Kunjungan

114 21 12
                                    

──── ・ 。゚☆: *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──── ・ 。゚☆: *. ☁︎ .* :☆゚. ────

Jam menunjukkan pukul 5 sore, tetapi lelaki itu tidak mendapatkan kabar sama sekali dari temannya. Arjuna cemas mengingat kembali tadi pagi disekolah, dia hanya berdoa semoga teman temannya diberi perlindungan.

*SIKOK BAGI DUO... SIKOK BAGI DUO....*

Arjuna segera membuka ponselnya, tertera sebuah panggilan masuk dari Axil.
" Halo Cil?" sapa Arjuna terlebih dahulu.

"Halo jun, lo ada dikabarin sama anak anak kagak? asli gua takut mereka kenapa napa anjir." Cerocos Axil dengan nada panik.

Arjuna terdiam, dia juga bingung apa yang yerjadi pada temannya, "Apa kita susulin aja ya cil?" usul Arjuna.

"Nyusulin kemana anjir? maksud lo?"

"Ya kerumah mereka ege, ke kos an nya Jejep dulu, nyari pasukan." Balas Arjuna.

Terdengar suara hembusan nafas di sebrang, "Iya deh, ayo gua siap siap dulu.

───────────────────

Saat mereka datang, terlihat beberapa orang tua sudah berada didepan ruang kelas bersama anak anaknya. Terlihat Abel sedang berdiri didepan kelasnya bersama seorang wanita paruh baya dengan setelan casual, bisa dipastikan kalau itu adalah Ibu Abel.

Abel menerima buku rapot dari tangan Ibunya. Dengan raut wajah yang sulit diartikan ia melengos meninggalkan Abel begitu saja, Abel menunduk terdiam di tempat nampak seperti orang menangis. Lalu Abel membalikkan badannya melihat teman - temannya, Abel tersenyum dan melambaikan tangan ke arah mereka. Lalu Abel berbalik dan menyusul ibunya.

"Widihhh Jevano, bagus bagus loh nilai mu, selamat ya, kamu peringkat 3." terdengar suara laki - laki dari arah samping mereka. Itu Ayah Arjuna ー Susilo.

Jevan tersenyum dan menjabat tangan Susilo, "Hehe, makasih, Om udah mau ambilin rapot saya."

Susilo tertawa besar khas bapak - bapak, "Hahaha sama - sama, kamu udah saya anggep anak sendiri kok." Jevan tersenyum bahagia mendengar tutur kata Bapak bapak didepannya ini.

"Waduhhh, masa si Jepan doang si Om? kita nggak nih???" ucap Haidar setengah bergurau.

"HAHAHA, Iya dong, kalian semua ber - eeeee berapa ini temen kamu Jun?"

Arjuna menghela nafas lelah "Ber tujuh yah."

Susilo mengangguk paham lalu melanjutkan perkataanya "Nahh kalian ber 7 udah saya anggep kaya anak sendiri, panggil Ayah sekalian juga gapapa."

Mereka tertawa bersama - sama, sampai sebuah panggilan terdengar dari belakang tubuh Susilo.

"Haidar, ayo pulang!" ucap seorang pria ber - jas rapi dengan tatapan kurang bersahabat.

BUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang