7. LIMA TAHUN KEMUDIAN

88 21 0
                                    

Hari ini keadaan pasar ikan di Penjaringan, Muara Baru, terlihat agak sepi.

Semenjak pihak Pemerintah DKI melakukan survei tempat dan lokasi untuk perencanaan pembangunan Pasar Ikan Modern, mau tidak mau semua nelayan dan para penjual ikan terpaksa diungsikan ke tempat baru.

Sayangnya, di tempat baru ini mereka banyak kehilangan para pelanggan karena akses jalan yang sempit, serta kesan kumuh dan jorok yang menjadikan pasar ikan dadakan itu kini sepi pengunjung.

Para konsumen lebih memilih untuk pergi ke supermarket yang higienis dan nyaman, ketimbang bersusah payah datang ke tempat berbau amis yang dipenuhi lalat-lalat menjijikan seperti di pasar ikan dadakan ini.

Banyak para pedagang yang mengeluh karena ikan-ikan mereka pada akhirnya busuk karena tidak segera di konsumsi.

"Ya mau gimana lagi, harus sabar-sabarlah, nanti kalau pasar ikan modern udah jadi, kita-kita juga yang enakkan?" ujar Pak Slamet salah satu nelayan ikan yang biasa menjajakan hasil tangkapan ikannya di pasar ikan tersebut.

"Iya Pak, tapikan kita juga butuh makan selagi nunggu pasar modern itu jadi, pembangunannya aja baru jadi rencana, kapan tau ini sih jadinya," sahut Pak Mukidi si pedagang ikan.

"Makanya Pak, besok-besok Nelayan libur aja dulu cari ikan, soalnya ikannya yang kemarin Bapak-bapak bawa ke sini aja belum laku tuh," kali ini Pak Riswan yang menyahut. "Sam, itu kotak yang di mobil bawa aja ke sini, itu isinya udang semua," perintah Pak Riswan pada seorang laki-laki yang baru saja kembali dengan satu jinjingan penuh berisi ikan-ikan segar.

Laki-laki itu mengangguk tanda mengerti dan mulai menjalankan perintah majikannya.

Pak Mukidi memperhatikan laki-laki itu dengan kening yang berkerut. Dia menoleh ke arah Pak Riswan dan kembali bicara, "itu siapa Ris? Kuli baru?" tanya Pak Mukidi.

"Iya, namanya Samudra. Dia baru dua hari kerja sama saya," jawab Pak Riswan apa adanya. Pak Riswan tidak mengacuhkan tatapan aneh dari Pak Mukidi. Dia sibuk menata ikan-ikannya untuk dijajakan pada para konsumen dan pemasok ikan hari ini.

"Kok saya kayak pernah liat ya?" ucap Pak Mukidi lagi.

"Liat di mana?" tanya Pak Slamet.

"Lupa tapi! Hehehe..."

"Huuuhh, pikun!"

Ketiga laki-laki tua itu pun asik bercakap lagi mengenai rencana pembangunan pasar ikan modern di Muara Baru. Sampai akhirnya laki-laki bernama Samudra itu kembali.

"Mas-mas, pernah tinggal di daerah Kali Malang ya?" tanya Pak Mukidi pada Samudra.

Samudra menghentikan aktifitasnya sejenak setelah dia menaruh satu keranjang udang milik Pak Riswan. Dia menoleh ke arah Pak Mukidi. Lalu menggeleng dua kali, tanpa ekspresi yang berarti.

Hingga setelahnya laki-laki bertubuh kekar itu membantu kegiatan Pak Riswan.

Setelah pekerjaan selesai, Pak Riswan menyuruh Samudra untuk beristirahat karena memang sudah tak ada pekerjaan lagi yang harus dia kerjakan.

Samudra pun hengkang dari tempat itu, tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Eh, Wan, itu laki-laki bisu apa? Saya tanya jawabnya gitu doang?" tanya Pak Mukidi yang semakin yakin bahwa dia pernah melihat Samudra sebelumnya. Sayangnya otak bodoh dan penyakit pikunnya membuat Pak Mukidi jadi kesulitan mengingat.

MISTERI KEMATIAN ISTRIKU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang