Pada malam itu, suasana kota tetap ramai seperti biasanya. Benar-benar Kota Tanpa Tidur, sebuah julukan yang tepat untuk menunjukkan kesibukan penghuninya yang tak kunjung berkurang.
Jam telah menunjukkan pukul 12 lewat. Cafe tersebut tidaklah seramai suasana di luar, hanya terdapat dua atau tiga pelanggan yang duduk dan mengerjakan kegiatan mereka masing-masing.
Begitu pun dengan Gempa.
Duduk di dekat pintu masuk, dengan jaket hitam yang tersanggar pada punggungnya, tatapannya fokus pada layar laptop. Ekspresinya datar, tangannya bergerak dengan santai dan cepat sembari sesekali beralih meraih secangkir Café au lait atau churro yang telah ia pesan sebelumnya.
Sikap santai dan biasanya itu membuatnya seolah-olah barusan tidak meretas sistem keamanan departemen perikanan laut distrik C.
Ting!
Sebuah logo pesan muncul di ujung layar laptop. Gempa menyelesaikan kegiatannya secepatnya. Memastikan bahwa tidak ada sedikit pun jejak yang tersisa, barulah pemuda itu membuka pesan yang masuk.
From: Boss
To: CrystalDatanglah ke markas jika kau telah menyelesaikan kegiatanmu. Ada hal penting yang ingin ku sampaikan.
Mengerutkan keningnya, Gempa hanya menurut. Dia membereskan barang-barang miliknya sebelum beranjak.
Oh, tak lupa untuk membungkus cemilannya. Sangat disayangkan jika churro miliknya di buang begitu saja.
Tuut...Tuut...Tuut...
"Yap? Ada apa *Dor!* Tuan Muda?"
Gempa sedikit menjauhi telinganya dari ponsel. Walau sekilas, terdapat beberapa pasang mata yang meliriknya karena suara keras tembakan dari seberang ponsel. Tetapi itu tidak dia pedulikan.
Lagipula Distrik H sejak awal memiliki hukum yang longgar.
Sedikit kejahatan bisa dihapus dengan uang.
"Jemput aku, di Caffè della Rosa."
"Oke. *Dor!* Saya akan sampai di sana 20 menit-an."
Tuut...Tuut...Tuut...
Menyimpan kembali ponselnya, pemuda tersebut duduk di salah satu bangku jalan sembari mengemil churro miliknya. Gempa melamun memandangi kilauan lampu-lampu jalanan dan kendaraan yang berlalu-lalang.
Entah kenapa pikirannya melayang ke masa lalu, ketika dia masih hidup susah dan dalam ketakutan. Ketika sebuah apel yang masam akan terasa seperti berkah yang luar biasa, ketika angin malam pada musim dingin masihlah adalah pendingin alami, ketika hujan adalah sumber air untuknya minum dan mandi, dan hal lainnya yang dianggap sepele oleh orang lain.
Menatap churro yang ada di tangannya, Gempa menarik nafas perlahan dan dalam. Mengunyah cemilan yang sudah dingin itu, meresapi rasanya, kemudian menundukkan kepala. Mencoba menghentikan air mata dari mengalir jatuh.
Jika bukan karena Boss-nya yang menyelamatkannya, mungkin Gempa masih akan tidur–
Tidak.
Mungkin dia sudah tiada.
Kehidupannya bukanlah cerita yang menyenangkan. Tetapi dia tidak menganggapnya sebagai hal yang paling menyedihkan. Bahkan jika orang lain mengatakan apa yang dia lakukan adalah hal yang sesat...
Dia tak akan peduli.
Bahkan jika orang-orang itu memohon dan meraung di bawah kakinya, dia tak akan pernah peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Don't) Trust Us
FanfictionGempa adalah tangan kanan dari Boss Gang Night Walker. Tiba-tiba dia ditempatkan oleh Bossnya sendiri untuk berperilaku sebagai murid teladan di sebuah sekolah bernama Akademi Rehald. Gempa pikir itu adalah liburan. Namun pada akhirnya memang Boss b...