeletak di atas meja. Sebelum pergi, Arka mendekati Pandu, mengusap kepala cowok itu dan mengecup keningnya singkat.

Cup.

"Jangan kemana-mana," pinta Arka. Kemudian, dia benar-benar berlalu pergi.

Setelah Arka menghilang dibalik pintu. Pandu langsung menghembuskan napas tertahan. Jantungnya berdegup kencang, wajahnya memerah sampai ke telinga, bibirnya tak tahan menyungging senyuman.

"Ih, ih, gue kenapa anjing!" Pandu menampar kedua pipinya cukup keras.

"Gue salting? Kek anak cewek aja, bangsat!" ucapnya malu-malu.

Pandu mengembalikan kesadarannya. Ah, ternyata Arka tidak membawa ponselnya, benda itu tergeletak di atas meja.

Dengan perasaan penasaran, Pandu mengetuk layar ponsel itu sebanyak dua kali, sampai layarnya hidup. Memperlihatkan wallpaper nama bertuliskan 'Megan' di sana.

Masa SMA ; Arka Pandu vers 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang