2. God, Please Help Me

325 13 0
                                        

"Anakmu sudah mati." Ujar Renjun, menatap datar mantan kekasihnya.

"Jangan konyol, Renjun! Kemarin aku melihat kau jalan dengan anakku!" Ujar Mark, memperingati mantannya.

"Sungchan, dia bukan anakmu." Ujar Renjun, seraya menyeringai kepada mantannya.

"Lalu, anak siapa? Kau tidak memiliki hubungan dengan siapapun." Jelas Mark, yang masih berharap dan yakin bahwa Sungchan itu anaknya.

"Dulu, aku memang mengandung anakmu. Tapi anakmu langsung mati begitu aku melahirkannya. Sedangkan Sungchan, dia adalah anak dari one night stand ku." Jelas Renjun, dengan senyuman manisnya.

"Ah, sepertinya informan-mu kurang lengkap dalam memberikan informasi serta data diriku kepadamu. Ada yang terlewat juga rupanya." Sambung Renjun, yang langsung meminum tehnya, begitu melihat wajah mantan kekasihnya yang menegang.

"Renhun, aku tau kau sangat membenci diriku. Tapi tidak baik mengatakan anak kita meninggal padahal anak kita masih hidup. Bagaimana pun juga, anak kita harus tau siapa Daddy-nya. Aku berjanji tidak akan melarang dirimu untuk menemui anak kita." Jelas Marj, yang masih berusaha mengambil hati sang mantan.

Helaan nafas lelah terdengar dari mulut Renjun. Ia langsung mencondongkan badannya, agar dekat dengan mantan kekasihnya ini.

"Aku tau dan sangat paham kalau anak kita harus tau siapa Daddy-nya. Tapi sangat di sayangkan kalau saat ini anak kita sudah berada di surga. Jadi, kalau kau ingin bertemu dengan anak kita? Kau harus mati terlebih dahulu. Itu pun aku tidak bisa memastikan apakah kamu bisa bertemu dengan anak kita."

"Karena aku yakin kalau Tuhan masih mempertimbangkan apakah kau masuk surga, atau neraka. Kalau di lihat dari perbuatan kamu dulu, aku tidak yakin kalau kau akan bertemu dengan anak kita di surga. Apalagi kau membuang dan berniat membunuhnya selagi dia masih ada di dalam kandunganku." Jelas Renjun.

Renjun langsung berdiri dari duduknya, dan berkata. "Cha, sepertinya waktu makan siangku telah selesai. Terima kasih atas traktiran yang kau berikan." Ujar Renjun, yang langsung pergi dari hadapan sang mantan.

Namun, baru satu langkah dirinya hendak pergi, ucapan Mark sukses menahan dirinya yang hendak pergi. "Aku akan melakukan tes dna dengan Sungchan. Aku yakin kalau dia adalah anak kandungku." Ujar Mark.

Renjun terkekeh mendengarnya. Ia segera berbalik menghadap mantan kekasihnya. "Rupanya kau masih bersih keras mendapatkan anak laki-laki, supaya kau bisa mendapatkan harta warisan milik orang tua-mu." Ujar Renjun.

"Kalau kau ingin melakukan tes dna dengan anakku? Silahkan. Aku tidak akan memaksa dirimu." Jelas Renjun.

"Tapi, setelah keluar hasilnya dan ternyata Sungchan itu bukan anak-mu? Jangan pernah menganggu diriku lagi, dan juga jangan pernah menganggu anakku." Peringat Renjun, menatap mantan kekasihnya penuh peringatan.

"Apakah ada hal lain yang ingin kau katakan? Sebuah ancaman di akhir pertemuan misalnya?" Tanya Renjun, menatap mantannya dengan senyum kemenangan miliknya.

"Ah, sepertinya tidak ada. Kalau begitu aku pamit. Terima kasih untuk hari ini." Sambung Renjun, yang benar-benar pergi dari hadapan sang mantan.

Setelah kepergian Renjun, Mark langsung menelepon seseorang.

"Carikan informasi yang lengkap mengenai Lee Sungchan dan juga Lee Renjun. Aku tidak ingin adanya kesalahan atau ketidak lengkapan dalam berkas. Kalau sampai itu terjadi? Aku akan pastikan kalau kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan di mana pun." Perintah Mark, kepada orang yang ada di sebrang telepon sana.

