"Bagaimana kalau kita lakukan tes dna? Kalau seperti ini, semua orang bisa mengakui ayah dari anaknya Renjun." Tantang Mark, yang langsung di terima Jeno tanpa pikir panjang.
Renjun yang sedari tadi menyimak pun panik bukan main. Mark yang lebih mempercayai bukti daripada omongan orang lain. Melawan Jeno yang suka mencari perkara.
Masalahnya, kalaupun di tes dna? Hasil akan tetap berpihak kepada mantannya ini. Orang mantannya ini adalah ayah dari anaknya, jadi ia sangat takut dengan hasil itu.
Tau sendirikan kalian niatnya sang mantan? Dia akan mengambil anaknya, kalau Sungchan sudah terbukti anak kandungnya. Ia sangat tidak mau kehilangan anaknya. Ia ingin memisahkan mantannya dengan sang anak. Tapi ia tidak tega. Anaknya terlihat sangat nyaman dan senang berada di samping ayahnya.
Ayahnya juga bisa memberikan apa yang anaknya mau. Berbeda dengan dirinya yang suka melarang keinginan anaknya, karena uang yang ia punya tidak cukup untuk memenuhi keinginan sang anak. Beda sekali dengan ayahnya yang tanpa pikir panjang, memberikan kartu atmnya kepada anaknya.
Tapi balik lagi! Sebaik-baiknya kebutuhan anak tercukupi, seorang ibu tidak akan mau berpisah kepada anaknya. Dia yang mengandung, yang melahirkan, dan bahkan membesarkan anaknya, tanpa campur tangan sang ayah sedikit pun. Jadi, mana ada wanita yang rela di pisahkan oleh anaknya?
"Kau ingin kapan melakukan tes dna itu? Bagaimana kalau sekarang?" Tantang Jeno, yang langsung mendapat cacian serta makin oleh Renjun. Tentu saja dalam hatinya! Kalau secara langsung, mantannya ini bisa tau yang sebenarnya.
Baru saja Mark ingin membalas perkataan Jeno, kalau dia menyanggupi tes dna yang akan di adakan sekarang juga, Ucapan anaknya mengurungkan niatnya. "Daddy sama Uncle berbicara apa sih sedari tadi?" Tanya Sungchan yang sangat penasaran apa yang di katakan kedua orang dewasa ini.
Mereka bertiga langsung tersadar kalau ada anak kecil di antara mereka. "Tidak membicarakan apapun sayang." Jawab Mark.
"Benarkah? Kalau begitu ayo kita pergi. Daddy sudah janji ingin mengajakku pergi bukan?" Ujar Sungchan, memperingati ayahnya kembali.
Mark yang mendengar itu pun senang. Ia langsung menatap pria yang ada di hadapannya dengan tatapan remehnya. "Kau dengar sendiri bukan? Aku harus menghabiskan waktu dengan anakku dan kekasihku. Jadi, kita lakukan ini di lain waktu." Ujar Mark, yang langsung menggenggam tangan mantannya, dan ingin mengajak mantannya pergi. Tapi begitu hendak pergi, tangan sang mantan malah di cekal oleh pria yang ada di hadapannya.
"Sayangnya Renjun tidak bisa ikut. Dia ada rapat penting bersama diriku. Jadi, dia harus pergi--"
"Renjun tidak akan pergi. Aku yang akan menanggung konsekuensinya. Termasuk membayar denda, karena ketidak profesional dia dalam bekerja." Ujar Mark, memotong segala omong kosong yang keluar dari mulut Jeno.
"Termasuk jika Renjun di keluarkan dari perusahaan?" Tanya Jeno, dengan seringaiannya.
Tanpa pikir panjang, Mark menganggukkan kepalanya. "Termasuk itu. Dia bisa bekerja di perusahaan milikku sebagai gantinya. Lagipula, perusahaan milikmu tidak sebesar perusahaan milikku." Balas Mark dengan senyuman remehnya.
"Bagaimana pun juga, anak lebih penting daripada pekerjaan bukan?" Tanya Mark, seraya menatap mantan kekasihnya.
"Jadi bagaimana, Renjun? Kau ingin melewatkan momen kebersamaan dirimu dengan anak kita demi pekerjaan, atau ikut bersama dengan kita?" Tanya Mark sekali lagi, yang tentunya membuat sang mantan bingung.
Tatapan Renjun jatuh kepada anaknya yang tengah menatapnya, dengan tatapan polos yang penuh binar. "Jeno, maafkan aku. Anakku lebih penting dari segalanya." Ujar Renjun, yang langsung melepaskan cekalan sahabatnya, dan langsung masuk ke dalam mobil mantannya.
Mark tersenyum penuh kemenangan. "Did you see? I'm The Winner." Ujar Mark, lalu ikut masuk ke dalam mobil.
Setelah masuk, memasang seatbelt untuk dirinya dan juga anaknya, serta memeriksa seatbelt yang telah di pasang mantannya. Ia pun langsung menjalankan mobilnya. Meninggalkan Jeno sendirian dengan perasaan kesalnya.
"Aish! Itu anak memang susah di kasih taunya! Awas saja kalau akhirannya dia nangis karena Mark? Aku tidak akan segan-segan memukuli mantannya itu!" Ujar Jeno, sebelum pergi dari tempatnya berada.
---
"Mommy, Daddy dimana? Katanya Daddy ingin mengajak aku jalan-jalan di hari liburnya?" Tanya seorang anak kecil berparas cantik, menatap sang Ibu yang tengah bingung harus menjawab apa.
"Maafkan Daddy ya, sayang? Tadi Daddy bilang kalau dia ada pekerjaan yang harus di urus." Ujar seorang wanita bernama Yuna, kepada anaknya yang bernama Yura. Buah hati yang ia hasilkan bersama dengan Mark.
"Pekerjaan? Tapi kemarin Daddy bilang kalau hari ini, hari liburnya Daddy. Daddy juga sudah berjanji kepadaku." Ujar Yura dengan mata yang berkaca-kaca.
Yuna panik begitu melihat mata yang berkaca-kaca dari sang anak. Ia tidak mau anaknya menangis! Ia takut kalau asmanya sang anak kambuh, karena kebanyakan menangis.
"Jangan menangis ya, sayang? Daddy bilang kalau hari ini, Daddy akan pulang cepat kok. Jadi, kamu sama Daddy masih bisa bermain bersama, setelah Daddy pulang kerja." Ujar Yuna, berusaha menenangkan sang anak.
"Tapi aku tidak mau Mommy! Aku ingin menghabiskan waktu bersama dengan Daddy! Dari aku bangun tidur, sampai aku kembali tidur!" Rengek Yura dengan mata yang sudah mengeluarkan air matanya.
Yuna panik setengah mati. Ia langsung menyamakan tingginya dengan sang abak. Mengusap air matanya, seraya mengeluarkan beberapa kalimat untuk menenangkan anaknya. Namun tetap saja hasilnya nihil! Anaknya tetap merengek, menangis, serta meracau. Memanggil nama Daddynya di setiap tangisan.
"Sayang, berhenti nangisnya ya? Bagaimana kalau sekarang kita ke kerjaannya Daddy? Apakah kamu mau ikut ke kerjaan Daddy bersama dengan Mommy? Sekalian membawa bekal makan siang untuk Daddy?" Tawar Yuna, agar tangisan sang anak berhenti.
Dan benar saja! Tangisan anaknya berhenti, begitu mendengar penawaran sang Ibu. Ia langsung menganggukkan kepalanya, dengan pernapasan yang masih tersenggal karena menangis.
"Sekarang kamu atur dulu pernapasan kamu ya... tarik nafas, lalu buang. Sampai kamu merasakan enakan." Ujar Yuna, seraya memberikan contoh, agar anaknya bisa bernafas lebih nyaman.
"Sudah?" Tanya Yuna, memastikan anaknya sudah lebih nyaman apa belum. Kalau di lihat dari gerakan pernafasannya sih sudah normal.
"Sudah, Mommy." Balas Yura, seraya mengangguk kecil.
Yuna mengusak surai rambut sang anak dengan gemas. "Kalau begitu, ayo kita ganti baju terlebih dahulu! Masa iya ingin ke kantor Daddy, serta ingin bertemu dengan Daddy, pakaian-mu seperti ini!" Seru Yuna, yang langsung menuntun anaknya ke ruang kamar sang anak.
Sampai di ruang kamar, ia langsung menggantikan baju anaknya, serta mendadani anakjya supaya rapih dan cantik. Setelahnya, barulah dia yang berganti dan berdandan.
Setelah semuanya siap. Mulai dari pakaian serta bawaan yang ingin mereka bawa. Mereka pun mulai bergegas menuju perusahaan suaminta.
---
"Apa?" Tanya Yuna kepada sang resepsionis perusahaan suaminya, begitu dia tiba.
"Tuan Lee, dia tidak pergi ke perusahaan sejak pagi Nona. Hari ini dirinya mengambil libur. Jadi, dia tidak masuk ke kantor hari ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT OVER - MARKREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKREN SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPAN PRIBADI PARA...
