Menghitung Hari 2

59 19 9
                                    

──── ・ 。゚☆: *

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──── ・ 。゚☆: *. ☁︎ .* :☆゚. ────

H-7

Seorang remaja memasuki bangunan serba putih itu, ia berjalan masuk, tak lupa menyapa perawat yang ada disana. Tanpa disadari oleh teman temannya, ia sering pergi kerumah sakit ini, rutin 2 hari sekali, entah hanya sekedar berkunjung atau membawakan sesuatu untuk seseorang.

Hari ini, sepulang dari latihan di rumah Haisam, ia sempatkan untuk membeli 2 potong roti dan air mineral, ditentengnya kresek hitam itu dan berjalan menuju ruang rawat inap.

Rendra berhenti di depan pintu bertuliskan 'Ruang Dahlia 3', ia terdiam sebentar lalu memasuki ruangan itu, didalam ruangan tersebut terdapat 4 ranjang, tapi yang terisi hanya 3 saja. Ia ucapkan salam, tak lupa menyapa pasien yang sudah dia kenal disana.

"Malam Mas Rendra," sapa seorang pasien wanita. Rendra mengangguk dan tersenyum ramah ke arahnya.

"Malem juga Mbak, Ara-nya ada?"

"Teh Ara tadi keluar nemenin si Tian, katanya sih jalan jalan."

Rendra heran, "Emang boleh yah Mbak keluar jam segini?" Wanita itu menggeleng sambil menghendikkan bahunya.

Masih ada sekitar 1 jam lagi sampai waktu kunjungan berakhir, Rendra memutuskan duduk di dekat pasien wanita kenalannya dan mengajaknya berbincang - bincang santai.

Tak lama, seorang gadis dengan rambut sepanjang bahu datang sambil menggandeng seorang bocah laki laki yang menggunakan beanie hat berwarna biru laut. Rendra yang melihat Ara telah sampai langsung membantunya untuk memasukkan tiang infus yang bisa dibilang cukup riweh, lalu Ara menggantungkan infus bocah itu ke tiang yang ada di dekat ranjangnya, sedangkan punya Ara di bawakan oleh Rendra sampai di ranjangnya.

Rendra memberikan bingkisannya kepada Ara, "Ini ada Roti selai sama air, jangan lupa dimakan ya."

Ara tersenyum, "Udah dibilang gausah repot repot Kak, saya jadi sungkan, saya jadi bingung gimana balesnya." Rendra membalas senyumannya.

"Gapapa, Kakak cuman pingin kasih kok, Ara gaperlu bales, Kakak ihklas," celetuk Rendra sambil membukakan bungkus roti yang dibawakannya.

"Nih, dimakan." Rendra menyodorkan roti itu kepada Ara dan di terima dengan lembut oleh gadis itu.

Suasana seketika hening, hanya ada suara televisi yang sedang di tonton Tian dan mbak mbak kenalannya. Rendra memfokuskan pandangannya ke Ara yang kini sedang makan roti sambil melihat televisi, terkadang Ara juga curi curi pandang ke Rendra yang sedang menatapnya, sebenarnya dia malu dan salah tingkah di tatap seperti itu.

Rendra yang menyadari gadis di depannya ini sedang 'salting' tertawa kecil dan langsung dipelototi oleh Ara.

"Kenapa ketawa? gaada yang ngelucu!" ketus Ara sambil melanjutkan makannya.

BUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang