Benar-benar Berpisah

16.7K 1.9K 302
                                    

Note : ada sedikit kesalahan. Nama bunda Arka itu, Lisa. Sedangkan, Anna nama dari mama Gavin.

Happy reading na💚

•••

Dengan keadaan terluka parah, Pandu pergi dari rumah Arka. Meninggalkan semua barang-barangnya. Sebelumnya, dia mengirim pesan pada Gavin, meminta sahabatnya itu segera menemuinya di rumah.

Ternyata, sebelum Pandu sampai Gavin lebih dulu menginjakkan kaki di rumahnya. Sahabatnya itu menghampiri dengan wajah panik dan khawatir.

"Du, lo kenapa hah?!"

"Siapa yang ngelakuin ini?!"

"Bilang ke gue, bakal gue bonyokin balik tuh orang!" marah Gavin.

Mungkin, di mata orang lain, persahabatan Pandu dan Gavin hanya sekedar sahabat biasa. Tapi, orang-orang tidak tau, bahwa bagi Pandu, Gavin sudah seperti ayahnya sendiri. Begitupun sebaliknya, Gavin menyayangi Pandu seperti anaknya sendiri.

Gavin sigap menopang tubuh Pandu, membawanya masuk ke dalam rumah, mendudukkannya di sofa. Mental Pandu belum siap menceritakan semuanya, jadi dia bisa menunggu. Tapi, tidak dengan amarahnya yang terus meluap.

"Kita ke rumah sakit?" tawar Gavin. Tangannya terulur mengambil ponsel dalam saku, meminta Devan datang membawa mobil.

Tapi, Pandu menolak. "Nggak, gue baik." Kepalanya menggeleng pelan.

"Baik apanya?! Gue bahkan nggak bisa kenalin lo!" teriak Gavin marah.

Selang beberapa menit, suara mobil terdengar menerobos masuk. Itu pasti Devan, Gavin memintanya datang tadi.

Dengan langkah terpogoh-pogoh Devan memasuki rumah, wajahnya memerah padam, siap menelan apa saja yang membuatnya marah.

"Siapa yang mukul lo?!" tanya Devan tanpa basa-basi.

Mereka berdua memang sering menghakimi Pandu, tapi bukan berarti orang lain boleh melakukan hal yang sama. Hanya mereka, hanya mereka yang boleh melakukannya.

"Ayo, ke rumah sakit sekarang. Gue nggak mau dengar bantahan, atau gue tambahin tuh luka." Devan sudah kapang kabut, menyeret Pandu kasar tak ada lembutnya sama sekali.

Bahkan, Gavin tidak berani menghentikan Devan sekarang. Dia hanya memberi kode, agar Pandu segera menurut. Sebelum, giginya rontok semua.

Bayangkan saja, selama perjalanan menuju rumah sakit, Devan yang menyetir. Dengan kecepatan yang tak stabil, dia menerobos jalan raya yang ramai. Pandu dan Gavin hanya bisa meminta doa panjang umur di jok tengah, mereka benar-benar ketakutan.

Selama itu juga, mulut Devan tak berhenti mengomel. Sampai di rumah sakit, mulutnya enggan bungkam.

"Lo harus tinggal di rumah gue sampai sembuh," kata Devan memutuskan.

"Selain itu, lo harus cerita semuanya ke kita, tanpa ada yang lo tutup-tutupi!" Menunjuk wajah Pandu yang mengangguk patuh sebagai jawaban.

"Oke bagus, anak patuh." Selepasnya, Devan menepuk puncak kepala Pandu.

Yah, seharusnya Pandu bersyukur. Walau sekarang jarang bersama, sosok keluarga dan orang tua, lebih dia dapatkan dari Gavin dan Devan.

Pandu salah. Dia terlalu cepat memberikan kepercayaan kepada orang lain, sedangkan orang itu belum memberikan kepercayaan kepadanya.

•••

Rumah Devan sudah seperti tempat penampungan orang bermasalah. Keluarga Gavin, kini Pandu juga ikut masuk ke dalam sana.

Masa SMA ; Arka Pandu vers 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang