01

53 9 0
                                    

Happy Reading

***

"Nay kamu abis darimana?" tanya Putri.

"Oh tadi aku abis nemuin Revan Bun." jawab Nayara.

"O-oh, kamu udah pamitan sama Revan?"

Naya tidak menjawab, ia hanya mengangguk. "kamu makan malem dulu atuh abis itu cek-cek in lagi barang-barang buat besok takut ada yang ketinggalan." titah Putri.

Besok pagi Nayara akan berangkat ke Paris Prancis untuk melanjutkan pendidikannya disana. Naya memutuskan untuk kuliah di Prancis, setelah lulus SMA Naya tidak langsung kuliah dan hanya diam dirumah selama 4 tahun. Sebenarnya ini cukup berat bagi Naya karena harus meninggalkan keluarganya, tapi Naya punya alasan lain untuk meninggalkan semuanya disini.

Nayara mengangguk kemudian memeluk Putri sambil berjalan. "Bunda masak apa malem ini?" tanya Naya.

"Ada ayam goreng kesukaan kamu sama sop buntut kesukaan Ayah kamu." jawab Putri.

"Oiya kak Ita mana Bun?"

"Kak Ita malem ini lembur, tapi besok dia ikut kok nganterin kamu ke bandara." balas Putri.

***

Naya mencoba mencek ulang barang-barangnya. Semua barang yang ia perlu kan sudah tertata rapi di didalam koper. Naya kemudian melihat ke seluruh penjuru kamarnya, terasa sedikit kosong karena sebagian ada yang akan ia bawa ke Prancis. Tatapannya terhenti kala melihat foto yang terpajang di dinding kamarnya.

Naya berjalan mendekati foto itu kemudian mencopotnya dari dinding. Ia menatap foto dirinya bersama Revan yang terlihat sangat bahagia saat itu. "Sorry Van, gue mutusin buat pergi. Gue gak tahan kalo harus tetep tinggal disini, gue ngerasa lebih baik gue pergi aja. Gue yakin lo pasti ngertiin perasaan gue Van." ujar Naya kemudian memeluk foto itu.

"Semoga gue bisa nemuin yang lebih baik dari lo Van, biar gue bisa lupain lo." lirih Naya.

***

"Cie yang mau pindah ke kota impiannya." ledek Aprita.

"Semoga betah ya disana, awas aja kalo udah nyampe sana nangis pengen pulang." sambung Aprita sambil tertawa meledek.

"Iiih kak Ita apaan sih, ngomong tuh yang baik-baik. Do'ain semoga aku disana sehat-sehat terus....intinya do'ain yang baik-baik lah." sahut Naya. Ayah dan bunda mereka hanya geleng-geleng kepala melihat kedua anak mereka yang terus berdebat didalam mobil.

Saat sudah sampai dibandara, Bagas, Putri dan Aprita memeluk Naya dan mengucapkan salam perpisahan. "Jangan bikin ulah macem-macem dinegeri orang, fokus aja sama kuliah kamu. Tiap hari kamu harus telpon kita, jangan sampe lupa." pesan Bagas.

"Iya Ayah, Naya pergi ya." ucap Naya kemudian memeluk Ayahnya sekali lagi.

Setelah selesai berpamitan, Naya berjalan sambil mendorong kopernya meninggalkan Ayah, bunda dan kakaknya. Naya kemudian membalikkan tubuhnya menatap orang tuanya lalu melambaikan tangan sampai tubuh Naya tidak terlihat lagi oleh Ayah, bunda dan kakaknya.

Naya berjalan dengan perasaan yang campur aduk. Sedih, senang dan berat, itu yang Naya rasakan saat ini.

"Bahkan disaat-saat kayak gini gue berharap lo hadir disini Van, setidaknya gue pengen ngedenger salam perpisahan dari lo...." gumam Nayara dalam hati sambil menahan sesak di dadanya.

Saat sudah masuk ke dalam pesawat, Naya langsung mencari nomor kursinya dan ternyata ia duduk dekat jendela. Begitu melihat nomor kursi itu Naya langsung berjalan mendekat kemudian duduk di kursi itu.

Senja SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang