Tanda Kepemilikan

22.6K 2.2K 81
                                    

Pagi yang seharusnya cerah, menjadi sedikit mencekam saat seksi keamanan sekolah mereka datang. Datang dengan tatapan menakutkan, enggan membuka mulut kecuali guru yang menanyainya.

Murid yang menghalangi jalan di koridor pun langsung mendapat amukan. Tak terkecuali, Adek perempuannya sendiri yang berbicara bak kereta api.

Sebelum masuk di kelas. Sekumpulan anak basket tengah mengobrol asik dipinggir lapangan. Mata Arka langsung memincing, menatap tak suka.

"Sssttt, pergi, pergi." Siska memberi kode di belakang. Menyuruh agar mereka segera pergi dari sana.

"Apaan sih, kenapa?" tanya cowok berambut gimbal. Dia teman sekelas Siska.

"Kenapa kalian masih berkumpul disini?! Beberapa menit lagi, jam pertama akan dimulai. Masuk ke kelas sekarang!" bentak Arka tiba-tiba.

Posisinya, hanya ada anggota basket junior di tempat itu. Anggota senior seperti sedang mempersiapkan sesuatu.

"Tapi-"

"Masuk!" potong Arka benar-benar tak mau dibantah.

"Ada hak apa lo merintah anggota gue kaya gitu?!" Suara tegas terdengar tak jauh dari tempat mereka.

Mereka berbalik melihat sumber suara. Pandu berdiri tak jauh dari tempat mereka. Dia mulai berjalan mendekat dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ada latihan hari ini. Mereka nggak akan masuk ke dalam kelas," jelas Pandu. Tepat di depan Arka sekarang.

Anehnya, wajah mengeras Arka yang dia pertahankan dari tadi, seketika melunak setelah berhadapan langsung dengan Pandu. Mungkin, yang lain tidak menyadarinya. Tapi, Siska menyadarinya. Dia melihat dengan jelas perubahan tatapan dari kakak laki-lakinya.

"Mau ngomong," kata Arka pelan.

Pandu menggeleng. "Gue ada latihan," tolaknya.

"Tapi, mau ngomong bentar," mohon Arka.

"Habis gue latihan," putus Pandu.

Yah, Pandu tidak mau Arka merengek di tempat ini dan membuat orang-orang jatuh pingsan karena shock.

Permasalahannya cukup sepele. Arka tetap kekeuh datang ke rumah Pandu menjemputnya, agar berangkat ke sekolah bersama. Namun, Pandu malah berangkat dengan Gavin.

Pandu sudah bilang, Gavin akan datang menjemputnya. Kebiasaan anak itu tidak akan hilang sampai Pandu bisa mengurus dirinya sendiri.

•••

Arka
| Aku nunggu

Pandu
Eh, lo nunggu di mana? |

Gue lapar. Gue makan dulu di kantin ama Gavin |

Arka
| Halaman belakang :(

| Cepat, ya

Pandu menggaruk tengkuknya. Makanannya masih banyak, nanti mubasir kalau ditinggalkan begitu saja. Jadi, dia tetap melanjutkan makannya dan membiarkan Arka menunggu lebih lama.

Pikir cowok bermata beruang itu, Arka sudah kembali ke kelasnya, karena terlalu lama menunggu. Ternyata dia salah, Arka masih setia berdiri di bawah pohon jambu di halaman belakang sekolah.

Langkah Pandu sedikit dipercepat. Menghampiri Arka yang terdiam, takut anak raksasa itu malah berpacaran dengan anak kuntilanak penunggu tempat itu.

Masa SMA ; Arka Pandu vers 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang