3. DIHUKUM BARENG

40 10 4
                                    


3.Dihukum Bareng

Panasnya matahari sangatlah menyengat, membuat siapa saja
tak sanggup bila berada dibawahnya.
Hingga tak terasa sudah 1 jam lebih mereka bertiga berdiri didepan tiang bendera karena hukuman dari guru atas masalah tadi. Posisi Zea disebelah kiri, Andra di sebelah kanan, dan Gevan yang berada ditengah-tengah mereka.

Sedari tadi Gevan terus mengelap keringat yang keluar dari pelipisnya, dan sesekali dia melirik Zea yang berada disampingnya. Terlihat keringat bercucuran di dahi serta pelipis perempuan tersebut.
Namun anehnya tidak ada keluhan sama sekali yang keluar dari Mulutnya.

Biasanya jika cewek bertemu dengan yang namanya matahari, dia akan takut jika kulitnya gosong, wajahnya hitam dan lain sebagainya. Namun Zea tidak, dan dia terlihat sangat santai saat menjalani hukumannya tersebut.

Berbeda sekali dengan dirinya
yang sejak tadi mengeluh dan menggerutu karena kepanasan. Terlebih-lebih lagi Andra, yang
sudah seperti orang kesurupan.

"Sialan! Panas banget," gerutu
Andra, sembari mengusap keringat diwajahnya dengan kasar.

"Guru pikir gue ikan asin apa?
Di jemur kaya gini!"

"Ck. Panassss-"

"BERISIK LO!" sentak Gevan, saat Andra yang tak henti-hentinya menggerutu.

"LO YANG BERISIK! INI SEMUA TUH GARA-GARA LO! HARUSNYA YANG DIHUKUM ITU LO AJA, BUKAN GUE,"
ujarnya dengan nada tinggi.

"Enak aja, lo tuh yang pantes dihukum!" balas Gevan.

"Murid baru aja belagu lo!" ucap Andra, sembari memutar bola matanya dengan malas.

"Daripada lo! Murid lama gak tau malu! Songong lagi!" balas Gevan, membuat Andra melototkan matanya.

"Sialan lo!" umpat Andra.

Gevan mengalihkan pandangannya kearah lain. Daripada harus meladeni ocehan dari Andra. Gevan pun lebih memilih untuk melirik Zea yang berada disampingnya. Sedari tadi, perempuan itu hanya menyimak berdebatan antara dirinya dan Andra.

"Panas yah?" tanya Gevan, sembari menaikan kedua telapak tangannya diatas kepala Zea guna untuk mencegah sinar matahari yang mengenai wajah Zea.

Zea melirik Gevan. "Enggak ko,"
balas Zea, menggeleng pelan.

"Hah? Masa sih?" tanya Gevan, sembari menggaruk tengkuknya
yang tidak gatal.

"Coba deh, tukeran posisi," pintanya sembari menyuruh Zea untuk bertukar posisi dengan dirinya.

Sedangkan Zea hanya menurut saja. Dia menukar posisinya, yang tadinya disebelah kiri, sekarang menjadi ditengah-tengah mereka.

"Perasaan sama aja ko, tetep panas," ujarnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sedangkan Zea hanya diam sembari berfikir. "Apa dia bego? Atau pura-pura bego?" Batin Zea.

"Lo-" ucap Gevan terpotong
saat mendengar suara Bel.

Tring tring tring

Suara Bel berbunyi, dan itu menandakan para siswa maupun siswi untuk waktunya istirahat
kedua. Dan saat itu juga, Andra
berlari secepat mungkin untuk meninggalkan Ares lapangan.

Zea bernafas lega, akhirnya dia bisa menyelesaikan hukumannya juga.
Jika kalian berfikir Zea tidak mengeluh karena kepanasan.
Kalian salah! Sebetulnya dari tadi dirinya juga gelisah namun dia
hanya bisa mengucapkannya
didalam hati. Jika seperti Andra dan Gevan, menurutnya sangatlah lebay.

Saat Zea ingin berbalik badan, tiba-tiba. "Eh, tunggu!" pinta Gevan sembari mencekal lengan Zea.

Zea menatap Gevan. "Kenapa?" tanya Zea, sembari melepaskan tangan Gevan dari lengannya.

ZEAVAN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang