5. UANG SEKOPER

82 19 0
                                    

Hari itu, Santi sudah menemani Aisha seharian di rumah sakit, namun sampai hari menjelang malam, Samudra tak kunjung menunjukkan batang hidungnya di rumah sakit.

Bahkan setelah Santi sudah berulang kali menghubungi tetangganya itu, Samudra tak sama sekali membalas pesan yang dikirim Santi.

Sampai akhirnya, Santi pun memutuskan untuk pulang karena dia pun khawatir akan kondisi Shaka di rumah, sementara Hendrik suaminya harus berangkat bekerja malam ini.

"Aisha, Mbak pulang dulu ya? Shaka nggak ada yang jagain di rumah, gimana ini?" Ucap Santi yang jadi tak enak hati. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak punya pilihan lain, Shaka jelas membutuhkannya di rumah.

Aisha yang memang sudah sadar sejak tadi siang hanya mengangguk pelan. Kondisinya masih sangat lemah.

Setelah menitipkan Aisha pada suster jaga, Santi pun pulang meski saat itu dia sendiri berat meninggalkan Aisha sendirian.

Untungnya, di depan rumah sakit, sewaktu Santi sedang menunggu angkutan umum, dia melihat Samudra di kejauhan yang juga baru turun dari angkutan umum lain.

Lelaki itu tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya ke arah Santi. Menyebrang jalan dengan setenteng belanjaan yang berisi makanan ringan.

"Maaf ya Mbak tadi ponsel saya mati," katanya yang jadi tak enak hati. "Oh ya, ini uang yang tadi saya pinjam, dan ini ada sedikit jajanan untuk Shaka," ucap Samudra sembari memberikan salah satu kantong belanjaan yang dibawanya pada Santi.

"MasyaAllah, ini banyak banget makanannya? Buat Shaka semua?" Pekik Santi terkejut melihat banyaknya makanan di dalam kantong belanjaan itu.

"Iya buat Shaka."

"Memangnya kamu dapat uang darimana sampai bisa belanja segini banyak?" Tanya Santi terheran-heran.

"Adalah pokoknya Mbak. Rejekinya Aisha. Yaudah Mbak, saya masuk dulu. Makasih banyak ya udah mau jagain Aisha. Maaf banget kalau merepotkan,"

"Ahk, nggak apa-apa. Kayak sama siapa aja kamu,"

Samudra baru saja melangkah hendak memasuki pekarangan halaman depan rumah sakit ketika langkahnya dihadang oleh beberapa petugas berseragam kepolisian.

Santi yang saat itu masih berdiri di tepi jalan menunggu angkutan umum jadi ikutan menoleh karena mendengar suara teriakan Samudra.

Saat itu, Santi melihat Samudra yang mencoba melepaskan diri dari borgolan pada tangannya oleh beberapa orang polisi yang tadi menghadangnya.

"Eh, ini ada apa Pak? Ini tetangga saya mau dibawa kemana? Dia salah apa?" Tanya Santi yang sekonyong-konyong menghampiri Samudra hendak menolong.

"Lepasin saya Pak, saya nggak mencuri, Pak! Ini fithah! Ini fitnah Pak!" Teriak Samudra lagi yang jadi memancing perhatian orang-orang disekitar.

"Pak Samudra diduga sudah mencuri beberapa barang elektronik mahal di kediaman Tuan Adipati Atlanta. Itulah sebabnya, kami harus menahannya sekarang," jelas salah satu polisi itu pada Santi.

"Mbak Santi, percaya sama saya Mbak, saya nggak mencuri! Saya ambil barang-barang itu dari rumah saya sendiri! Saya nggak mencuri!" Teriak Samudra lagi yang masih terus mencoba untuk berontak.

Santi jadi bingung.

Rumah sendiri?

Memangnya Samudra punya rumah?

Gumam wanita itu dalam hati.

Santi yang memang tak sama sekali tahu latar belakang keluarga Samudra jelas dibuat bingung dengan apa yang terus dikatakan Samudra padanya, hingga akhirnya dia hanya bisa diam.

MISTERI KEMATIAN ISTRIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang