10. I Think, That's Mine

288 8 0
                                    

"Mom, Daddy kemana? Kenapa kita malah pergi tanpa Daddy?" Pertanyaan yang terus terlontar dari mulut Yura, membuat ibunya pusing.

"Mommy, kenapa diam aja? Daddynya kemana?" Tanya Yura lagi, karena tak mendapat jawaban dari sang ibu.

Saat ini mereka tengah berada di dalam mobil. Ia yang terus berpikir kemana suaminya, jadi sedikit mengabaikan atensi sang anak.

"Mommy? Kenapa mommy diam aja sih? Jawab pertanyaan aku! Aku kan sedang bicara sama mom--"

"Bisakah kau tidak berisik? Aku tengah pusing memikirkan ini! Jangan menambah beban pikiranku lagi karena rengekkan manja-mu!" Ujar Yuna yang sedikit berteriak kepada anak.

Yuna langsung tersadar apa yang dia lakukan kepada sang anak. Ia langsung menoleh, menatap anaknya yang tengah menundukkan kepalanya. Langsung saja dia mendudukkan anaknya di atas pangkuannya, supaya dirinya bisa melihat wajah sang anak.

"Yura sayang, maafkan Mommy karena telah membentak dirimu ya? Mommy tidak bermaksud untuk bersikap seperti itu." Ujar Yuna, yang langsung menangkap wajah sang anak, dan mengusap pelan pipi sang anak.

Yura menganggukkan kepalanya. "Maafkan aku juga, Mommy." Cicit Yura.

"Tadi kamu bertanya kepada Mommy, kenapa kita malah pulang bukan? Kenapa kita pulang tidak bersama dengan Daddy bukan?" Tanya Yuna, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh sang anak.

"Daddy sedang ada acara rapat penting sayang. Jadi, saat ini kamu bermain sama Mommy dulu ya? Katakan kepada Mommy, kamu ingin pergi ke mana?" Tanya Yuna, yang masih merasa bersalah kepada anaknya.

"Aku ingin main ke taman bermain, Mommy." Balas Yura, yang masih takut untuk menatap ibunya.

"Sayang, jangan takut sama Mommy. Mommy-kan sudah minta maaf kepada dirimu." Pinta Yuna yang merasakan sedih karena anaknya yang takut kepadanya.

Yura pun segera mengangkat kepalanya, begitu mendengar penuturan sang ibu. "Maafkan aku, Mom." Cicit Yura.

"Kamu tidak salah. Mommy yang salah. Kalau begitu, kita ke taman bermain sesuai permintaan kamu ya." Seru Yuna yang langsung di tanggapi secara antusias oleh sang anak.

Yuna dan Yura segera pergi menuju taman bermain, sementara Mark, Renjun dan juga Sungchan sedang bersenang-senang di sini.

"Habis ini mau naik apalagi, sayang?" Tanya Renjun kepada sang anak yang ada di dalam gendongan mantan kekasihnya.

"Mark, turunkan saja Sungchan. Memangnya kamu tidak lelah? Lengan-mu bisa patah kalau terus-terusan menggendong dia. Dia sudah besar, ia bisa jalan sendiri dengan sangat baik." Ucap Renjun kepada mantannya. Pasalnya, sedari tadi tuh mantannya ini terus menggendong anaknya.

"Iya Daddy, turunkan saja aku. Aku bisa jalan kok. Daripada tangan Daddy sakit? Nanti kita tidak bisa bermain bersama." Seru Sungchan, yang ingin turun, tapi tidak di izinkan oleh sang ayah.

"Aku tidak apa-apa, sayang. Daddy tidak apa-apa, nak. Kalau aku menurunkan anak kita? Resiko kehilangan anak kita semakin besar. Kau tidak lihat kalau misalkan situasi saat ini sangat ramai?" Ujar Mark, yang langsung menelusuri keadaan sekitar.

"Tidak akan hilang, Mark. Aku--"

"Sudah, tidak apa-apa. Aku akan menurunkan anakku, kalau aku sudah pegal." Jelas Mark kepada mantannya.

"Sekarang kamu ingin naik apa?" Tanya Mark.

"Ingin naik mobil-mobilan bersama Mommy dan Daddy!" Seru Sungchan.

"Tidak bisa bertiga sayang. Mobil-mobilannya hanya cukup untuk 2 orang saja." Jelas Renjun.

"Ya sudah kalau begitu aku sama Daddy, sementara Mommy sendiri." Ujar Sungchan.

Renjun hanya bisa menghela nafasnya kasar. Anaknya kalau sudah sama ayahnya itu nempel sekali. Seperti amplop dan pranko, susah sekali di lepas.

"Kita bakalan naik itu, setelah kita makan siang bersama." Jelas Renjun.

"Jadi, kamu ingin makan apa?" Tanya Renjun.

"Aku ingin nasi goreng seafood di kedai dekat wahana kemidi putar Mom." Jawab Sungchan.

Mereka bertiga pun mulai bergegas ke kedai makan nasi goreng seafood, yang Sungchan sebutkan tadi. Sampai di sana, mereka bertiga langsung memesan makanan dan duduk di bangku yang telah tersedia.

"Habis ini mau ke mana lagi, sayang?" Tanya Mark, di sela-sela menunggu makanan mereka tiba.

"Eum... aku ingin pergi ke mall. Lebih tepatnya ke toko Mainan. Waktu itu kan Daddy berjanji kepada diriku, kalau Daddy akan membelikan aku mainan." Ujar Sungchan, memperingati kembali janji sang ayah.

"Bukankah waktu itu Daddy sudah memberikan kartunya, supaya kamu bisa beli mainan itu dengan segera?" Tanya Maek, yang ingat akan janjinya.

Namun belum sempat Sungchan menjawab, Renjun sudah lebih dulu mengeluarkan kartu pemberian miliknya, dan memberikan kartu itu kembali kepada dirinya. "Sungchan, dia tidak ingin membeli, kalau kau tidak ada. Jadi, kartu itu belum pernah di belikan apapun. Lagipula aku bisa membelikan mainan yang anakku inginkan dengan uangku sendiri. Jadi kau tidak perlu repot-repot, Mark." Ujar Renjun.

"Bukan itu yang aku maksud. Kau tidak perlu mengembalikan kartu itu. Aku memang sengaja memberikan-mu sebuah kartu yang no limit, supaya kamu bisa membelikan semua kebutuhan anak kita." Jelas Mark.

"Aku bisa membutuhi semua kebutuhan anakku, dengan uangku sendiri, Mark. Bukankah dari dulu aku selalu seperti itu?" Ujar Renjun.

"Aku tau, Renjun. Aku dulu memang bodoh. Jadi, tolong terima ini sebagai rasa bersalah-ku. Aku ingin kau membelanjakan ini untuk keperluan anak kita. Aku mau menebus semuanya, Njun." Pinta Mark.

"Menebus? Daddy pernah berbuat salah kepada Mommy? Mommy tidak pernah bercerita kepada Mark, kalau Daddy punya salah kepada Mommy." Ujar Sungchan yang sangat bingung dengan ucapan sang ayah.

"Daddy-mu memang tidak punya salah sayang. Dia hanya sedang berakting, supaya Mommy mau mengambil kartu itu. Persis apa yang kau lakukan, ketika kau ingin membeli sesuatu." Ujar Renjun, agar anaknya tidak salah paham dengan konteks yang sedang dirinya dan mantannya bicarakan.

"Ah seperti itu. Ternyata aku sangat mirip dengan Daddy ya, Mom?" Tanya Sungchan, dengan senyuman yang mengembang.

"Benar. Kamu sangat mirip dengan Daddy. Maka dari itu mau kah kamu membantu Daddy? Bujuk Mommy supaya Mommy menerima kartu pemberian Daddy." Pinta Mark, menatap anaknya dengan penuh permohonan.

Bahkan dia sudah tidak perduli dengan tatapan penuh peringatan mantannya. Mantannya memang tidak suka dirinya menggunakan sang anak untuk misinya.

Dan kalian tau sendiri kalau anaknya tidak akan nolak. Ia langsung mengambil kartu yang ada di tangannya, dan mulai membujuk Ibunya. "Mommy, tolong terima ya?" Pinta Sungchan dengan binar mata penuh permohonan.

Saat ini Sungchan seperti anak anjing yang sangat menggemaskan. Renjun tidak bisa kalau anaknya sudah bersikap seperti ini. Namun dengan sekuat tenaga ia bertahan. Ia tidak mau mengambil kartu itu.

"Sayang, kau tidak mau menerima permintaan anak kita?" Tanya Mark, yang juga ikut membantu anaknya.

"Mark. Aku--" ucapan Renjun terpotong karena ucapan seorang wanita yang baru saja tiba.

"Sepertinya itu kartu milikku." Ujar seorang wanita yang baru saja datang, dan mengambil kartu yang ada di tangan Sungchan.

"Yuna?!"

"Daddy!"

NOT OVER - MARKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang