2/2

348 96 155
                                    

Joanna sedang berada di ruangan kepala sekolah. Dia tengah disidang oleh Delima, selaku kepala sekolah di sana. Dimarahi habis-habisan. Bahkan ditampar hingga membekas.

Padahal, kulit Joanna lumayan gelap. Namun cap lima jari Delima masih terlihat dengan jelas. Karena tamparannya terlalu keras.

"Hanya karena kau pintar, bukan berarti bisa seenaknya di sekolah! Kau tahu siapa yang selama ini membiayai sekolahmu kalau tidak orang tua Hana!? Karena mereka donatur terbesar di sekolah! Tapi justru seperti ini balasanmu padanya!"

Joanna diam saja. Dia juga masih menundukkan kepala. Merasa beralah namun enggan mengakui juga. Sebab dia juga dirugikan Hana. Namun hal itu tidak terlihat oleh mereka.

Delima melirik bawah, atau lebih tepatnya pada alas kaki Joanna yang memang sudah rusak sebelah. Membuat wanita itu jadi tidak tega jika harus kembali memarahinya. Karena selain kejadian sebelumnya, Joanna memang hampir tidak pernah melakukan kesalahan.

Bahkan sebaliknya, dia selalu mengharumkan nama sekolah. Sering memenangkan lomba antar sekolah maupun kota. Joanna juga sudah pernah ke Malaysia dan Singapura karena mendapat undangan studi banding di sana selama sekitar satu bulan. Sendirian. Karena hanya satu anak yang menjadi partisipan.

"Hanya karena sepatumu dirusak kau sampai memukulnya sampai pingsan? Seharusnya kau minta ganti rugi padanya! Minta dibelikan sepatu baru saja! Tidak perlu melemparnya dengan bola basket tepat di kepala! Kalau sudah seperti ini, kau yang akan dirugikan! Untung saja dia langsung siuman! Kalau tidak, bisa habis kamu di tangan orang tuanya! Sekarang kembali ke kelas! Hukumanmu akan disampaikan oleh wali kelas!"

Joanna langsung bangkit dari duduknya. Tentu saja setelah melepas kedua sepatunya. Lalu ditenteng menggunakan tangan tangan. Keluar ruangan kepala sekolah begitu saja. Tanpa mengatakan apa-apa.

PLAK...

Joanna mendapat tamparan kedua oleh wali kelas. Disaksikan oleh anak-anak yang sudah berada di dalam kelas. Sebab mereka sedang dibriefing untuk tidak membocorkan hal ini pada orang luar. Karena kalau tidak, mereka semua akan tamat. Tidak hanya Joanna, namun sekolah juga.

"KAU BENAR-BENAR ANAK TIDAK TAHU DIRI! BISA-BISANYA MELUKAI PUTRI ORANG TERKAYA DI KOTA INI! PASTIKAN INI MENJADI YANG PERTAMA DAN TERAKHIR! KARENA KALAU TIDAK, KAU YANG AKAN DIKELUARKAN DARI SINI! SELAMA SATU BULAN, BERSIHKAN RUANGAN GURU SETIAP PULANG SEKOLAH! ITU HUKUMAN KARENA KAU TELAH BERANI MELUKAI HANA!"

Joanna yang diperlakukan seperti itu di depan kelas tentu saja merasa malu. Dia bahkan hanya bisa menunduk. Hingga Wita berlalu.

"DASAR GOLD DIGGER! KUDOAKAN SEMOGA KELUARGA HANA BANGKRUT! SUPAYA DIA TIDAK DIISTIMEWAKAN TERUS!"

Pekik Teressa sembari membawakaan seragam Joanna ke depan kelas. Lalu merangkul si sahabat menuju kamar mandi berada. Sebab hanya dia yang belum berganti seragam.

Satu bulan kemudian.

Hukuman Joanna sudah selesai. Namun dia sengaja tidak langsung pulang dan lebih memilih untuk berdiam diri di rooftop sekolah. Sembari merokok bersama Teressa. Memandangi anak-anak yang sedang keluar gerbang. Termasuk Hana yang kini dijemput mobil mewah seperti biasa.

"Sebelum lulus, bagaimana kalau kita kerjai dia? Paling tidak, buat dia menderita sekali saja sebelum kita keluar dari sekolah."

Joanna mengangguk singkat. Mengiyakan ucapan Teressa. Lalu sama-sama menyusun rencana. Sebab selama ini, mereka memang tidak menyukai Hana yang selalu dimanja di sekolah. Jangankan kena marah dan hukuman, melakukan piket bersih-bersih kelas saja tidak pernah.

Karena kesehatan alasannya. Padahal, mereka sering kali melihat Hana berlari ketika bermain dengan teman-teman cupunya. Seolah sehat bugar. Namun memegang sapu saja enggan.

2. 10 PM

Joanna baru saja tiba du rumah. Dia langsung mandi dan memasak makan malam. Lalu menjemput ayahnya di rumah saudara. Bercerita tentang bayak hal. Termasuk niatnya yang ingin kuliah setelah lulus SMA.

"Ayah akan mendukung mimpimu. Ayah yakin, kamu pasti bisa meraih apapun. Ayah juga ada kenalan yang bisa memberikan beasiswa secara penuh. Dengan melihat isi raportmu, Ayah yakin mereka akan langsung setuju."

Rendy mengusap rambut Joanna yang sudah dikuncir kuda. Karena si anak sedang memotong kukunya di atas kursi roda. Sebab dia memang hanya tidak bisa berjalan saja. Selain itu masih bugar.

Tidak heran jika Rendy masih sanggup bekerja diam-diam. Merajut bersama saudara yang mengurusnya. Lalu dijual dan uangnya Rendy tabung diam-diam. Untuk jaga-jaga jika Joanna butuh uang suatu saat. Entah untuk kuliah ataupun menikah.

Di tempat lain, Hana baru saja bangun dari tidur siang. Lalu memanggil pelayan agar menyiapkan baju ganti dan air hangat. Sebab dia memang sudah terbiasa dimanja.

Tidak diiznkan melakukan hal-hal berat sendirian. Bahkan, mandi saja dia masih dimandikan. Apalagi memasang pembalut ketika datang bulan.

Selesai mandi, Hana langsung menuju taman yang ada di belakang rumah. Menemui Ariana yang sedang berkebun sendirian. Sembari mendengar alunan musik Korea.

"Mama!"

"Anak cantik Mama sudah bangun! Duduk sini!"

Hana langsung duduk di ayunan. Lalu menatap ibunya yang sedang jongkok dan menyirami tanaman. Dengan kepala yang sesekali bergoyang. Sesuai irama lagu Korea yang didengar.

"Ma, Kak Jeffrey pulang, ya? Aku boleh main ke rumahnya tidak?"

Ariana langsung menolehkan kepala. Menatap Hana yang tampak salah tingkah. Sebab dia memang sudah naksir berat pada anak dari teman orang tuanya.

"Cieee! Pasti kangen, ya? Coba chat saja! Nomornya masih sama, kan?"

Ariana langsung bangun dari jongkoknya. Lalu mendekati Hana yang kini sudah menggeleng pelan. Dengan kepala yang sudah ditundukkan.

"Sepertinya tidak."

"Ya, sudah! Kalau begitu Mama siap-siap sebentar. Kita ke rumah Tante Jessica sekarang. Sekalian mau membagi kastangel yang baru saja Mama buat."

Hana tampak kegirangan. Sedangkan Ariana mulai mengecup pipi anaknya. Sebelum akhirnya melepas sarung tangan dan menuju kamar. Sebab dia ingin mandi kilat sebelum bertemu calon besan.

Karena Ariana juga setuju jika Hana menikah dengan Jeffrey di masa depan. Mengingat mereka terlahir dalam kondisi yang hampir sama. Sama-sama berasal dari background keluarga yang berada dan tumbuh menjadi anak baik-baik tentu saja.

Pasti nggak sabar buat nemuin Jeffrey + Joanna, ya???

Tbc...

SWITCHING QUEEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang