05

13 5 0
                                    

"Menurut lo gue harus ngelakuin apa supaya perjodohan nya batal?" tanya Naya.

"Kalo menurut gue sih mending gak usah dibatalin Nay." saran Abell.

"Lah kok gak usah sih Bell?" tanya Naya bingung dengan jawaban Abell.

Abell masih fokus pada handphone di tangannya. Naya kesal karena Abell tak kunjung menjawab pertanyaannya. "BELL." teriak Naya mengejutkan Abell.

"Apa sih Nay?" balas Abell sambil menggosok gosok telinganya.

Naya menatap Abell malas kemudian ikut berbaring bersama Abell di kasur milik Abell. "Lo kan tau sendiri Bell kalo gue sayang banget sama Dafin. Gue gak bisa ninggalin dia karna perjodohan ini, Dafin juga pasti kecewa banget sama gue. Gue gak mau hal itu terjadi Bell." lirih Naya.

Abell berhenti sejenak memainkan handphone nya. "Kalo lo berubah pikiran gimana?" tanya Abell.

"Berubah pikiran gimana?" tanya Naya balik.

"Yaaa tiba-tiba aja gitu lo suka sama Revan, perasaan seseorang kan bisa berubah kapan aja Nay." jawab Abell.

Naya berpikir sejenak memikirkan ucapan Abell barusan. "Gue gak yakin bisa suka sama Revan." sahut Naya.

"Bisa aja Nay, gak ada yang gak mungkin di dunia ini. Emm mungkin lo sama Dafin tuh bukan jodoh mangkanya Tuhan jauhin lo berdua lewat perjodohan lo sama Revan." ujar Abell.

"Jadi menurut lo jodoh gue Revan gitu?" tanya Naya dengan nada sedikit meninggi.

Abell hanya menganggukkan kepalanya. "Iiih gak mau ah gue kalo sampe jodoh sama Revan." ujar Naya ngeri sendiri.

"Lah emangnya kenapa sih Nay? Menurut gue Revan gak beda jauh sama Dafin, malah lebih cakep dan pinteran Revan kalo kata gue." heran Abell.

"Gak mau, intinya gue gak mau kalo jodoh gue Revan." tolak Naya keras.

Abell menghela nafasnya pasrah. "Terserah dehh, gue males ngebahas itu-itu lagi. Yang di jodohin kan lo, kenapa gue yang ikutan pusing." ujar Abell.

Naya menatap langit-langit atap kamar Abell. "Semuanya tergantung Dafin, dia bakal ninggalin gue apa engga." balas Naya.

"Kenapa Dafin?" tanya Abell sambil menengok ke arah Naya di sampingnya.

"Karna gue yakin dia gak bakalan ninggalin gue." jawab Naya dengan pasti.

"Haaa yaaa semoga aja deh Nay." sahut Abell.

***

"Malem ini jadi kan nontonnya?" tanya Syaqila pada Revan.

"Jadi dong." jawab Revan sambil mengelus rambut Qila.

Mereka berdua tersenyum senyum sambil berjalan menuju kelas mereka. Banyak siswa sudah tidak heran lagi melihat keromantisan mereka berdua di sekolah itu karena itu terjadi setiap hari kecuali hari libur.

"Oiya tumben kamu gak berangkat bareng Naya, dia kemana?" tanya Qila.

"Dia sih bilangnya mau berangkat bareng Ayahnya, terus nyuruh aku buat berangkat duluan." jawab Revan.

Qila menganggukan kepalanya pelan. "Dia gak lagi bohong sama kamu kan? Takutnya dia nyuruh kamu berangkat duluan karna dia mau berangkat bareng Dafin." ujar Qila.

Revan berpikir sebentar. "Kayaknya engga deh, soalnya om Bagas pasti telpon aku kalo jam segini belum ke rumahnya." balas Revan.

Revan yakin kali ini Naya tidak berbohong. "Mungkin emang om Bagas ke kantornya sekalian nganterin Naya dulu." sambung Revan.

Senja SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang