Menghitung Hari

75 18 13
                                    

──── ・ 。゚☆: *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──── ・ 。゚☆: *. ☁︎ .* :☆゚. ────

H- 18

Waktu cepat berlalu, Haidar telah sembuh, Rendra yang pulang kerumah, Haisam yang dikurung oleh Papanya, sampai Abel yang masih mengikuti bimbingan belajar dikala libur kenaikan kelas.

Bagi mereka yang tidak punya tempat untuk pulang, libur sekolah sama saja dengan menyiksa diri, seperti saat ini, Rendra tengah terdiam di dalam kamar bersama adiknya. Tidak ada suara diantara mereka, hanya terdiam mendengarkan suara dentingan jarum jam.

"Ehmm, jadi lo keterima di SMANPAT?" tanya Rendra yang sudah muak dengan keheningan ini.

Lelaki yang merupakan adik Rendra itu mengangguk kecil.

"Jurusan apa?" tanyanya lagi.

"IPA." jawabnya singkat.

Inilah alasan mengapa dia tidak pernah betah dengan adiknya, dia terlalu cuek untuk Rendra yang masih membutuhkan perhatian:(. Rendra yang sudah malas dengan perlakuan adiknya akhirnya ia memutuskan untuk membaca novel novel dirak, bukan novelnya yang pasti.

"Rendraa!, Rafa!! ayo makan!"

Terdengar teriakan Ananta ー Mama mereka dari lantai bawah, Rendra segera menjawab teriakan Mamanya dan mengajak adiknya untuk turun.

"Ayo turun." ajak Rendra kepada Rafa - Adiknya.

"Gamau, duluan aja sana!" bantahnya datar.

Rendra mengerut tak suka dengan perkataan Rafa, tetapi dia tidak mau ambil pusing lalu pergi meninggalkan adiknya begitu saja, toh dia juga tidak peduli dengannya.

Rendra menuruni tangga, terlihat di meja makan, Ananta telah duduk terdiam menatap kosong ke arah depan, Ananta menengok ke arah Rendra yang baru saja datang, wajahnya terlihat datar seperti tidak ingin melihat dirinya. Tetapi tatapan seperti itu sudah biasa bagi Rendra.

"Mana Rafa?"

"Dikamar, gamau dia," jelas Rendra lalu duduk didepan Ananta.

Rendra memulai kegiatan makannya tanpa memperdulikan Mamanya yang masih diam menatapnya kosong. Saat ia terfokus pada makanannya, terdengar suara derit kayu yang bergesekkan dengan lantai. Rendra lihat, Mamanya mengambil piring berisi nasi dengan lauk, lalu pergi ke lantai atas meninggalkannya sendirian.

Bahkan sampai sekarang pun, kehadirannya masih belum di terima kembali? seberapa keraspun ia coba, Rendra tidak akan pernah mendapat pengakuan dari Mamanya, mungkin.

───────────────────

H - 14

Badut(e)

jd kaga cuy? |

Haihihihi
| Jadi ngaf, gw udh di sekolah nih.

BUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang