02

27 7 0
                                    

Happy Reading

***

Di depan gerbang sekolah SMA Cipta Negara, dua orang siswa dan siswi sedang dihukum untuk berdiri sambil mengangkat tas masing-masing ke atas karena datang terlambat kesekolah. "Kenapa kalian berdua telat?" tanya Pak Diki.

"Naya tuh Pak dandan nya lama banget kayak mau ke kondangan." ujar Revan.

Nayara melirik Revan kesal, ia tidak terima disalahkan oleh Revan. "Bohong Pak bukan saya yang lama, tapi Revan yang jemputnya lama." balas Naya tak terima.

"Nih ya Pak, pas saya dateng dia baru abis mandi. Coba bapak bayangin kalo pas saya dateng dia udah siap kan gak bakal kesiangan." jelas Revan terus menyalahkan Nayara.

Nayara menatap Revan dengan tatapan tajam sambil menahan kesal. "Huuh, sudah-sudah. Karena ini baru pertama kalinya kalian telat, jadi bapak kasih kalian peringatan saja. Setelah ini bapak tidak akan kasih kalian kesempatan kalau kalian telat lagi." ujar Pak Diki.

"Iyaa Pak." sahut keduanya.

"Sudah sana masuk kelas." titah Pak Diki.

Revan dan Nayara pun dengan lesu berjalan menuju ke kelas masing-masing. "Ini semua karena lo." ujar Naya menyalahkan Revan.

"Dihhh jelas-jelas gue telat karna nungguin lo yang lama." balas Revan tak terima.

Nayara kemudian berjalan dengan lebih cepat mendahului Revan. Saat berjalan Naya tidak sadar kalau ikat tali sepatunya lepas lalu kemudian terinjak oleh kaki yang sebelahnya.

Brukkk

"Akhhhh." seru Naya terjatuh karena menginjak tali sepatunya yang lepas.

Revan yang melihat itupun langsung dengan cepat menghampiri Naya yang terduduk di tanah. Revan mencoba membangunkan Naya tapi Naya kesulitan bangun karena lututnya berdarah. "Yaampun Naya kaki lo berdarah." ujar Revan.

"Aww sakit Van." ujar Naya karena lututnya terasa sangat perih.

"Kita ke UKS sekarang." ajak Revan kemudian menggendong Nayara di punggungnya.

Sambil menggendong Nayara, Revan berlari menuju UKS untuk mengobati lutut Nayara. Nayara menahan rasa perihnya kemudian memeluk Revan dengan erat.

Saat sudah sampai di UKS Revan segera mencari obat untuk mengobati  luka Naya. Dengan hati-hati Revan mengoleskan alkohol untuk membersihkan terlebih dahulu luka Naya, kemudian mengoleskan betadine. "Akhhh, pelan-pelan." Naya meremas kasur yang ia duduki untuk melampiaskan rasa perihnya.

Revan melirik wajah Naya yang sedang menahan perih. "Sakit banget?" tanya Revan.

"P-perih." lirih Naya.

Setelah selesai mengobati Naya, Revan membereskan obat dan alat yang ia pakai tadi. "Baru luka sekecil itu aja udah mau nangis." ledek Revan.

"Sakit tau, justru kalo lukanya kecil itu perih banget." sahut Naya sambil meniup-niup luka di lututnya.

Revan mengambil tasnya lalu menggendongnya. "Gue mau ke kelas, lo disini dulu aja." ujar Revan.

"Udah terlanjur telat, ngapain sih ke kelas? Lagian 20 menit lagi juga jam pertama selesai, nanti aja masuknya jam ke dua." balas Naya.

"Jam pelajaran pertama di kelas gue hari ini tuh mata pelajaran sejarah, pelajaran kesukaan gue. Gara-gara lo, gue jadi ketinggalan mapel kesukaan gue." jelas Revan.

Senja SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang