Kakek Hamil

78.2K 553 30
                                    

"Ayah sama Papa beneran buang aku ke desa?" tanya seorang remaja lelaki 17 tahun dengan ekpresi wajah tidak terima, menatap ke arah dua orang tuannya yang duduk dibangku depan mobil.

"Ayah sama Papa enggak buang kamu sayang," kata seorang pria dengan lembut. "Ayah sama Papa kan mau keluar negeri, kalo kamu tinggal sendiri di kota, enggak ada yang jaga kamu."

"Tapi, kalo kamu tinggal sama kakek, kan ada yang ngurusin kamu," sambung ayah Andi lagi sambil menatap senyum ke arah anaknya.

Andi merenggut mendengar balasan ayahnya. "Tapi kan aku udah gede, Yah!"

"Udah gede tapi celana dalamnya masih diurusin sama Ayah?" ejek sang Papa yang sejak tadi sibuk mengemudikan mobil. Andi tambah merengut mendengarnya.

"Udah, enggak papa kamu tinggal sama kakek. Disini asri, sejuk, pemandangannya juga bagus. Kamu juga bisa sekalian jagain kakek, kasian dia sendirian dalam keadaan hamil."

Andi sudah tahu kalo kakeknya saat ini sedang hamil tapi ia tetap tidak bisa menenangkan deguh jantungnya yang terus bertambang kencang. Ada sesuatu perasaan aneh di hati remaja itu sekarang dan hanya dia yang tahu kalo sudah lama Andi menaruh perhatian pada pria hamil.

Mari ceritakan sendikit tentang keluarga Andi, kedua orang tua dari ayahnya menikah saat berumur 15 tahun dan langsung memiliki ayah Andi tahun itu. Hal yang sama juga terjadi pada Ayah dan Papanya, mereka memiliki Andi saat berusia 15 tahun. Dan, sekarang kita Andi berumur 17 tahun, kakeknya yang berukur 50 tahun sedang hamil.

Tapi sayangnya, dua bulan yang lalu, Andi kehilangan salah satu kakeknya, menyebabkan kakeknya yang sedang hamil seorang diri. Itulah mengapa kedua orang tuanya, begitu ngotot ingin Andi tinggal dan pindah sekolah di desa.

Andi sudah lama tidak pernah bertemu dengan kakeknya, terakhir tujuh tahun yang lalu. Dulu, remaja itu sangat dekat dengan kakek yang melahirkan ayahnya.

Dua jam kemudian, Andi dan kedua orang tuanya akhirnya sampai di sebuah desa yang cukup terpencil. Andi langsung meringgis, membayangkan hidupnya di desa kecil ini yang pasti sangat tidak menyenangkan.

Sebelum memasuki pintu masuk desa, Ayah meminta Andi untuk membuka kaca jendela mobil. Katanya itu sudah menjadi tradisi, agar bisa menyapa beberapa orang desa yang lewat.

"Pak Surip?" sapa Ayah ketika mereka melihat seorang pria paruh baya sedang memgambil rumput di depan pintu masuk desa.

Andi awalnya tidak tertarik untuk melihat orang yang disapa oleh Ayahnya namun remaja itu membeku saat melihat perut pria paruh baya yang disapa ibunya begitu bulat.

Pak Surip yang sangat terlihat berumur tersenyum, kulitnya bewarna coklat gepak mungkin karena terlalu banyak dibawah sinar matahari. Pria paruh baya itu mengenakan kaos yang nampak sudah kucel dan celana pendek. Perutnya yang bulat tidak bisa mengimbangi kaosnya. Andi bahkan bisa melihat perut bagian bawahnya yang menyembul.

"Glukk.." Andi tiba-tiba meneguk ludahnya susah payah. Ia sebenarnya ingin melihat lebih lama Pak Surip yang menurutnya tanpa seksi tapi sayangnya mobil miliknya kembali berjalan.

"Kebiasan orang disini enggak berubah ya, yang?" tanya Papa pada Ayah.

"Kebiasaan apa, yah?" tanya Andi penasaran.

"Kamu lupa ya, Andi? Itu lho, kebiasaan orang desa ini itu untuk punya anak di usianya yang udah tua."

"Hah?" tanya Andi terkejut.

"Orang-orang di desa ini kebanyakan menggunakan waktu muda mereka untuk bekerja, baru waktu usia udah tua mikirin anak. Tapi ada juga kok yang baru nikah terus punya anak, tapi jarang sih."

Mpreg & Birth Story 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang