Tujuh tahun kemudian.
Joanna baru saja pulang ke Indonesia. Setelah menyelesaikan S2 dan kerja di Australia. Membuat Stevan yang sudah tidak sabar ingin digantikan mulai memaksa si anak agar lekas kembali ke tanah kelahiran.
Hari ini adalah hari ulang tahun perusahaan. Stevan sengaja mengambil kesempatan ini untuk mengenalkan anaknya pada para kolega. Membanggakan Joanna yang dari SD hingga sekarang selalu menjadi juara.
Ya. Meskipun masih berlabel anak angkat, namun orang-orang tidak ada yang berani mengolok Joanna. Selain karena takut pada Stevan, mereka juga segan pada Joanna yang sudah digadang-gadang akan meneruskan perusahaan. Mengingat Hana justru terjun ke dunia hiburan dan tidak mau meneruskan bisnis keluarga.
Malam ini Hana tampak cantik dengan balutan dress warna putih tulang. Dengan rambut digulung ke atas. Serta, pandangan yang terus saja mengedar ke setiap penjuru ruangan.
Mencari keberadaan Jeffrey tentu saja. Mengingat mereka akan segera dijodohkan. Sesuai janji Stevan padanya.
"Sedang apa di sini? Gabung dengan Papa sana! Jangan mau kalah dengan Joanna!"
Hana tampak malas beranjak dari sofa. Karena dia memang tidak suka orang-orang di sana. Apalagi mereka selalu memandang rendah dirinya. Mungkin karena dia tidak bekerja di industri yang sama dengan mereka.
"Mama kan tahu kalau aku tidak suka dengan orang-orang ini! Lagi pula, untuk apa aku bersaing dengan si anak pungut ini? Toh, aku sudah merasa cukup saat ini. Tidak masalah kalau dia mau merebut perusahaan ataupun yang lain. Asal jangan Jeffrey!"
Ariana tampak menatap kesal Hana. Sebab si anak tidak kunjung sadar jika posisinya tengah terancam. Karena bisa saja Joanna yang semakin pintar berniat mendepaknya suatu saat. Mengingat perusahaan adalah sumber kekayaan utama mereka.
Di tengah acara, Joanna yang lelah pamit undur diri dari Stevan. Dengan balutan dress warna hitam. Dress yang serupa dengan milik Hana. Karena memang Stevan yang meminta agar mereka memakai dress yang sama.
Rambut panjang bergelombang Joanna digerai dan diberi pita di belakang. Itu saja Stevan yang pasangkan. Karena dia ingin melihat si anak tampak feminim sekarang. Mengingat ketika di Australia, Joanna jelas berpenampilan rebel seperti biasa.
Kaos dan celana kebesaran. Rambut dikuncir kencang dan sepatu boots tentu saja. Agar dia dapat bergerak dengan leluasa.
Iya. Selama ini itu yang Stevan tahu tentang Joanna. Karena si anak memang selalu berpenampilan seperti itu jika ditengok dirinya.
Namun berbeda jika Joanna bersenang-senang. Wanita itu jelas tahu bagaimana caranya berdandan. Apalagi menarik perhatian lawan jenis dengan sekali kedipan.
"Dress ini benar-benar gaya Hana sekali! Andaikan bisa memilih, aku pasti akan memakai dress hitam tanpa tali!"
Gerutu Joanna setelah meminta rokok pada salah satu pengantar minuman. Saat ini dia sudah berdiri di balkon hotel tempat pesta ini dilangsungkan. Sendirian, dalam keadaan remang karena terdapat banyak pilar yang menghadang.
Joanna memejamkan mata ketika menyesap rokoknya. Seolah menikmati apa yang baru saja dilakukan. Mengingat kegiatan malam ini cukup melelahkan.
"Aku baru tahu kalau kau merokok juga."
Joanna langsung menolehkan kepala. Menatap Jeffrey yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya. Dengan senyum manis seperti biasa. Karena memiliki dua dimple di pipinya.
"Sedang apa ke sini? Pergi sana! Datangi Hana tersayangmu itu!"
Jeffrey terkekeh pelan. Lalu menatap Joanna yang sudah menatap sinis dirinya. Seolah sedang cemburu mungkin saja.
"Mana ada aku pernah menyebut Hana sebagai kesayangan? Ada-ada saja!"
Jeffrey mulai merebut rokok yang ada di tangan kanan Joanna. Lalu diinjak hingga apinya padam. Membuat wanita itu jelas semakin kesal. Karena kesenangannya diinterupsi tiba-tiba.
"Aku tidak akan menerima perjodohan itu. Lagi pula, aku sudah punya kamu."
Jeffrey mulai menyentuh dagu Joanna. Lalu mendekatkan wajah. Mengecup bibir si wanita. Namun, Joanna langsung memeluk lehernya. Melumat bibir bawah dan menyesapnya kuat-kuat.
Padahal, ini adalah ciuman pertama mereka. Karena Jeffrey dan Joanna baru saja berpacaran pada tiga hari ke belakang. Mengingat Joanna memang baru saja pulang pada satu minggu sebelumnya .
Sesi pendekatan mereka jelas sangat singkat, sebelum akhirnya memutuskan untuk berpacaran. Karena mereka memang sudah saling mengenal. Ditambah, setiap hari berjumpa karena perusahaan Stevan dan Sandi sedang melangsungkan kerjasama.
Jeffrey yang sudah dari dulu tertarik dengan Joanna tentu saja tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Apalagi orang tuanya berencana menjodohkan dia dengan Hana. Semakin gencar pula dia mendekati Joanna hingga akhirnya mereka resmi berpacaran setelah empat hari berjumpa pasca sekian lama berpisah tanpa sekalipun berhubungan.
Joanna mulai memejamkan mata. Kepalanya juga semakin dimiringkan. Karena hidung Jeffrey yang sangat tinggi membuatnya agak terganggu tentu saja. Karena bibir mereka tidak bisa menempel jika mereka sama-sama menghadap depan.
Suara decakan mulai terdengar. Tangan Jeffrey juga mulai aktif mengusap punggung Joanna. Sebelum akhirnya diarahkan pada bawah pinggang oleh si wanita.
Perlahan, Joanna membuka mata. Mendesah lirih ketika ciuman terlepas. Apalagi kalau bukan karena si pasangan baru saja meremas pantatnya. Dengan nafas yang masih sama-sama tersenggal.
Joanna tersenyum diam-diam. Raut wajahnya juga diubah menjadi seseduktif yang dia bisa. Karena di balik pilar, ada Hana yang sejak tadi mengintip kegiatan mereka.
"Faster, Babe!"
Joanna sengaja memeluk Jeffrey semakin erat. Menjatuhkan kepala pada pundak si pria. Lalu memasang wajah keenakan seolah sedang bercinta. Dengan mulut terbuka dan sesekali menggigit bibir bawah.
Outfit Jeffrey hari ini :)
Tbc...