Setelah mengatakan itu, ia langsung mengantongkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya. Lalu Jaehyun pun pergi dari kedai, kembali ke kantornya.

Sementara Renjun, saat ini dia tengah berada di dalam taksi, dengan memegang dadanya dan mengontrol pernapasannya. "Haechan! Aku harus menelepon Haechan." Gumam Renjun, seraya mencari ponsel yang ada di dalam tas miliknya.

"Hallo, Renjun. Ada apa?" Tanya Haechan, di sebrang sana.

"Chan, aku--aku bertemu dengannya." Ujar Renjun dengan nada panik dan gemetar ketakutan.

"Kau? Bertemu dengannya? Siapa maksud-mu? Apakah Mark?" Tanya Haechan yang sangat penasaran.

"Iya! Aku bertemu dengan Mark. Dia--dia ingin mengambil anakku dari hidupku! Aku--aku tidak tau harus melakukan apa, Chan. Aku--aku tidak mau berpisah dengan anakku." Ujar Renjun, dengan tergagap dan kedua air mata yang sudah mengalir di kedua sudut matanya karena ketakutan.

"Sekarang kau ada di mana? Aku akan ke sana." Tanya Haechan yang sangat khawatir dengan keadaan sahabatnya.

"Aku akan menemui Sungchan. Aku tidak akan melepaskannya lagi, Chan. Aku akan selalu ada di sisi anakku." Jawab Renjun yang masih tersendat karena tangisan yang selalu keluar dari sudut matanya.

"Kalau kau sudah sampai? Tunggulah di sana. Aku akan menyusul dirimu ke sana. Kita akan mencari jalan keluarnya secara bersama. Ingat, Renjun! Kau masih mempunyai diriku sebagai sahabat-mu." Peringat Haechan, yang sangat berharap sahabatnya tidak melakukan tindakan bodoh di kala panik.

"Aku tunggu kau di saja. Jangan lama-lama, Chan! Aku takut dia menemuiku di sana, dan membawa anakku dari diriku." Peringat Renjun.

"Aku dalam perjalanan ke sana. Tunggu aku. Kalau begitu aku tutup teleponnya." Ujar Haechan, yang langsung menutup teleponnya secara sepihak.

Begitu teleponnya tertutup, Renjun langsung meremat ponselnya dengan sangat erat. Seakan membagi kegelisahan dan kecemasannya serta kekhawatirannya kepada ponsel yang ia pegang. Ia tidak tau harus membaginya kepada siapa saat ini. Jujur saja, tadi ia hanya berusaha kuat di depan mantan kekasihnya.

Ia sangat tau seberapa kuatnya pengaruh mantannya itu, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Jadi, ia berusaha sekuat tenaga untuk berusaha kuat dan meyakinkan perkataannya kepada mantannya, kalau Sungchan itu bukan anaknya, serta meyakinkan kalau anaknya sudah meninggal sewaktu dirinya melahirkan.

Jadi, Sungchan itu benar anaknya Mark? Tentu saja! Ia tidak mungkin berhubungan dengan orang lain, selain Mark. Semabuk dirinya, dia tidak akan berakhir one night stand, karena sahabatnya yang selalu siap menjemput dirinya di kala mabuk. Kalau sahabatnya tidak bisa? Palingan Jeno, sahabatnya yang lain, yang akan menjemputnya, dan membawanya pulang.

Ia terpaksa bilang kalau misalkan anaknya Mark sudah meninggal. Kalau dia mengaku Sungchan adalah anak kandungnya? Ia benar-benar akan kehilangan anaknya di hidupnya. Ia tidak bisa bayangkan kalau anaknya tidak ada di sisinya. Anaknya adalah salah satu alasan dirinya masiu bertahan di dunia ini.

Iya Renjun tau kalau dirinya salah karena telah melakukan hubungan intim di luar nikah. Tapi tidak seharusnya ia mendapatkan ini semua.

Kekasihnya yang tidak mau bertanggung jawab setelah menghamili dirinya, kekasihnya yang menyuruh dirinya untuk membunuh anaknya sendiri, orang tuanya yang mengusir dirinya karena malu, dan saat ini mantan kekasihnya ingin mengambil anak yang dulunya ingin dia bunuh, supaya dia dapat warisan.

"Ya Tuhan, tolong aku."

NOT OVER - MARKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang