03

14 7 3
                                    

Happy Reading

***

"Kamu udah putusin mau masuk universitas mana?" tanya Bagas pada anaknya Nayara.

Nayara tidak menjawab, ia hanya mengangguk pelan. "Kamu mau masuk univ mana sayang?" tanya Putri.

"Baru juga masuk tahun ajaran baru, Naya masih bingung mau masuk mana." jawab Naya.

"Itukan penting Nay, kamu harus pikirin dari sekarang karna bentar lagi kamu bakal disibukan dengan US dan UN jadi kamu harus pikirin dari sekarang. Gak mungkin kan gak ada satu universitas pun dipikiran kamu yang kamu mau? " titah Bagas.

Bukannya menjawab pertanyaan Putri, Naya malah menatap Ayahnya. "Kalo boleh aku mau kuliah di Paris Yah." ujar Naya.

Bagas dan Putri saling bertukar tatapan. "Kamu yakin kamu kuliah disana? Emangnya kamu berani tinggal sendiri disana?" tanya Bagas.

"Yakin, aku juga berani kok tinggal disana sendiri. Lagian disana kan juga ada om Galang, jadi aku gak sendirian banget." jawab Naya dengan yakin.

Bagas mengangguk paham dengan jawaban putrinya itu. "Ohh gitu, yaudah kalo gitu nanti Ayah kasih tau Revan dulu soal ini." ujar Bagas.

Naya sedikit terkejut dengan ucapan Ayahnya barusan, kenapa tiba-tiba bawa nama Revan. "M-maksudnya? Kenapa harus ngasih tau dia, emang urusannya sama dia apa?" heran Naya.

"Loh kamu ini gimana sih? Kalian berdua kan sudah kami jodohkan jadi Revan wajib tau kalo kamu mau kuliah di Paris biar dia juga ikut kuliah disana bareng kamu." jelas Bagas.

Whattt? Naya benar-benar tidak mengerti dengan maksud perjodohan itu, kenapa ia segala harus dijodohkan? Dan kenapa pula harus  Revan orangnya?

"Yah kenapa sih Naya segala dijodohin? Mana sama Revan lagi." rengek Naya.

"Itukan permintaan Mama kamu Nay, dia kan sama Mamanya Revan tuh sahabatan. Dan kamu harus inget kalo perjodohan ini tuh permintaan terakhir Mama kamu, kalo gak beneran dijodohin nanti Mama kamu sedih disana." jelas Bagas.

Putri sebenarnya kasihan melihat Naya yang harus dijodohkan secara paksa oleh Ayahnya, tapi disatu sisi ia juga tidak punya hak untuk menentang perjodohan itu karena itu adalah permintaan terakhir mantan istri dari suaminya sekarang. "Yaudah kalo gitu belajar yang giat biar bisa masuk universitas dan jurusan yang kamu mau." ujar Putri memcoba memberi semangat pada anak tirinya itu.

"Makasih bunda." balas Naya.

***

Syaqila berjalan memasuki gerbang sekolahnya, diwaktu yang sama juga Revan dan Naya baru memasuki gerbang dengan motor. Padahal masih pagi tapi Qila sudah harus melihat sesuatu yang tidak ingin ia lihat.

Kalau ada lomba perempuan paling sabar mungkin Qila pemenangnya. Bagaimana tidak? Setiap hari ia harus rela melihat pacarnya membonceng gadis lain berangkat dan pulang sekolah, sementara dirinya belum pernah seperti itu dengan Revan. Paling hanya sekali duakali ia dijemput oleh Revan untuk berangkat ke sekolah, itu benar-benar jarang.

Sambil tersenyum manis Qila berjalan menghampiri Revan yang sedang duduk di motornya. "Pagi ganteng." sapa Qila.

"Eh pagi juga cantik." balas Revan.

Sementara itu Naya yang berdiri tepat disamping motor Revan merasa geli dan ingin muntah mendengar cara mereka bersapa. Revan yang peka dengan cara Naya bereaksi langsung menegurnya. "Iri? Bilang boss!" ujar Revan pada Naya.

Senja SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang